04

24 15 0
                                    

Apa benar tuhan
Memang menciptakanku untuk sendiri ?

Kenapa aku merasa semua ini tak adil.

Aku merasa merekalah

Yang seharusnya diposisiku.

Yang disalahkan tanpa adanya bukti nyata,

Yang dikhianati

Dan ditinggalkan

Tanpa memikirkan bagaimana perasaanku.

Vanya menahan dirinya untuk pergi , ia merasa bersalah telah termakan ucapan anna.

" Anna brengsek.. Cewek Sialan.."

Ucapnya geram. Ia membalikkan badanya.langkahnya terhenti Saat melihat aisyah dan zahrah membopong zahrah. Ia menatap aisyah yang memasang raut wajah bersalah , panik , atau entahlah. Ia segera mengikuti mereka.

. . .

Vanya mendekati zahra yang terbaring di rumah sakit pesantren. Setelah membawanya ke kamar, mereka melapor pada kak azka. Ustadzah plus dokter muda cantik yang cool.beliau segera memeriksa keadaan zahra dan menyarankan agar dibawa ke RS. Pesantren.

" Tidak usah menangisi sesuatu yang tidak pantas kau tangisi. Tangisanmu tidak akan mengubah apa apa"

Ucap azka dengan wajah datar.

" Tidak usah menangisi sesuatu yang tidak pantas kau tangisi. Tangisanmu tidak akan mengubah apa apa".....apa benar aku tak pantas menangisi keadaan sahabatku saat ini? "
Vanya menggelengkan kepalanya kuat kuat sambil menatap wajah pucat zahrah.
Tangisanya semakin kencang saat kondisi zahra semakin menjadi. Zahra simanusia dua kepribadian.
Anna menepuk pundak vanya

" Kau menyia nyiakan kesempatanmu yang Allah telah berikan. Kau tidak pantas mempunyai sahabat seperti zahrah . sebaiknya pergi saja kau dari hidupnya ".

Vanya berdiri dan pergi ke kamar mandi untuk menghindari anna.

" Saya akan menuliskan resepnya. Yang bertanggung jawab yang harus menebusnya ".

Vanya mengehentikan gerakan tanganya yang sedang mengusapkan air ke wajah sayunya.

" Suara itu....aku seperti mengenalnya "

Vanya mengambil handuk kecil yang sudah tersedia di kamar mandi tersebut. Ia melangkahkan kakinya keluar kamar mandi.
Azka menatap vanya sinis. Ia memberikan sobekan kertas kecil pada vanya.

" Segera tebus obat ini , lalu pergi melapor pada dokter zafran."

Vanya mengangguk. Ia segera keluar dari ruangan tersebut.

" Aneh . Jelas sekali aku mendengar suara laki laki tadi. "

. . .

Gadis berdarah rusia tersebut menenteng kantong plastik kecil berisi obat . Ia berjalan menoleh ke kanan dan kekiri mencari sesuatu. Tepat didepan pintu ruangan bertuliskan dr. Zafran al hafiz. Ia mendekatkan langkahnya menuju pintu tersebut.

KLEKK

pintu tersebut terbuka. Laki laki itu berdiri tegak menatap datar ke arah vanya. Jas dokternya beterbangan beriringan dengan angin lembut yang berhembus. Rambut rapihnya tersapu angin. Vanya sedikit melangkah mundur. Sambil menyodorkan kantong plastik tersebut Ia menundukkan pandanganya.

Aku Kamu Dan DiaWhere stories live. Discover now