7. Balas Budi

246 41 2
                                    


Happy Reading!

Donghyun berjalan susah payah menuju lokasi awal Yunseong. Kakinya terluka parah, lengannya terkena sabitan pedang, perut serta bahunya juga terluka.

Pakaian Donghyun didominasi warna merah darah.

Tubuhnya gemetar menahan nyeri di sekujur tubuh kecilnya. Ia menyeret langkah perlahan, napasnya berat.

Lorong-lorong kecil yang tadinya begitu mudah terasa sangat jauh ditempuh.

Donghyun menapaki tangga sembari meringis menahan perih. Tubuh-tubuh tak bernyawa bergelimpangan tak beraturan, darah menggenang dimana-mana.

Langit sudah berubah gelap ketika Donghyun menggapai tubuh dingin Pangeran Yunseong. Matanya terpejam damai diterpa sinar rembulan lembut.

Beruntung sekali, para pemburu mereka tidak memenggal kepala Yunseong atau membawa tubuh dingin sang pangeran lalu menggantungnya di depan gerbang masuk istana.

Mereka hanya mengambil pedang milik Yunseong dan sebuah lencana khas seorang pangeran Hwang Kingdom yang tersemat di pakaian Yunseong.

Donghyun mencabut tiga anak panah yang masih bersemayam di tubuh Yunseong. Dengan tangan gemetar, ia mengambil satu buah panah dan memisahkan dari kayunya, menyimpan dalam saku.

Donghyun teringat pesan singkat Yunseong sebelum mereka berpisah arah tepat setelah Junho pergi bersama Eunsang.

Ia merangkak mencari sebuah kain yang cukup bersih. donghyun menyobek sebagian kecil dari pemuda yang tergeletak beberapa meter dari Yunseong. Hanya sedikit darah tertempel disana.

Donghyun menggunakan jarinya untuk menuliskan beberapa kata sesuai perintah Yunseong, tentu dengan tinta dari darah Yunseong yang masih bisa digunakan untuk mengguratkan sebuah tulisan.

Jemari Donghyun tak beraturan bergerak ketika mengguratkan kata-kata di atas kain itu. Ia merasa tak berguna hingga Yunseong harus berakhir di tempat ini.

Donghyun merasa gagal membalas budi kebaikan Yunseong pada keluarganya. Sang pangeran bahkan dulu menyelamatkan ayah Donghyun, tapi ia sendiri tak mampu membalaskan kebaikan Yunseong dengan cara yang sama.

Ia hampir menangis dan menyesal mengapa ia tidak memaksakan diri untuk berlatih keras.

Isi pesan wasiat yang cukup singkat, namun Donghyun butuh waktu lama untuk menyelesaikannya. Tak lupa Donghyun menuliskan sebuah nama di salah satu sudutnya, seperti bisikan terakhir Yunseong padanya.

Donghyun semakin gemetar, rasa nyeri dari seluruh luka di tubuhnya sungguh luar biasa menyiksa kala angin dingin membelai tubuhnya. Deru napas Donghyun menjadi pendek, bibirnya sedikit pucat.

Pemuda kecil itu mencoba menyeret tubuh Yunseong. Dalam kondisi sehat, tentu akan sedikit lebih mudah baginya. Namun, luka-luka di tubuhnya membuatnya ribuan kali lebih berat dan sulit.

Donghyun terengah, menaruh kepalanya di dekat lengan Yunseong ; mengais udara.

"ASTAGA!" teriakan seseorang terdengar cukup nyaring. Dari sentakan suaranya, Donghyun memetakan suara seorang lelaki.

Ia mendengar sosok itu berlari menyongsong Donghyun yang menunduk dalam mengais udara.

Pemuda itu memberi jarak, nampak ragu untuk mendekat. Diam-diam ia menyiapkan sebuah pisau di belakang punggungnya.

Donghyun hampir menyerah dan ia hanya mampu merapalkan sumpah kecil dalam hatinya. Ia tak punya daya cukup besar untung bertarung.

Donghyun melirik kecil pada sosok itu, "Kami-bukan orang jahat. Tolong." Cicit Donghyun pelan. Suasana malam yang sunyi membuat suaranya masih terdengar jelas.

[END] Please, Take Care of Junho (Hwang Yunseong)Where stories live. Discover now