24. Peri dan Pangeran

1.1K 221 131
                                    

Tadi hp aku error dong hhhhh pusing :(
Kayaknya ini jarak palig lama Manipulasi Rasa nggak update ya? Ada yang kangen?

---

Adara

Waktu kecil, aku termasuk salah satu dari sekian banyak anak yang terobsesi dengan Disney, terutama untuk karakter Princess ciptaan mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Waktu kecil, aku termasuk salah satu dari sekian banyak anak yang terobsesi dengan Disney, terutama untuk karakter Princess ciptaan mereka. Menyenangkan rasanya membayangkan diri sendiri menjadi seorang putri cantik, dengan hidup damai, satu masalah yang bahkan tak mengharuskan sang putri untuk melakukan banyak hal karena ada peri juga pangeran yang akan menyelematkan. It seems like life is easy and simple.

Dan yang paling penting, akhir yang bahagia.

Namun seiring bertambahnya usia, aku jadi semakin meragukan semua yang ada dalam film itu. Semakin banyak kenyataan yang kita rasakan, juga dengan umur yang semakin bertambah, pengalaman hidup seakan mengenyahkan semua kebahagiaan yang terkesan begitu direkayasa itu.

Nggak ada yang namanya peri, nggak ada yang namanya pangeran, dan nggak semua bisa menemui akhir yang bahagia.

Tapi kemudian ada yang bilang padaku, “Karena film itu fiksi, jelas beda dari realita. Tapi fiksi juga bisa jadi pengibaratan untuk dunia nyata, Ra. Di dunia nyata mungkin nggak ada peri, tapi ada teman baik yang bisa menolong. Mungkin nggak ada pangeran berkuda, tapi ada pasangan hidup nanti yang bakal menemani kita ngelewatin suka dan duka bareng-bareng.”

Mas Edsel yang bilang begitu.

Kalau fiksi memang pengibaratan realita, mungkin Mas Edsel adalah peri, sementara Bang Saka... entahlah. Boleh nggak sih kalau aku bilang pangeran berkuda? Tapi Bang Saka sendiri lebih mengakui diri sendiri sebagai ninja sih.

Dan pertanyaannya sekarang, apa ada akhir yang bahagia untukku, jika aku memiliki Mas Edsel dan Bang Saka?

Dulu aku bisa dengan yakin mengiakan hal tersebut. Tapi sekarang, rasanya berbeda. Aku tidak bisa menjawab semuanya begitu saja. Lots of things happened recently, it was like riding a rollercoaster without even knowing where and when to stop. And the after effect will be ready to come once we stop.

Mungkin, inilah after effect yang dimaksud. Inilah dampak yang harus aku rasakan setelah perjalanan yang kami lewati.

Gambaran pertama yang muncul dalam kepalaku sebenarnya sederhana, haya sekadar sebuah perayaan kecil di antara kami bertiga sebagai sebuah ucapan syukur karena keajaiban yang terjadi. Tidak ada hal mewah pun spesial, tak ada bedanya dengan makan bersama yang biasanya kami lakukan.

Seharusnya tak ada yang beda.

Bohong namanya kalau aku bilang semuanya baik-baik saja. Karena memang ada yang beda.

Mas Edsel yang berbeda.

Dibanding kami bertiga, Mas Edsel memang orang yang paling diam. Tapi kali ini, Mas Edsel memang benar-benar diam, beberapa kali aku menepuk pundaknya karena melamun.

Manipulasi Rasa & Enigma RasaWhere stories live. Discover now