05 : Memeluk Boneka Berduri

Start from the beginning
                                    

"Ini ruangannya.." Ujar resepsionis itu sambil memeriksa ke dalam, sedang memanggil seseorang. Setelahnya, resepsionis itu meminta Johnny untuk menunggu dan kemudian pergi. Johnny dengan perasaan berdebar menunggu kekasihnya sampai tak berapa lama seseorang keluar, tapi dia bukan Sejeong.

Entahlah ia tidak kenal dan tidak peduli juga dengan siapa perempuan berambut pendek yang sedang berdiri dihadapannya dan menatapnya dengan gugup. Yang jelas, kalimat yang terucap dari mulut perempuan itu membuat Johnny berusaha mengendalikan dirinya untuk tidak marah di tempat.

Sejeong tidak ada di kantornya, sedang keluar dengan seseorang yang Johnny sudah tebak siapa dia. Perempuan itu hanya berkata alamat dari tempat makan yang di datangi Sejeong dan tanpa membuang waktu lagi ia segera menuju kesana.

Benar saja, seperti yang dikatakan perempuan itu. Tidak cukup jauh karena kedai itu juga dekat dengan kantor dan dia bisa melihat Doyoung dan Sejeong sedang duduk berdua disana. Tanpa ragu pula Johnny segera mendatangi mereka.

"Kim Sejeong?"

Keduanya spontan menoleh dan terkejut melihat siapa yang datang. Johnny bisa melihat Sejeong yang benar-benar terkejut, sama dengan Doyoung walaupun lelaki itu dengan cepat mengubah ekspresinya.

"Oppa? Kenapa kau ada disini? Bagaimana kau bisa tahu aku ada disini?"

Johnny tersenyum asimetris sambil mengangkat bungkusan berisi makaron yang tadi dia beli. "Memberi kejutan, seperti yang biasa kau lakukan. Temanmu yang memberi tahu lokasimu." Tatapannya tidak lepas menatap Doyoung penuh ketidaksukaan. "Tapi justru aku yang terkejut disini.."

"Aku bisa jelaskan-"

"Jadi ini yang namanya kerja?"

Sejeong terbungkam. Ia melirik Doyoung yang terlihat sangat tenang di tempatnya. Lelaki itu melirik Sejeong, memberi isyarat untuk pergi saja dengan kekasihnya sebelum suasana semakin panas.

"Aku pergi dulu.."

Doyoung mengangguk sambil melambaikan tangan. Sekilas ia juga melihat Johnny dengan tatapan yang biasa-biasa saja. Toh, memang dia tidak salah. Mereka makan berdua ini karena punya maksud, bukan karena sedang bermain di belakang.

Sejeong menggandeng lengan Johnny dan mengajak lelaki itu keluar dari sana. Beruntung lelaki itu tidak memberontak dan ikut saja dengan Sejeong.

Mereka sudah cukup jauh dari kedai itu. Sejeong menarik tangannya dan berdiri di hadapan kekasihnya. "Kenapa kau datang kesini?"

"Kenapa?" Johnny mendengus remeh. "Kau tanya kenapa aku datang? Kim Sejeong! Kekasihmu ini sedang ingin memberi kejutan. Aku yang harusnya bertanya, kenapa kau justru makan di luar dengannya? Kau bisa bilang padaku dan aku akan datang."

"Bukan begitu-"

"Lalu? Kau tidak sedang berbohong soal lemburmu ini, kan?"

"Kau bicara apa?! Aku sungguh lembur!"

"Kalau begitu, setidaknya tolong sempatkan waktu membalas pesanku! Kau bisa makan berdua dengan temanmu itu tapi kenapa hanya membalas pesanku saja kau seperti tidak punya waktu sama sekali?!"

Napasnya tercekat. Sejeong sampai menarik napasnya dalam dan menghembuskannya dengan berat. Sejeong salah. Ia benar-benar sadar sikap tidak pedulinya ini terus menjadikan Johnny sebagai korban. Benar dia rajin menghubungi Johnny, tapi untuk mengabaikan pesan lelaki itu juga bukan hal jarang baginya. Sering. Justru sangat sering ia lakukan.

"Kau tahu alasanku cemburu walaupun kau sering mengatakan kalau rasa cemburuku ini tanpa alasan?" Johnny menghela napasnya sejenak. "Sikap tidak pedulimu yang membuatku takut, Sejeong. Kau bisa sangat peduli dengan temanmu tapi tidak denganku."

[1] 20봄 | TWENTY SPRING✔Where stories live. Discover now