6. Misi

7 1 0
                                    

"Zara kritis, Yang." pesan dari Ibunya membuat Kahiyang gelisah sejak kemarin sore. Ia tidak mungkin meminta pulang pada hari itu juga. Alfonso ternyata belum mentransfer penuh uang upah Kahiyang melenyapkan Rajendra. Alfonso bilang ia akan memberikan saat mendapat kabar Rajendra sudah lenyap.

Kahiyang sudah siap dengan setelan kerja dan koper kabin berukuran kecil. Ia mematutkan dirinya didepan cermin.

"Hari ini aku harus menjalankan misiku dari awal bekerja sebagai sekretaris Rajendra. Ya Tuhan, maafkan aku." Dengan menggeret kopernya Kahiyang segera menuju ke kamar Rajendra.

Tok...tok..tok

Sewaktu diketuk, pintu yang terganjal remote TV mundur karena tekanan dari ketukan Kahiyang. Raut muka Kahiyang langsung panik ketika menemukan keadaan kamar Rajendra yang berantakan.

Ditemukan botol wine yang kemarin diminta Rajendra pecah berkeping-keping. Vas dan telepon di nakas samping tempat tidur sudah bukan di tempat semestinya. Sprei acak-acakan, bantal dan guling sudah tergeletak di lantai. Ada apa sebenarnya ini. Ketika Kahiyang ingin menghubungi bodyguard Rajendra. Ia menemukan Rajendra tergeletak di kamar mandi.

"Astaga, TUAN?!". Kahiyang reflek menepuk-nepuk pipi Rajendra dan meletakan kepala Rajendra diatas pahanya. "Tuan?" Nihil tidak ada pergerakan sama sekali dari Rajendra.

Rajendra dilarikan ke rumah sakit. Sesekali Kahiyamg mendengar Rajendra meracau tidak jelas seperti memanggil- manggil seseorang dengan 'Za'. Entah siapa itu sepertinya sangat berarti dihati Rajendra. Biasanya nama ibu yang pertama disebut pada saat-saat seperti ini. Tapi Kahiyang tak ambil pusing perihal sosok dibalik nama 'Za'.

Rajendra dibawa ke UGD. Kahiyang berniat menghubungi ibu Rajendra.

"Lebih baik aku hubungi ibu Rajendra" Kahiyang sudah hampir memencet tombol telfon tapi ditahan oleh bodyguard Rajendra.

"Lebih baik nona jangan hubungi ibunya tuan. Karena tuan tidak suka masalah-masalah seperti ini diketahui oleh ibunya."

"Kenapa?, Ibunya tuan berhak tau." Kahiyang protes saat diberitahu demikian oleh bodyguard tuannya. Jonas.

"Lebih baik nona ikuti saran saya tadi, jika nona tidak ingin kehilangan pekerjaan"

Kahiyang berpikir sebentar. Kalau Kahiyang tidak tega membunuh Rajendra sumber penghasilan keluarganya berasal darimana. "Baiklah."

Dokter keluar dari ruang UGD. "Keluarga pasien?"

Jonas dan Kahiyang saling menatap. Seperti mengisyaratkan pertanyaan "Bagaimana ini?".

"Apa boleh diwakilkan saja Dok?" Akhirnya Kahiyang angkat bicara setelah adu batin dengan Jonas. "Keluarga pasien ada di luar kota."

"Pasien terkena gegar otak karena ada benturan yang cukup keras di bagian tengkoraknya. Karena itu kami meminta persetujuan kelurga pasien untuk tindakan operasi." Terang dokter dengan runtut menjelaskan apa yang terjadi kepada Rajendra.

"Gegar otak, Dok?" Kahiyang yang semula cemas sekarang bertambah menjadi panik. Raut muka Kahiyang sangat panik. Kahiyang masih punya rasa peduli walaupun Rajendra adalah target. Kendati demikian kejadian ini jujur membuat Kahiyang sangat gelisah.

"Baiklah. Saya yang akan tandatangani surat itu dok."

Tindakan operasi telah selesai sekitar 5 jam yang lalu. Sekarang Rajendra sedang istirahat di bangsal VIP-nya. Untungnya bagian kepala Rajendra tidak mengenai syaraf, kalau sampai mengenai syaraf Rajendra bisa meninggal dunia. Sebenarnya dengan adanya kejadian ini bisa mempermudah kahiyang menyelesaikan misi membunuh Rajendra. Tapi anehnya Kahiyang tidak ingat sama sekali dengan misi itu. Jiwa kemanusiaan Kahiyang terlalu besar.

Ruangan ini sangat amat berbeda dengan di luar-bau obat-obatan. Harum yang berasal dari air purifier yang di beri aromaterapi citrus memang sangat menenangkan pikiran ruwet dan hati yang gundah. Di-telaah-lah setiap inci wajah 'keras' Rajendra. Rajendra dengan wajah terlelapnya memberikan aura yang amat berbeda. Sangat jauh ketika ia sedang terbangun. Innocent. Ya, itu cukup untuk mewakilkan wajah Rajendra saat ini.

"Tuan. Sebenarnya masalahmu apa dengan Alfonso?" Lirih Kahiyang sambil menatap Rajendra yang sedang terlelap.
"Bagaimana caranya aku dapat menyelesaikan misi dari ketua geng mafia sialan itu."

Kahiyang pergi setelah meletakkan parsel buah dan ucapan lekas sembuh di nakas samping tempat tidur. Ia tidak sadar bahwa orang yang ia ajak bicara sebenarnya sudah benar-benar sadar dari tidurnya.

___________________________________________

Poor Kahiyang, kira-kira gimana Kahiyang pas ketemu Rajendra lagi hayoo. Alohaaaaa!!!! Sahabat-sahabat onlen ku. Jangan lupa VOTE, COMMENT, SHARE cerita ini yaaaa. Satu vote itu berarti. Jangan Golput. JANGAN LUPA MENINGGALKAN JEJAK.

- SPREAD LOVE, NOT HATE-
hildaofff

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 25, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Konsiliasi [ON HOLD]Where stories live. Discover now