22. Jawaban Berat

1K 225 152
                                    

Gatau yaa tadinya aku malah niat update ini seminggu sekali aja wkwk. Karena jujur aja diriku ikut pusing sama masalahnya trio kwek kwek ini.

Anyway, update sore. Tolong ramein dong :)

-

Saka

Biasanya, weekend gue habiskan dengan berleha-leha, karena hanya hari itu saja gue bisa mendapatkan waktu kosong untuk benar-benar menjalankan kegiatan paling menyenangkan dalam hidup: rebahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biasanya, weekend gue habiskan dengan berleha-leha, karena hanya hari itu saja gue bisa mendapatkan waktu kosong untuk benar-benar menjalankan kegiatan paling menyenangkan dalam hidup: rebahan.

Tapi kali ini, gue nggak bisa melakukan itu. Karena Edsel yang menelepon Mama beberapa hari yang lalu, Mama pun akhirnya menyarankan untuk melakukan pemeriksaan lagi di saat gue libur. Dan itu adalah hari ini.

Gue nggak tahu sekarang harus bersyukur atau berharap tiba-tiba ada semacam grup Akatsuki modern yang menculik gue dan membawa gue pergi entah ke mana. Ke desa mana juga boleh.

Sayangnya itu semua hanya sekadar ilusi dari otak gue yang sudah dijajah dengan dunia ninja fiksi. Sekarang gue ada di dunia nyata. Nggak tahu gue harus kecewa atau bersyukur karena ternyata masih ada kewarasan yang tersisa dalam kepala gue.

Padahal gue menghindari rumah sakit. Sangat amat menghindarinya. Masalahnya gue nggak perlu lagi diteriaki maling di saat gue sudah cukup sadar bahwa gue memang maling. Gue tidak perlu diingatkan akan kondisi gue yang dipastikan akan makin berantakan, atau ada sekian banyak daftar penyakit yang bertambah ke dalam kehidupan gue.

But now, I got nowhere to run. Dan sebenarnya gue ragu untuk berlari karena sudah ada orang yang duduk di samping gue, kelihatan lebih cemas dari gue selagi kedua tangannya menutup mulut, kakinya menghentak pelan lantai.

Ternyata nggak cukup membuat diri sendiri cemas, sekarang gue juga membuat Adara ikut merasakan hal yang sama.

Sudah sekitar satu jam lebih sejak gue menunggu di sini dengan Adara, sementara Edsel sibuk mengurus administrasi pendaftaran check-lab bersama Mama.

Berasa Edsel yang jadi anaknya, ya?

Gue rasa itu bukan hal yang mengejutkan. Di mana-mana jelas orang tua lebih suka punya anak seperti Edsel daripada kayak gue.

Tapi hari ini, gue merasa bahwa gue bisa lebih mengabaikan fakta bahwa gue bisa dibandingkan dengan siapa saja dan jadi yang terburuk, karena sekalipun faktanya memang gue ini buruk, namun ada hal lain yang jadi kelebihan gue dibanding orang lain.

Karena di samping gue ada Adara. Ada yang mencemaskan gue, yang begitu memperhatikan gue, dan ikut jadi teman gue berbagi cemas.

Sekalipun gue kelihatan nggak tahu diri, tapi boleh kan gue senang karena hal ini?

“Adara.” Pelan, gue memanggil namanya, memperoleh perhatiannya.

“Kenapa, Bang Sak?”

Gue tersenyum kecil, mengelus lututnya. “Jangan terlalu khawatir gitu ah. Kamu jadi jelek.”

Manipulasi Rasa & Enigma RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang