✨ [ft. Kim 태형]
❝Banyak orang bilang, pertemuan antara Kim Taehyung dengan Natasha adalah suatu takdir yang buruk. Namun menurut Taehyung, pertemuannya dengan Natasha sejak pertama kali di sebuah toko kue adalah takdir luar biasa indah yang membawany...
Berkali-kali ia mengatakan 'tidak apa-apa', 'tidak apa-apa', 'mungkin sudah seharusnya seperti ini, 'tidak apa-apa', tetapi rasa cemasnya yang berlebihan tidak bisa membohongi dirinya. Menelan ludahpun terasa sangat sulit dan kerongkongannya terasa kering. Kedua telapak tangannya dingin, bersembunyi di balik jaket denim yang ia pakai.
Lalu ketika suster memanggil namanya, tulang-tulang di tubuhnya seakan beku dan tidak mampu bergerak. Natasha sempat terdiam beberapa detik sampai Seokjin menyadarkannya dengan memanggilnya. Gadis itu pun masuk ke dalam ruangan bersama Seokjin.
Selama berada di dalam, Natasha tidak memerhatikan apapun. Entah Seokjin yang berbincang dengan dokter, entah dokter yang menanyakan dirinya tetapi berakhir dengan Seokjin yang menjawab semuanya, entah tiba-tiba saja ia sudah berbaring di brankar untuk diperiksa.
Natasha hanya diam. Kelewat diam ketika melihat raut wajah dokter laki-laki itu yang sama persis seperti dokter kemarin lusa yang memeriksa dirinya. Baiklah, inilah saatnya untuk menghadapi semuanya, entah akan menjadi seperti apa.
"Gimana, adikku sakit apa?" Seokjin langsung bertanya ketika baru saja Natasha dan dokter keluar dari balik tirai.
Gadis itu duduk kembali di sebelah Seokjin.
"Natasha baik-baik saja." Begitu kata dokter.
"Baik-baik saja? Loh, tapi dia sudah muntah-muntah dua kali selama satu hari. Dari mana baik-baiknya?" Seokjin merasa bingung dengan penjelasan dari dokter yang notabennya adalah teman masa sekolah menengah atasnya.
Kepala Natasha tertunduk, lagi-lagi dadanya bergemuruh, menciptakan keringat dingin keluar dari pori-pori kulitnya. Ia meremas ujung roknya kuat-kuat.
"Seokjin, Natasha baik-baik saja. Bahkan janin di perutnya juga."
[Media Play]
Seokjin terdiam. Pria itu diam mencerna ucapan dari dokter sementara Natasha sudah seperti mati rasa. Seluruh tubuh gadis itu terasa kebas. Tidak mampu merasakan apapun.
Seokjin mengerjap. "J-janin?"
Dokter itu mengangguk. "Janin. Usia kandungan Natasha sudah menginjak tiga minggu. Itu sebabnya Natasha sedang dalam keadaan dimana indra penciuman dan pencernaannya sangat sensitif. Natasha akan merasa mual setiap kali mencium bau, atau memakan sesuatu."
"T-tunggu sebentar.." Seokjin beralih memandang Natasha yang masih menundukkan kepalanya, tidak berani memperlihatkan wajahnya sedikitpun.
"Natasha.. gimana.. gimana bisa?"
Dokter itu mengernyit setelah melihat respon Seokjin. "Kim Seokjin, kamu tidak tahu Natasha hamil?"
"Aku.." Dada Seokjin tiba-tiba terasa seperti diremas-remas. Pria itu tidak tahu harus memberikan respon seperti apa dan bagaimana. Kepalanya mendadak pening dan dunianya seperti diputar-putar.
Lalu ponselnya berdering, telepon dari Soo Jung. Namun Seokjin nampaknya tidak punya cukup tenaga untuk sekadar menjawab panggilan dari istrinya. Pria itu pun harus dengan bersusah payah keluar dari ruang periksa, membawa kakinya yang seperti diikat bola besi melangkah menuju entah kemana. Dering di ponselnya belum berhenti, masih dengan penelepon yang sama.
Langkah kaki membawanya ke tangga darurat. Tangannya membuka kenop pintu, lalu ia kembali berjalan, menuruni tangga satu-persatu dengan lutut yang gemetar.
Detik berikutnya tiba-tiba langkahnya terhenti.
Kim Seokjin berbalik, melihat Natasha yang menangis di belakangnya, tubuhnya bergetar. Gadis itu kemudian membiarkan tubuhnya terperosot duduk di tangga, menyembunyikan wajahnya di kedua telapak tangan. Menangis pilu.
"Natasha.."
Seokjin ikut memerosotkan tubuhnya di depan gadis itu. Kedua tangannya terulur, membuka paksa telapak tangan Natasha yang menyembunyikan wajahnya.
"Lihat aku.." Seokjin memerintah dengan lembut, namun Natasha masih betah menundukkan kepalanya. Pria itu tidak bisa menunggu lagi.
"Lihat aku!"
Natasha terkejut dengan bentakan Seokjin. Gadis itu mengangkat kepalanya, menatap Seokjin tepat di kedua mata pria itu dengan rasa takut.
"Oppa..."
"Siapa?" Seokjin berusaha sabar, menekan emosinya serendah mungkin untuk berbicara dengan Natasha. "Dengan siapa melakukannya?"
Tangis Natasha semakin keras dan sesenggukan, paru-parunya kian sesak, dan kedua matanya pedih. Gadis itu menggeleng pelan, tidak kuasa untuk memberi jawaban atas pertanyaan Seokjin.
"Natasha.. jangan seperti ini- Ya Tuhan.. gimana bisa kamu menyimpan semuanya sendirian?" Tangan kanan Seokjin terulur membelai sisi wajah gadis itu, ibu jarinya menyeka air mata di pipinya dengan hati yang berdenyut ngilu.
"Oppa..."
"Katakan. Dengan siapa, hm?"
Natasha menggenggam tangan Seokjin, menggunakannya sebagai alat penguat batinnya. Gadis itu sekali lagi menatap pria itu, merasa memang sudah saatnya semua mengetahui yang sebenarnya.
Akhirnya, bibir gadis itu terbuka perlahan, memberikan satu nama untuk Seokjin.
Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.