2. I am Handsome

5.2K 596 102
                                    

Malam itu Wonwoo tidur di asramanya seorang diri. Seluruh barangnya sudah ditata dengan rapi. Dengan bantuan orang suruhan kakeknya, ia tidak perlu lelah memindahkan seluruh barangnya.

Masih dengan posisi tidur, Wonwoo membalikkan tubuhnya. Meraih buku dan pena yang terletak di samping bantalnya.

"Baby." Pintu kamarnya diketuk. Wonwoo tahu Jisoo membuka pintu kamarnya. Karena hanya Jisoo satu-satunya yang memanggil ia 'baby'. Lagi pula ia terlalu mengenali semua suara teman-teman sang kakak.

Kasurnya sedikit bergoyang saat Jisoo duduk di tepinya. Dengan jarak sedekat itu, Wonwoo bisa menghirup aroma menenangkan tubuh Jisoo. Sepertinya Jisoo baru saja selesai mandi.

"Apa yang kau lakukan?" tanyanya seiring tangan yang memainkan rambutnya dengan lembut. Tidak ada protesan yang keluar dari bibirnya. Karena keempat teman Seungcheol juga memperlakukannya dengan sama. Sampai terkadang ia berpikir kakaknya ada lima.

"Hanya memikirkan sesuatu Hyung." Merasa kalimat itu bersifat rahasia, Jisoo tidak lagi bertanya.

"Tidak berniat menemui Seungcheol hyung?" Jisoo mengalihkan pembicaraan. Tangannya sudah ia letakkan di atas pahanya sendiri.

"Seungcheol hyung di mana?" Wonwoo mengubah posisinya menjadi duduk.

"Menangis di sudut kamar." Jisoo menjawab sembari menahan tawanya. Namun sang adik terlihat tidak tertarik dengan keadaan sang kakak.

"Masih tidak mau menemuinya?" Wonwoo menggeleng. Ia masih dipusingkan dengan posisinya sebagai seme.

"Aku akan memeluknya nanti." Wonwoo turun dari ranjang. Beralih ke meja belajar dan tidak melakukan apapun. Remaja itu seperti sedang patah hati. Bertopang dagu dan mulai melamun.

"Hyung akan kembali ke kamar. Jangan lupa temui Seungcheol di kamarnya. Dia terlalu shock karena kau memutuskan untuk pindah kamar. Seungcheol merasa tidak disayang lagi." Setelah mengatakannya, Jisoo keluar dari kamar.

Mengingat kalimat Jisoo, Wonwoo justru memanyunkan bibirnya.

"Padahal aku sudah besar. Aku sudah kelas dua. Tapi kenapa aku diperlakukan seperti anak kecil. Sebentar lagi aku akan mencari kekasih." Mengingat seorang kekasih, wajah Wonwoo kembali kusut.

"Aku mencari kekasih yang posisinya di bawah. Tapi siapa yang mau menjadi pasanganku ya?" Wonwoo bergumam.

Tiba-tiba ia bergerak ke lemari pakaian. Memerhatikan wajahnya di cermin. Untuk beberapa detik ia terdiam memandangi wajahnya dengan intens. Dan sedetik kemudian tersenyum.

"Iya benar aku tampan," pujinya pada wajahnya sendiri.

"Ekhem ... ekhem ...." Wonwoo berdehem berulang kali sembari memegangi lehernya.

"Suaraku sudah sexy seperti Tae Hyung." Ia kembali berdehem beberapa kali lagi.

"Iya benar aku memang cocok menjadi seme." Dengan tingkat kepercayaan dirinya yang luar biasa itu, Wonwoo kembali duduk di depan meja belajarnya.

"Selain tampan dan suara sexy, apa lagi ya yang dibutuhkan untuk menjadi seme?" Ia berbicara pada dirinya sendiri lagi. Karena merasa belum menemukan jawabannya, Wonwoo menyerah. Membuka pintu kamarnya dan berjalan keluar.

Sesampainya di depan pintu kamar Seungcheol, Wonwoo langsung membukanya. Sedikit terkejut melihat Jisoo duduk di ranjang lainnya. Karena seingatnya kakaknya berbagi kamar dengan Jeonghan. Namun ia tidak berniat bertanya lebih.

"Hyung-ie." Seperti ucapan Jisoo, sang kakak meringkuk dengan mata sembab. Wajah remaja itu tidak menunjukkan simpati dan juga tidak bersedih. Masih datar saat seperti pertama membuka pintu.

The Precious BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang