2: Senja

3.6K 192 0
                                    

Senja adalah salah satu lukisan nyata terbaik yang ada di semesta alam. Senja muncul kala matahari hendak beristirahat sejenak dari tugasnya memberikan cahaya kehidupan.

Mungkin sebagian besar penghuni semesta sangat menyukai Senja. Tapi sayangnya, tidak untuk Langit. Sepertinya Langit cemburu melihat keindahan Senja yang sukses membuat dirinya terhanyut. Ia sangat benci mengagumi, karena hal itu hanya akan berakhir dengan kekecewaan.

Baik senja yang ada di langit maupun Senja sesungguhnya yang tengah hadir dalam hidup Langit, sama-sama indah dan juga sama-sama akan menimbulkan kekecewaan. Itulah sebabnya Langit berusaha melepaskan diri dari Senja.

"Ini terakhir kalinya gue ajarin lo materi fisika. Mulai besok lo harus belajar sendiri tanpa gue!" Langit kembali angkat suara.

"Tapi Lang, gue kan belom capai target nilai yang dikasih Bu Fina.." sejujurnya Senja tidak mengerti mengapa tiba-tiba Langit tidak mau lagi mengajarinya.

"Usaha lah! Gue kan udah ngajarin basicnya, tinggal lo pahamin aja rumusnya. Di buku yang lo pegang itu, semua udah gue tambahin catatan supaya lo gak bingung sama penjelasan yang ada di buku itu." Langit mencoba menjelaskan pelan-pelan. Meski ia tak suka Senja, setidaknya ia harus menepati janjinya kepada Bu Fina untuk membuat Senja lebih paham dengan pelajaran fisika.

Langit menunggu respon Senja, namun Senja hanya diam sambil menatap buku yang ia pegang. Jadi Langit tidak mengabaikannya?

"Iya, gue baca buku itu buat pastiin lagi semuanya. Buku itu udah gue tambahin catatan biar lo lebih paham." Langit seolah tahu bahwa Senja tengah mempertanyakan sesuatu.

"Sorry, Langit.." Senja menundukkan kepalanya, hingga poninya sukses menutupi sebagian wajahnya.

"Lo itu nyebelin, tapi gue gak sampe sebenci itu kok sama lo. Lagi pula gak lucu kalo cewek populer kaya lo punya otak yang jongkok." perkataan Langit sukses membuat Senja mengangkat kepalanya.

Langit dapat dengan jelas melihat wajah Senja yang penuh dengan kekesalan.

"Kenapa? Emang ada yang salah sama kata-kata gue?" Langit bertanya polos, ya memang tidak salah, tapi perkataannya sungguh membuat siapapun yang mendengarnya pasti merasa kesal.

"Langit! Lo lahir di belahan bumi mana sih? Lo diajarin kalimat yang lebih sopan dikit gak sih?" ocehan Senja itu membuat Langit secepat kilat meninggalkannya. Ia terlalu lelah untuk melanjutkan perdebatan mereka.

"Langit!!!!!!" Senja berteriak memanggil Langit yang semakin menjauhinya.

Untuk kedua kalinya Senja mengejar Langit.

"Tolong dong, jangan begini. Gue masih butuh lo, Lang. Please.." begitu kembali berhadapan dengan Langit, Senja langsung memohon pada Langit.

"Please, Lang.. Gue perlu ngeyakinin ayah dan bunda supaya bisa nyusul kembaran gue ke Sidney." Senja menyatukan kedua tangannya memohon.

"Apapun yang lo minta gue akan penuhin asalkan lo tetep mau ngajarin gue, please.." Langit merasa tidak tertarik dengan penawaran Senja. Ia merasa tidak butuh apapun.

"Lo mau apa, Langit? Please kasih tau gue.. Apapun itu gue pasti bakal penuhin. Cuma lo Langit yang bisa bantuin gue.." Senja kembali memohon pada Langit.

"Sorry.. Gue gak bisa." Langit menjawab singkat dan pergi meninggalkan Senja.

Meninggalkan Senja yang terlihat kecewa dengan keputusan Langit yang tiba-tiba.

Senja tanpa sadar meneteskan airmatanya, ia baru menyadari begitu merasakan ada yang mengalir di pipinya. Ia segera menghapus airmata itu, menghapus kekecewaannya.

Cerita Langit SenduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang