1

516 39 14
                                    

Sairastra Gamila Ardiwilaga.

Sosok anak perempuan kecil yang mampu mengubah total dunia dua manusia dewasa di dekatnya, terutama dunianya Sherina. Sosok yang penuh ambisi itu kini berubah menjadi sosok ibu yang telaten, segala hal di ajarkannya pada Saira. Mulai dari hal yang sederhana hingga hal yang cukup rumit seperti belajar piano dan membaca not balok pun di ajarkannya pada anaknya yang baru berusia lima tahun itu. Beruntung, rasa ingin tahu Saira yang tinggi tentu ini turunan dari mamanya membuat ia bisa dengan cepat mempelajari segala hal.

Sejak tadi Saira yang duduk di depan meja makan sesekali melirik ke arah sang ibu yang tengah berkutat dengan peralatan dapur. Tertarik dengan sesuatu yang di lihatnya, ia kemudian turun dari tempat duduknya mendekat ke arah kitchen set sedikit berjinjit untuk bisa meraih apa yang membuatnya penasaran itu.

"Ini apa ma? Kok bentuknya kayak akar pohon?" Tanyanya, memegang rempah yang sedari tadi menarik perhatiannya.

Sherina menghentikan kegiatannya mengiris-iris bawang untuk sejenak melirik ke arah putrinya. "Kunyit sayang.."

"Untuk apa?" Tanya Saira lagi.

"Kunyit ini sering digunakan sebagai bumbu dalam masakan, bisa juga digunakan untuk memberi warna kuning pada masakan atau sebagai pengawet. Kunyit juga bisa di konsumsi sebagai obat loh, di buat jamu-jamu dan ini rempah-rempah asli dari Asia Tenggara.." Sherina menjelaskan dengan detail apa yang tengah di pegang oleh putrinya. "Masukin sini nak!" Perintahnya, mendekatkan gelas blender untuk bumbu itu kepada Saira dengan sedikit menundukkan badannya.

"Mama mau masak apa?"

"Gulai kepala ikan kakap, papa kan minta menu ini buat makan malam.."

Saira mengangguk-angguk mengerti. Kemudian melangkah menjauh, kembali menaiki kursi untuk kemudian fokus pada buku gambarnya di atas meja makan. "Kalau udah selesai menggambar, di rapihkan lagi ya crayonnya.."

"Iya maaa.." jawabnya.

Beberapa saat kemudian Saira tampak terburu-buru turun dari kursi saat mendengar deru mobil berhenti di garasi rumah. "Papa pulaaang!" Teriaknya, sambil tergopoh-gopoh berlari. Sedangkan Sherina hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah anak tunggalnya itu.

"Haiii sayang!!" Sapa Sadam begitu ia turun dari mobil berwarna putih bertuliskan OUKAL dengan gambar orang utan.

"Kok papa pakai mobil ini? Mobil papa kemana?" Tanya Saira, memperhatikan mobil yang terlihat di lumuri lumpur di bagian bawahnya. "Kotor sekali mobilnya pa?"

"Mobil papa ditinggal di kantor, karena musim hujan, jalanannya licin sayang.. jadi pakai mobil yang ini karena ban mobil papa sering terjebak di jalanan yang berlumpur.." Sadam duduk di kursi kayu yang ada di teras rumah mereka, melepas sepatunya.

"Ooohh.." Saira menganggukkan kepalanya mengerti.

"Papa nya gak dipeluk nih?" Sadam berlutut di hadapan Saira, merentangkan tangan mengharap putrinya itu akan berhambur memeluknya setelah dua hari tidak bertemu karena Sadam harus pergi ke hutan.

Di luar dugaan, Saira melengos menjauhinya. "Mandi dulu lah! Papa keringetan!" Berlari kembali ke arah meja makan dan berusaha menaiki kembali kursi tempat ia duduk sebelumnya.

Sadam yang mengekor putrinya itu hanya menggelengkan kepala "Ma, kayaknya papa pengen adik bayi deh ma.." ujar Sadam saat sudah berdiri di belakang Sherina yang sibuk mengaduk-aduk kuah santan di dalam panci, sebelah tangannya melingkari pinggang Sherina kemudian memberi kecupan singkat di pipi istrinya itu.

"Apa sih ngomongnya?" Sherina terkekeh menanggapi.

"Anak yang ini udah gak mau peluk papa loh ma, katanya papa keringetan. Padahal pas bayi hobi sekali tidur di ketek papa.." Sadam menjauhkan diri dari Sherina kemudian berdiri bersandar pada kitchen set menatap putrinya yang saat ini terlihat mengerahkan segenap tenaga untuk menggoreskan crayon pada kertas gambar di hadapannya.

Saira's JourneyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora