[vol. 2] 13. Arti Sebuah Gambar

Mulai dari awal
                                    

Sementara sebuah figura yang juga tergeletak di lantai, Sakura langsung mengambilnya. Namun berhubung kacanya sudah pecah, Sakura tidak kembali memajangnya di atas meja. Melainkan menaruhnya di dalam laci untuk sementara. Setidaknya sampai ia membeli figura yang baru untuk menggantikannya.Sampai sedetik kemudian Angkasa teringat akan sesuatu yang familiar untuknya.

Foto itu!

Teringat akan sebuah foto yang terpajang dalam figura yang dipecahkan Yuli, yang sempat ia lihat Sakura memasukkannya ke dalam laci saat itu, membuat Angkasa langsung membuka laci yang sama.

Perlahan-lahan tangan Angkasa menjulur gemetar untuk meraih figura yang terbalik itu. Mengambilnya, namun di saat yang bersamaan ia juga menjatuhkannya begitu saja, ketika yang terlihat pertama kali tidak lain adalah mamanya sendiri.

Seharusnya kamu tahu saat pertama kali kita berjumpa. Saat pertama kali istriku mengenalkan kita berdua di kedai roti itu.

Aku sudah menyukaimu sejak saat itu. Karena memang sejak dulu, aku tidak pernah menyukai siapapun selain kamu, tidak terkecuali istriku sendiri.

"Ini anak kamu, Ren?" tanya seorang wanita pada Rena yang saat itu menjadi kali pertama ia membawa putranya.

Rena mengangguk. Kemudian meminta Angkasa untuk memberi salam. "Ayo, Angkasa kenalan sama Tante Yuli. Sahabat Mama dari SMA."

"Angkasa, Tante," ujar bocah kecil yang usianya baru sebelas tahun itu.

Wanita itu tersenyum, lalu membungkukkan badannya. Sehingga Angkasa bisa melihat wajahnya. "Halo, Angkasa! Nama yang pas buat anak ganteng kayak kamu." Wanita itu tersenyum ramah. Meski Angkasa tetap bersikap malu-malu padanya.

Dan kini setelah sekian tahun tidak bertemu lagi, Angkasa baru benar-benar mengenali wajah wanita itu.

Wanita itu... Yuli. Ibunya Sakura.

"Kenalin juga, Yul." Kini Rena beralih pada pria dewasa yang duduk di sebelahnya. "Suamiku, Mas Andre."

Bersikap ramah sebagaimana biasanya ia, Yuli juga tersenyum pada Andre seraya mengulurkan tangannya, sehingga kemudian keduanya saling berjabat tangan.

Sebetulnya ada yang berbeda dari sorot mata Andre saat itu. Sedikit lebih berbinar, bahkan pandangan Andre juga tidak pernah lepas memerhatikan Yuli yang sedang berbicara pada istri dan anaknya dalam waktu yang cukup lama. Namun sayangnya tidak ada seorang pun yang menyadari hal itu, termasuk Rena, istrinya sendiri.

Dan saat kamu tahu perasaanku ini, seharusnya kamu tidak menolak hanya karena kamu tahu kalau saat itu aku baru saja melenyapkan istriku yang mencoba menghalangi kebersamaan kita. Hubungan kita.

Dengan sesak yang tertahan tiada tara menyiksa dadanya, tiba-tiba saja air mata Angkasa menetes di wajah tanpa ekspresinya.

Aku sudah melakukan segalanya untukmu, karena aku begitu mencintaimu. Cintaku tulus, tetapi kenapa kamu masih tetap lebih memilih suamimu?

Maka sekarang kamu rasakan akibat dari perbuatanmu sendiri karena telah mencampakkanku.

Kematian ayahnya Sakura, apa mungkin ada kaitannya dengan papanya?

Beberapa saat sebelum menaruh lembaran lecak itu, Angkasa memerhatikan tiga gambar sederhana yang terlukis di sana. Bukan gambar yang sempurna. Hanya sebuah sketsa minimalis yang membentuk kotak persegi panjang, orang, dan... sebuah pisau?

Sesaat Angkasa menggeming. Jujur saja ia agak terkejut saat melihat gambar ketiga. Apa ada maksud lain yang ingin ibunya Sakura sampaikan melalui gambarnya ini?

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang