T W O

109 11 3
                                    

Happy reading!

Heartbreak that I can't escape, a sinking ship I'll never save, I'm lonely like a castaway

5 Second of Summer - Castaway

++++

Setibanya di kamar, aku langsung melemparkan tubuhku ke atas ranjang. Aku tersenyum miris mengingat ucapan papa tadi. Liburan ke Bali? Itu pasti hanya akal-akalannya.

Orang tuaku memutuskan untuk bercerai dua minggu lalu. Namun, beberapa minggu sebelumnya aku sering melihat mama menangis di kamarnya. Papa menjelaskan berbagai hal padaku selaku anak pertama dalam keluarga. Berbagai alasan diungkapkannya, namun tak ada satupun yang bisa kuterima. Papa menyakiti mama. Aku benci melihat mama menangis karenanya.

Kurasa ini akan menjadi natal terburuk. Seharusnya dimalam natal kami berkumpul membicarakan berbagai hal di ruang keluarga. Menghias pohon natal, makan malam bersama, atau melakukan barbeque di halaman belakang menjadi kebiasaan keluarga kami setiap natal tiba. Namun sepertinya tahun ini akan sedikit berbeda.

"I hate this," bisikku.

Aku meraih tasku lalu mengeluarkan lukisan yang sempat kubeli tadi. Bingkainya berwarna silver polos namun terlihat indah. Ketika aku meraba bingkainya, jariku merasakan sesuatu yang mengganjal di salah satu sisinya. Sebuah ukiran—ke dalam—kecil yang membentuk sebuah kalimat. Mengetahui hal itu aku beranjak duduk dan mencoba untuk mengejanya.

Ego auxiliatus omnibus.

Aku tersenyum kecil. Kalimat itu pasti punya fungsi yang sama seperti watermark pada sebuah hasil desain. Menandakan identitas pembuat bingkai, atau mungkin lukisannya, aku tidak tahu.

Kumasukkan kembali lukisan itu ke dalam tas, lalu meletakkannya di atas meja. Aku segera melakukan aktivitas rutinku seperti biasa—mandi dan berganti pakaian—lalu menutup jendela kamar dan mengunci pintu. Aku ingin tidur lebih awal hari ini, tanpa terganggu sedikitpun. Sebelum tidur, aku menyempatkan diri untuk mengirim pesan pada Mia tentang tugas yang harus kami bahas esok.

"Astaga, kenapa dingin sekali."

Aku terbangun dari tidurku sebab udara dingin yang cukup menganggu. Ketika aku membuka mata, aku melihat jendela kamarku terbuka lebar. Tirai-tirai beterbangan sebab angin kencang.

Tunggu, jendelaku terbuka? Seingatku tadi sudah kututup rapat. Ketika aku bangkit dari ranjang, pandanganku tertuju pada tas di atas meja yang bercahaya. Aku membuka tasku dan mendapati bahwa sumber cahaya itu berasal dari lukisan yang kubeli tadi.

Mataku menyipit, tak kuasa menahan silaunya cahaya. Tiba-tiba aku merasakan tubuhku tertarik ke dalamnya.

"Mama! Gabriel, Ella!" aku memanggil mereka semua, namun tak ada respon sama sekali. Hingga pada akhirnya pandanganku menggelap dan aku merasakan tubuhku mulai jatuh perlahan.

"Akh, sial!" desisku ketika merasakan punggungku menempel pada sesuatu yang keras.

Hei, aku sedang berbaring di atas tanah. Saat itu juga aku segera bangkit, lalu menatap sekitar. Aku menyadari sesuatu, hal yang kulihat di depan mataku tampak begitu familiar.

"Damn it!" umpatku pelan.

Pemandangan ini—ladang bungan dengan berbagai macam warna—adalah pemandangan yang sama dengan lukisan yang baru saja kubeli. Bahkan rumah di sudut lukisan itu nyata. Memangnya apa dosaku, hingga aku harus masuk ke dalam dunia yang tidak seharusnya aku disini. Oh atau jangan-jangan, ya, sepertinya kalimat sialan yang terukir di bingkai dan tidak sengaja sudah kubaca.

Sekarang, bagaimana caraku untuk keluar? Mungkin ada seseorang di rumah itu, aku akan kesana.

Rumah ituhanya tinggal beberapa meter di depanku. Namun, ketika aku mendekat, akumelihat seorang gadis sedang berdiri membelakangiku. Semoga saja ia bisa membantuku untuk keluar dari sini.

 Semoga saja ia bisa membantuku untuk keluar dari sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To Be Continued.. 

Hope you like it!!

[20/08/2019]

findgilinsky

Magical Frame (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang