. . . . 2

65 4 11
                                    


Dia memikirkan kecilnya kemungkinan apabila mereka bertemu lagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dia memikirkan kecilnya kemungkinan apabila mereka bertemu lagi.

Tokyo kota yang tak terlalu besar dan padat, tapi seberapa besar kemungkinan jika kau ingin mencari seseorang dengan mengandalkan senyumannya? Seiring hari-hari setelahnya, Takashi secara tidak langsung memikirkannya. Ketika dia tak sengaja bertemu dengan seorang gadis dengan rambut dikepang yang mirip, atau berpapasan dengan pasangan yang sedang berkencan, hal-hal yang pernah terjadi di masa lampau seakan terkuak kembali.

Sudah lama sekali dia tidak merasakan euforia semacam itu. Dia tidak ingat kapan persisnya terakhir kali merasakan debaran jantungnya mengetuk-ngetuk keluar di balik rusuknya ketika teringat pada seraut wajah. Sebuah kesenangan aneh yang berasal dari fitur fisik seseorang dalam waktu sekilas. Hanya sekilas yang mampu membuat perasaan menggebu itu muncul. Perasaan yang membuat hatinya menghangat sekaligus tersiksa dalam waktu yang bersamaan.

Bertemu satu kali secara tidak sengaja dan berharap pada yang kedua kalinya adalah omong kosong. Jangankan pada yang tidak dikenal, pada orang yang dikenal saja peluangnya juga sama kecilnya. Dia tak habis pikir kenapa dia jadi begitu merindu pada orang yang sama sekali asing. Dia tidak tau namanya, asalnya, kepribadiannya, semuanya benar-benar nihil informasi. Dia seharusnya sudah tidak percaya bahwa penampilan bukan alasan yang tepat untuk jatuh cinta.

Jatuh cinta. Apa benar?

Usianya yang tak lagi muda mengajarkannya bahwa jatuh cinta pada pandangan pertama itu adalah omong kosong besar. Siapapun yang sudah pernah merasa mengalaminya tak mungkin tidak mengatakan hal yang sama.

Benaknya dipenuhi pertanyaan, siapa sebenarnya gadis itu? Orang seperti apa dia? Apa yang gadis itu lakukan di tempatnya berada sementara Takashi memutar-mutar gelas jus-nya di pinggir kerumunan yang sedang berpesta? Apa dia sudah pulang dan beristirahat dari pekerjaannya? Apa yang dia kerjakan? Apa mungkin dia masih seorang mahasiswi? Wajahnya terlihat masih sangat muda baginya. Atau mungkin dia seorang florist? Pikirnya dia cocok dengan pekerjaan itu. Atau mungkin bahkan, dia tidak bekerja dan sudah menikah? Siapa yang tau?

Pikirannya makin meracau. Dia benar-benar tidak punya petunjuk.

Pria itu meneguk lagi jus jeruknya. Lagu karaoke yang dinyanyikan Hideo baru saja selesai, kini bergantian dengan Sawamura-senpai yang mengajaknya lanjut berduet pada lagu lawas dengan nada mengantuk. Takashi bersandar di kursi, ia semakin ingin pulang saja. Seniornya di kantor, Sawamura Kazeki berulang tahun hari ini. Karena sudah tua dan masih lajang, dia tak sungkan mentraktir teman-teman satu divisinya bernyanyi karaoke dan karena tidak enak hati jika menolak bersama yang lainnya, Takashi ikut-ikut saja.

Takashi meletakkan gelasnya di meja. Pria itu memutuskan bangkit dan keluar dari ruang sementara teman-teman lainnya sibuk dan tak memperhatikan. Dia menelusuri koridor lantai dasar menuju ke luar gedung. Ketika pintu telah tertutup di belakangnya, dia melihat Kitamura telah mendahuluinya mencari udara segar di luar. Pria itu sedang duduk bersandar pada dinding sambil meminum sebotol sake di tangannya. Di sampingnya berserak entah beberapa botol yang telah dihabiskannya.

Beautiful StrangerWhere stories live. Discover now