2

257 17 19
                                    

Sadam sedari tadi sibuk menghirup wangi dari rambut istrinya yang masih terlelap di dekapannya, menikmati waktu luang pagi harinya sebelum akhirnya membuka matanya. "Sayang.. bangun yuk!" Sadam mengelus punggung Sherina yang malah mengeratkan pelukannya, menenggelamkan wajah pada dada Sadam di depannya.

"Lima menit lagi ya.." Sherina mendongak, sedikit membuka matanya menatap Sadam. Pria itu tersenyum kemudian mengecup kening Sherina lama. Hampir satu bulan ini ia selalu berangkat kerja saat matahari bahkan belum terbit, di hari liburnya saat ini bolehlah sejenak ia membiarkan Sherina memeluknya sedikit lebih lama sebelum Saira terbangun.

Hela nafas halus Sherina terdengar, istrinya kembali tertidur pulas dan itu membuat Sadam mengembangkan senyumnya, mengingat apa yang mereka lakukan semalam. Hingga tiga puluh menit berlalu, sinar matahari sudah mulai mengintip di sela-sela tirai kamar mereka. "Neng, bangun yuk!" Sadam menempelkan ujung hidungnya pada hidung Sherina, mengusap-usap pelan.

"Hmmmm..." Sherina sedikit menggeliat kemudian membuka matanya, tersenyum menatap Sadam yang masih ada di hadapannya saat ini. "Good morning!" Ucapnya, kemudian sedikit mengangkat kepalanya untuk mengecup bibir sang suami. "Seneng deh hari ini bangun pagi masih ada kamu.." ucapnya, sebelah tangannya terangkat mengelus pipi suaminya.

"Kita mau kemana hari ini??" Tanya Sadam. Sherina menggeleng tidak tahu.

"Tanya Saira deh.. dia lagi mau kemana.. mentok-mentok ke taman komplek sih dia.." Sherina kemudian menyibak selimut yang menutupi tubuhnya kemudian menyambar kimono tidurnya, mengenakannya sebelum melangkah ke kamar mandi. Sadam mengikutinya dengan segera.

Keduanya keluar dari kmaar berbarengan, Sherina langsung menuju dapur sedangkan Sadam menuju ke kamar Saira untuk membangunkannya. Terlihat Saira masih bergelung nyaman dengan memeluk boneka teddy bear pemberian Aryo saat ulang tahunnya yang ke dua hingga saat ini boneka itu menjadi satu-satunya boneka kesayangannya.

Perlahan Sadam duduk di samping tubuh Saira yang terlihat masih sangat nyenyak itu. Mengecup pipi Saira berkali-kali, mengganggunya. "Sayangnya papaaa.. bangun yuk?!" Bisik Sadam membuat Saira mengernyit lalu berbalik memunggunginya.

"Masih ngantuk ya??" Sadam mengusap rambut Saira, "papa libur loh hari ini.. gak mau jalan-jalan nih?" Mendengar itu Saira berbalik cepat, membuka matanya.

"Saira pikir papa mau pamit kerja.." jawabnya dengan suara serak.

Mendengar ini Sadam mengernyitkan alisnya, "memangnya kenapa kalau papa mau pamit kerja?" Tangannya menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah cantik anak perempuannya itu.

"Saira suka sedih kalau papa pamit kerja.. soalnya papa kerja suka pergi lama-lama..." Saira menatap mata Sadam. "Sedikit sih sedihnya, kalau papa udah berangkat ya happy lagi.." ralatnya segera.

"Selamat pagi pa!" Saira mengecup bibir papanya, kemudian dengan gerakan cepat anak itu menuruni kasurnya membuat Sadam terkekeh.

"Gengsinya sama kayak mamanya!" Batin Sadam. "Mandi dulu sayang!" Sadam mengikuti Saira yang sudah melangkah keluar dari kamarnya dengan sedikit berlari menuju ke arah dapur. Anak itu tahu persis setiap pagi, jika mencari idolanya pasti selalu berada di dapur, menyiapkan sarapan untuk mereka setiap hari.

"Pagi maa!" Saira memeluk pinggang Sherina dari samping, mendongak menatap wajah mamanya yang selalu tampak cantik itu.

"Pagi sayang!" Jawab Sherina yang kemudian menunduk mengecup bibir mungil Saira. "Mandi dulu gih sama papa.."

"Mama bikin sarapan apa?" Saira mengalihkan pembicaraan, mandi pagi adalah hal yang sedikit tidak di sukainya.

"Mama bikin sandwich, kamu mau? Atau mau sereal aja?"

Saira's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang