11

144 19 18
                                    

"Maaaa.." Saira berlari setelah melewati Sadam di depan pintu apartemen. "Aku mau ceritaaa!!" teriaknya meski belum benar-benar menemukan keberadaan Sherina disana.

"Raaa! Papanya loh ini, kok di lewatin?!" Ucapan Sadam kali ini menimbulkan tawa dari Aryo dan Acha. "Eh, ketawa lagi lo pada!" gerutunya.

"Galak banget si bapak! Nih, Es teler.. anaknya masih inget sama lo kok.. Danish mah gak ada apa-apanya.." Aryo mengulurkan kantong plastik pada Sadam.

Saira membuka pintu kamar dan mendapati Sherina yang tengah duduk di depan meja rias, mengeringkan rambutnya. "Mamaaaa!!" teriakannya membuat Sherina tersenyum lebar.

"Haiii sayangnya mamaaa!! Happy banget nih?" Sherina mematikan hairdryer di tangannya, menyisir rambutnya sekali lagi sebelum membalik tubuhnya menghadap ke arah Saira. "Ada cerita apa?" tanya nya kemudian.

"Sebentar!" Saira mendekat ke arah pintu kamar yang masih terbuka, "Papaaaa jangan masuk ya! Urusan perempuan nih!" teriaknya sebelum menutup pintu lalu memutar kuncinya. Sherina terkekeh melihatnya sedangkan Sadam menghela nafasnya, berusaha untuk tidak mendobrak pintu kamar utama di apartemen mereka.

"Udah kangen banget itu Saira sama mama nya.. dari tadi yang di omongin mama nya terus.." ujar Acha.

"Mamaku idolaku banget tuh dia.. Malah kadang gue ngerasa lagi berhadapan sama Sherina versi sachetnya.. beneran deh, lo kebagian hikmahnya doang.." Aryo menambahi.

"Bibitnya dari gue padahal.." gerutu Sadam. "Pada mau minum apa nih? Ambil sendiri lah ya di kulkas tuh.."

Kembali ke situasi di dalam kamar. Saira kembali mendekati Sherina dengan senyum yang tak hilang dari wajahnya.

"Jadi cerita apa nih?"

"Ah, mama pasti udah tahu sih.. kan tadi om Aryo ce...." Saira terlihat berpikir mengingat kosa kata baru yang di dapatnya dari Aryo hari ini "Om aryo cepu-in tadi.." sambungnya.

"Eh? Tahu-tahuan cepu kamu?!"

"Emang bahasa cepu gak baik ya ma? Sama aja kan kayak bilang om aryo aduin tadi.."

"Ya sama, tapi kalau anak-anak seumuran kamu yang bicara kayak gitu tuh kurang enak di dengar Ra.." Sherina berpindah tempat, duduk di tepi ranjang di ikuti Saira yang berusaha menaiki ranjang untuk kemudian duduk berhadapan dengan mamanya.

"Ya sudah sih maa! Saira mau cerita nih.." Saira mengibaskan tangan kecilnya di depan wajahnya "Jadi tadi tuh di sekolah isinya anak-anak sipit sama bule kebanyakan tuh ma.. ada yang ngelihatin Saira terus, mungkin bingung ya karena Saira gak pakai seragam.. eh waktu om Aryo ajak ke kantin, ada tuh Danish sendirian, berani banget kan dia nunggu sendiri? Saira ajak kenalan deh.. Saira ketemu maminya juga tadi tapi Danish cepet-cepet pergi karena mau ada kelas sepatu roda katanya.. Nanti Saira mau ikut kelas sepatu roda juga boleh kan ma?"

Sherina yang menyimak dengan seksama cerita putrinya itu tersenyum, menganggukkan kepalanya. "Boleh.. Apapun aktivitas yang mau Saira ikutin mama dukung, tapi kalau sepatu roda perlu ijin papa dulu.. kan Saira tahu papa gak kasih ijin.."

Alis Saira menukik, bibirnya mengerucut lucu. "Solusinya ya mama jangan cepu sama papa lah.. Rahasia kita aja kelas sepatu roda nya.."

"Papa juga gak kasih ikut karate loh nak.."

"Aaaahhh.." Saira menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, frustasi? "Masa apa-apa gak boleh..?! Kenalan sama Danish aja di bilang Saira genit!"

"Ya bicara baik-baik makanya sama papa.. di rayu dulu papanya biar kasih ijin.." Sherina meraih tangan Saira "Mama juga dulu begitu kok, mama kan sama kayak Saira, anak tunggal juga.."

Saira's Journeyحيث تعيش القصص. اكتشف الآن