✨ Finding Out: 3

Start from the beginning
                                        

"Natasha! Kamu baik-baik saja?!"

Oh, tidak...

-

Sarapan pagi menjadi hal yang paling berat bagi Natasha. Di meja makan sudah tersedia makanan, juga Ayah, Ibu, serta Seokjin dan Soo Jung yang sudah menempati kursi masing-masing. Natasha yang masih berdiri di ambang pintu, mendadak merasa ingin melenyapkan diri. Apalagi ketika Soo Jung menariknya untuk duduk di sebelahnya, ia merasa tangannya bergetar karena terlalu khawatir.

"Natasha, mau diambilkan apa? Telur?" Soo Jung mengambil satu telur dan diletakkannya di piring Natasha. Gadis itu menelan ludah ketika melihat telur mata sapi setengah matang di hadapannya.

"Seokjin, coba ceritakan bagaimana ketika pertama kali kamu mendengar kehamilan istrimu." Ayah bertitah.

Lalu mulailah percakapan hangat pada pagi hari yang cerah dan menyenangkan bagai semua orang kecuali Natasha. Gadis itu hanya diam mendengarkan, merasakan dadanya yang berkali-kali terhimpit sesak. Semakin lama ia menyadari bahwa ia tidak akan pernah berada di situasi sekarang ini, semakin keras pula sesuatu tak kasat mata yang menghantam ulu hatinya.

Natasha menelan telur setengah matangnya dengan susah payah, berusaha agar tidak merasa mual dan berakhir memuntahkan isi perut di hadapan orang-orang. Kenapa hamil sangat menyiksa seperti ini? Tidak bisakah satu hari saja ia dibiarkan tenang dan menikmati santapannya?

Namun sekeras apapun Natasha berusaha, ia tidak bisa mencegah apapun. Sial sekali.

Sesuatu lagi-lagi datang. Rasa mual yang hebat itu kembali menyiksa dirinya. Gadis itu menutup mulutnya seraya menahan mual.

Seokjin adalah orang pertama yang menyadari perilaku Natasha.

"Natasha, kenapa kamu begitu?"

Sontak seluruh pasang mata orang-orang yang berada di ruang makan mengarah pada Natasha. Gadis itu menurunkan tangannya dan menggeleng.

"Tidak, Oppa, aku hanya hmmpp-"

"Natasha?" Ibu memanggil.

"Hmmpp-!"

Ia sudah tidak kuat lagi. Gadis itu berlari menuju ke kamar mandi dan memuntahkan sarapan paginya. Yang tidak disadari olehnya adalah ia sudah menangis sesenggukan, merasa begitu lemah dan takut dan cemas dan bingung. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi ketika nanti Ibu, atau Ayah, atau semuanya menanyakan keadaannya.

Di luar sana, Seokjin mengetuk pintu dan menunggu jawaban dari Natasha dengan sabar. Gadis itu mengusap wajahnya frustasi, entah apa yang harus dilakukannya ketika bertemu dengan kakak laki-lakinya itu.

"Natasha! Apa sudah selesai?"

Gadis itu menghela napas. Ia mendongak menatap langit-langit. Apapun yang akan terjadi hari ini.. jika.. jika memang semua mengetahui apa yang salah dengan dirinya, ia tidak bisa berbuat apapun selain menerimanya pula.

Natasha membersihkan air matanya menggunakan tisu, kemudian gadis itu menyentuh kenop pintu kamar mandi, menahan napas selama beberapa detik sebelum dihembuskannya, berbarengan dengan ia menarik kenop sampai pintu terbuka lebar.

Seokjin masih berdiri.

Pria itu menatap Natasha dengan kening berkerut. "Semalam kata Ayah kamu muntah. Pagi ini ketika sarapan kamu juga begitu."

"Oppa.."

"Tidak bisa." Seokjin meraih pergelangan tangan Natasha. "Oppa akan mengantar kamu periksa."

-

"Tenang saja, dokternya adalah teman Oppa. Dia akan menangani kamu dengan baik." Seokjin mengelus kepala Natasha beniat menenangkan, tetapi hal itu malah semakin membuat Natasha ketakutan.

heartlines • kthWhere stories live. Discover now