1

24 2 0
                                    

Kilauan mentari pagi mengusik tidurku. Perlahan aku membuka mata_ dan pandangan pagi seperti biasa terjadi dikamarku. Itu rutinitasnya.

"Hei, bangun. Kau tidak malu padanya?" tangannya menjulur kearah jendela yang baru saja dia buka. Tepatnya pada matahari itu. "Dia bahkan bersinar sempurna pagi ini" dia bergerak menuju ranjangku. Mendaratkan bokongnya dikasur. Membelakangiku. Pandangannya tetap mengarah ke jendela. Aku memandangi wajahnya sepertinya dia melamun.

"What's wrong?" aku mulai bersuara.

"What's wrong?" dia mengulang pertanyaanku setelah mengerutkan alisnya. "with me?"

"Ya, You! " jawabku cepat.

"I'm fine. As you see_ sekarang kau bangun, aku tau kau kuliah pagi. Jangan sampai beasiswamu dicabut hanya karna kau sering bolos" dia mulai bangkit dan berjalan menuju pintu. "Oh. Aku menyiapkan sarapan untukmu di meja. Makanlah. Aku akan berangkat sekarang. Have a nice day, lil'sis". Dia mengedipkan matanya sebelum keluar dan mentup pintu kamarku.

Dia kakakku. Melvin Guillerman Hewlett. Dia satu-satunya keluarga yang aku kenal. Dia perfect. Usianya lebih tua 6 tahun dariku-29. Aku menyayanginya. Kami hanya tinggal berdua setelah Granny meninggal setahun lalu karna stroke.

How about my parent? Sejak awal aku tidak mengenal mereka. Mereka meninggalkan kami saat usiaku baru menginjak satu tahun. Aku bahkan belum bisa mengenali wajah mereka.

Granny pernah memberitahuku bahwa mereka lebih memilih karirnya dari pada kami_ aku dan Melvin. Aku sempat tidak percaya. Namun kenyataan yang kuterima mereka tidak pernah mengunjungi kami atau mengirim paket untuk kebutuhan kami. aku rasa mereka memang tidak peduli pada kami. Entahlah, aku juga tidak terlalu peduli.

#

Setelah menghabiskan sarapan aku langsung bergegas ke kampus. Ini tahun ketigaku di Bologna University. Universitas paling bergengsi dinegaraku. Dan pastinya hanya orang-orang yang memiliki kemampuan yang luar biasa yang bisa memasukinya. Dan aku beruntung bisa memiliki otak cerdas ini. Aku juga meraih beasiswa dari universitas ini.

"Valley!!" dia temanku di kampus. Hanya dia. Aku termasuk introvert. Jarang bergaul. Bukan sombong, hanya malas bertemu orang yang tidak terlalu penting.

"Hei" aku berjalan menghampirinya yang berada di parkiran. dia baru saja turun dari mobilnya. Dia mendekatiku dengan smirk khas nya. "good morning Ms. Dawnsonville. Are you okay? You looked very happy this morning, why?" tanyaku yang melihat seyumnya yang tidak luntur dari tadi.

"Ya. I'm happy. Ibuku menyetujui liburan kita ke London. Em.. I'm so happy Valley" dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan memiringkan kepalanya. Seperti anak kecil yang baru mendapatkan mainan barunya.

"Oh ya?? I'm happy too. Akhirnya kita bisa mewujudkannya" aku memeluknya.

"C'mon! Mr. Hubert akan sangat marah kalau kita terlambat dikelasnya" dia menarik tanganku setelah melepas pelukan kami._

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 23, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Heir Of Milestones Where stories live. Discover now