2.3 Mondy Luka (Revisi)

705 62 7
                                    

Raya merasakan kedua matanya mulai berair. Bayangan buruk itu, seperti kilasan film lama yang kembali diputar.

"Sayang, kau harus ikut denganku" Orang tersebut menarik lengan Raya, sadar siapa orang yang sekarang ada dihadapannya Raya mulai ketakutan menjauhkan lengannya, dan menangis.

"PERGI! JANGAN MENYENTUH KU.." Raya mulai histeris, menjauhkan tubuhnya dari orang itu.

Orang-orang hanya bisa melihat tanpa bisa menolongnya, karena dua orang lainnya mengancam untuk melukai mereka jika ada yang berani membantu.

"Tempat mu itu bersama ku Raya, dan sekarang sudah waktunya untuk kau pulang" Pria tersebut terus saja menarik lengan Raya.

"Brengsek! JANGAN SENTUH PACAR GUA !! " Mondy baru saja datang,

Melihat Raya menangis histeris dengan pria yang sedang menarik tangannya. Membuat amarah mondy memuncak. Dia berlari dan menghajar pria tersebut tanpa ampun, tanpa belas kasihan. Walaupun pria tersebut sudah tersungkur penuh luka, dan darah dari hidung dan bibirnya. Dua orang lainnya menarik lengan mondy, dan berbalik menghajarnya.

"CUKUP!! Hikss.. Jangan sakiti dia" Ucap Raya masih terisak, dia berusaha menolong mondy. Tapi dia terlalu lemah untuk menjauhkan kedua orang tersebut dari mondy.

Pria yang sudah tersungkur tadi terlihat bangun menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah. Setelahnya ia menyeringai dengan tatapan mengejek ke arah mondy.

"Pacar? cihh.. Raya cuma milik gua, dan lo gak akan pernah bisa ngambil apa yang udah jadi milik gua." Pria tersebut mendekati mondy, menarik kerah seragamnya berniat kembali menghajar mondy.

"Plak.." Raya menampar wajah Pria tersebut dan mendorongnya kuat agar melepaskan tangannya dari Mondy

" CUKUP BARA! kamu bukan siapa-siapa aku lagi, dan jangan pernah kamu sakiti Mondy"
Mondy mencoba berdiri dengan sisa tenaganya, dia menggenggam tangan Raya erat dan menariknya mendekat.

"Gua ga akan pernah biarin lo nyakitin Raya, dan cowo berengsek kaya lo ga pantes jadi bagian masa lalu Raya"
Bara mengepalkan tangannya tidak Terima dengan ucapan mondy, dia kembali ingin melayangkan pukulan pada wajah mondy. Namun terdengar suara mobil polisi sedang menuju kesini. Sehingga ia mengurung kan niatnya.

"Gua ga akan pernah berhenti. Sebelum gua dapetin Raya lagi" Ancam nya sebelum pergi meninggalkan tempat tersebut.

"Mondy, hidung kamu berdarah" darah segar mengalir dari hidung mondy menetes hingga ke baju seragam miliknya.

"Aku gapapa. Maaf, harusnya aku datang lebih cepat. Aku juga ga akan biarin dia ketemu sama kamu." Ucap mondy menyesal, bahkan luka yang dia dapat, tidak ia rasakan. Melihat raya menangis dan hampir disakiti, terasa lebih menyakitkan daripada hal lainnya.

"Hikss.. Kenapa kamu bicara seperti itu, kamu juga jadi terluka karena aku. " Dengan cepat raya mengambil sapu tangan miliknya. Menutup hidung mondy, walaupun tidak banyak membantu setidaknya bisa membantu darah tersebut berhenti keluar.

Raya nampak merasa bersalah, ditambah ia masih saja terus terisak.
"Aku gak akan mati, cuma karena dipukulin sama mereka." Mondy mengangkat tangannya mengelus pelan rambut hitam raya, menangkan gadis tersebut.

"Nak diminum dulu.. " Seorang bapak penjual mie ayam memberikan dua gelas air putih, pada Raya dan mondy.
Penjual dan warga sekitar yang ikut melihat kejadian tersebut pun, satu persatu sudah pergi dan kembali melakukan kegiatan mereka. Beberapa dari mereka pun tak segan menanyakan keadaan Mondy dan Raya.

Raya sebenarnya ingin membawa mondy ke rumah sakit, dia sangat takut luka tersebut dapat membahayakan mondy. Tapi Mondy keras kepala, dia malah bilang..
"Aku gak suka rumah sakit, luka kecil kaya gini nanti juga sembuh sendiri"

Raya memutuskan membawa mondy ke rumahnya, hari ini ka Riko sedang ada rapat di kantornya dan kemungkinan akan pulang lebih lambat.

"Kamu duduk dulu, aku akan ambil minum dan kotak obat" Mondy menurut, sedikit meringis merasakan lebam di wajahnya terasa perih.

Tak berapa lama Raya datang membawa segelas air putih dan kotak obat.

"Kamu minum dulu" Kata raya menyerah kan gelas tersebut pada mondy.
Kemudian ia mengambil kapas dan menuangkan sedikit alkohol untuk membersihkan luka mondy.

"Aww.. pelan-pelan Raya" Mondy meringis saat kapas tersebut mengenai luka diwajahnya

"Maaf, aku akan lebih lembut" Suara Raya terdengar tulus. Ia kembali mengobati mondy.

Suasana hening menyelimuti mereka berdua, tidak ada yang bersuara membuka percakapan. Hanya tatapan mereka yang seakan saling berbicara, mata mondy menatap lekat wajah Raya yang berada dihadapannya. Perasaan hangat menjalar dalam hatinya, gadis itu telah mengunci dirinya. Bahkan sekarang hati dan pikiran nya hanya dipenuhi oleh Raya, dan bagaimana jika status mereka harus berakhir. Apa yang harus Mondy lakukan setelahnya.

"Sudah selesai" Kata Raya membereskan kembali kotak obat tersebut.

"Terima kasih" Mondy tersenyum kecil menatap gadis dihadapannya.

"Seharusnya aku yang berterima kasih, kamu tidak seharusnya terluka seperti ini. Semua ini salahku" Raya menunduk, suaranya terdengar gemetar.

"Aa.aku takut saat kamu terluka, aku tidak bisa saat melihat kamu jatuh dengan banyak darah. Itu membuatku merasa sakit, dan bersalah. Seharusnya kamu tidak mengalami hal seperti, ini semua karena kamu berada didekatku" Raya semakin gemetar suaranya bahkan tercekat saat mengatakan itu semua, ia tidak bisa membendung tangisnya lagi. Ia takut. TAKUT KEHILANGAN MONDY.

Mondy menarik Raya kedalam pelukannya, ia memeluk Raya dan membuat gadis tersebut semakin terisak. Mondy mengusap lembut Raya dalam pelukannya, berusaha meyakinkan bahwa ia baik-baik saja.

"Aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk selalu melindungi kamu Raya, bahkan jika harus mempertaruhkan nyawa ku" Bisik mondy ditelinga Raya.

Mondy meregangkan pelukannya pada Raya menatap wajah Raya yang basah oleh air matanya. Mondy menghapus air mata tersebut, mengangkat dagu Raya agar menatapnya.
"Jangan takut, ada aku disini" Ucapan mondy seakan kalimat ajaib yang dapat menenangkan hati Raya sekarang.

Mondy mendekatkan wajahnya pada Raya, bahkan Raya dapat merasakan hembusan nafas mondy diwajahnya. Raya menutup matanya saat wajah mereka semakin dekat
.....












Ada yang nungguin lanjutan cerita ini...
Kalo kalian tertarik dengan cerita ku jangan lupa tinggalkan jejak dan komentar kalian yaa, karena itu semangat buat aku.
Love you All😘

Note:
Semakin banyak antusiasme kalian dari vote dan komen, aku bakal makin cepet up lanjutannya. Udah ditulis kok tinggal kasih sedikit lagi dan up deh. Makanya jan lupaa yaaa




The Power of Love (Hiatus)Where stories live. Discover now