04. Christina

Mulai dari awal
                                    

"Gia.. Kau belum menjawab pertanyaan dariku."

Benar dugaan Gia. Lelaki ini tidak merasa bersalah sedikitpun setelah membuat Gia kehabisan uang lalu meninggalkanya begitu saja. Jimin menopang pipinya sambil menatap lekat pada Gia yang sedang sibuk dengan mesin kopinya.

"Sorry?" Sahut Gia acuh.

"Apa kabar?"

"Seperti yang kau lihat."

"Maafkah aku."

Apa Gia tidak salah dengar? Jimin meminta maaf. Sontak Gia menghentikan kegiatanya dan menatap Jimin tidak percaya. Sorot mata gadis ini menanyakan kebenaran dari ucapan Jimin yang baru saja ia dengar, dan nampaknya Jimin mengerti arti dari tatapan mantan kekasihnya tersebut.

"Pendengaranmu benar Gia, aku menyesal telah meninggalkanmu begitu saja. Aku sungguh-sungguh meminta maaf padamu."

"Apa uangmu sudah habis, Jim?" Sambar Nick secara tiba-tiba.

"Biarkan aku bicara pada Gia."

"Kau ingin mendekati Gia kembali setelah tau dia mengencani pria kaya."

"Dari mana kau tau aku mengencani pria kaya." Kali ini Gia yang menyela pembicaraan antara Nick dan Jimin. "Aku tidak ingat pernah mengatakan padamu tentang hal itu." Tukas Gia pada Nick.

"Kau berhenti kerja, meninggalkan flat kecilmu dulu, dan tetanggamu melihatmu dijemput mobil mewah. Sudah jelas bukan?" Jelas Nick dengan tatapan tidak suka pada Jimin.

Jimin sendiri sebenarnya tidak mengetahui tentang 'kekasih' baru Gia. Dia hanya merasa menyesal dan setelah mengamati Gia selama beberapa hari, muncul niatan kuat pada dirinya untuk mendapatkan perhatian mantan kekasihnya tersebut. Jimin sadar bahwa niatnya tidak akan berjalan dengan mudah, tapi dia juga tahu bahwa kecil kemungkinan Gia akan menolaknya.

Gia mendengus curiga, kedua lelaki dihadapanya memang tidak pernah akur tapi dalam hal mencurigakan, mereka benar-benar kompak. Seperti sekarang, Gia mencurigai keduanya yang sepertinya memiliki maksudnya masing-masing.

Gia menghidangkan secangkir latte dihadapan Jimin. Lelaki ini tersenyum manis padanya, dan Gia..
Gadis ini benar-benar naif, pipinya memanas dengan semu kemerahan tampak jelas disana, jantungnya berdegup tidak karuan. Perasaanya pada Jimin belum sepenuhnya menghilang bahkan setelah semua perbuatan jahatnya kepada Gia.

"Earth Gia. Ingat lelaki ini dulu meninggalkanmu." Nick menjentikan jarinya tepat didepan mata Gia.

"Aku hanya ingin meminta maaf pada Gia, tidak ada niatan lain." Sanggah Jimin.

"Sudah aku maafkan. Puas?"

Jimin mengangguk dengan menunjukan senyuman yang sama. Oh Tuhan, lelaki ini benar-benar mengetahui dimana letak pesonanya, dia tahu bahwa kelemahan Gia adalah senyuman manis tanpa dosa miliknya. Terkutuklah Gia karena hatinya kembali bergetar karenanya.


Hari demi hari berlalu. Mungkin sudah empat hari tepatnya. Keseharian Gia tidak banyak memiliki perubahan, kecuali rutinitas paginya yang harus ia awali dengan membantu Jey mempersiapkan diri untuk bekerja. Mulai dari memilihkan setelan jas, memasangkan dasi, hingga membuatkan secangkir kopi untuknya. Terkadang Gia mempertanyakan posisinya sendiri, mengingat bahwa hal-hal kecil tersebut selalu Jey lakukan sendiri, kecuali dibagian membuat secangkir kopi. Gia merasa sedang dipersiapkan menjadi istri yang baik ketimbang menjadi seorang pelayan, dan jika memang benar demikian, kenapa lelaki ini tidak menunjuk satu dari sekian juta gadis diluar sana untuk dijadikan kekasihnya, setidaknya Jey tidak perlu menggelontorkan uang sebanyak yang ia berikan pada Gia. Memikirkan hal itu membuat konsentrasi Gia jadi semakin berantakan, untuk itu Gia selalu menyempatkan diri mampir di caffee milik Nick.

The Devil Obsession [ COMPLETE ✔️ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang