our story 3

792 83 26
                                    

"chimon, buruan. gantian, kakak juga mau mandi" pluem mengedor pintu kamar mandi "kamu ngapain di dalam, kalau mau tidur jangan di situ mon, masuk angin nanti kamu"

chimon membuka pintu dengan wajah kesal. sebaliknya pluem memamerkan senyumnya yang paling manis

"dih masih ngambek aja. ntar jelek loh tuh muka"

chimon menepis tangan pluem yang terulur padanya membuat pluem menghela nafas dan akhirnya menyerah

"iya kakak minta maaf. chimon marah kenapa sih, kakak kan cuma bercanda mon. memang yang mana kalimat kakak yang bikin mon kesal? biar kakak ralat"

chimon melipat kedua lengannya di depan dada. sebenarnya chimon sendiri juga tidak tahu kenapa dia tiba tiba marah pada pluem.

"nggak, mon nggak marah kok"

"mukamu di tekuk gitu masih berani bilang ke kakak kamu nggak marah"

"ya, kakak becandanya gitu sih"

"iya deh maaf" pluem menghela nafas "kakak masih suka sama teman kakak tadi, makanya kakak nggak mau ngomongin masalah itu. kakak nggak maksut bikin mon marah"

"sakit banget ya kak?" tanya chimon meletakkan tangannya pada dada pluem. sedikit merasa bersalah karena membuat pluem terpaksa mengingat hal yang tidak menyenangkan.

"nggak papa" pluem tersenyum "lagipula..."

"awas kalau kakak bilang ada chimon jadi kakak nggak begitu sedih" sela chimon

pluem tertawa "nggak kok, kakak mau bilang, kalau mon mau cium dada kakak pasti sakit kakak langsung hilang"

alih alih ciuman pukulan ringan lah yang mendarat di dada pluem

"buruan mandi sana, mon udah laper" chimon mendorong pluem masuk ke dalam kamar mandi

"ah, handuk kakak ketinggalan mon" seru pluem membuat chimon menyambar handuk yang masih terlipat rapi di atas meja dan melemparkannya pada pluem.

pluem kembali tertawa sembari menutup pintu kamar mandi, dalam hati bersyukur pada kemampuannya untuk mengendalikan diri sehinga detak jantungnya tetap normal saat chimon meletakkan tangannya tepat di sana.

setengah jam kemudian mereka sudah duduk berhadapan di salah satu meja restoran, menunggu pesanan mereka datang. sebuah musik jazz terdengar mengalun pelan sebagai suara latar menciptakan ketenangan pada pengunjung.

"kayaknya highlights resto nya kalau malam deh mon, siang nggak ada yang spesial"

pluem membuka percakapan memperhatikan keadaan sekelilingnya yang memang sedikit berbeda dari hanya sekedar restorant pada umumnya. dekorasi lampu sebagai hiasan menjadi daya tarik sendiri yang tidak akan begitu terlihat jika siang hari

"hah? memang nya kenapa?" tanya chimon

"lah, katanya mau nge date buat lunch di sini, nggak seru dong kalau biasa aja, ngapain jauh jauh ke sini"

chimon berkedip beberapa kali sebelum teringat dengan alasan awal yang dipakainya untuk menyeret pluem ke tempat ini

"oh itu. ya bodo amat lah kak. chimon kan cuma buat alasan biar kakak mau ke sini doang, nggak beneran mau nge date di sini. mahal banget gini, bangkrut ntar chimon"

"kamu ngajak kakak ke sini kakak yang bangkrut dong mon"

"hehehe, seminggu kedepan chimon traktir deh tiap malam"

"di fuku nya kak toptap ya"

"jangan di situ kak, udah biasa kalau itu, paling sushi dan sejenisnya doang, nggak seru"

bromanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang