ㅡten.

2.8K 438 22
                                    

Pagi ini Soobin harus membantu ibunya di toko roti. Tidak biasanya toko roti buka di hari Minggu tapi kali ini berbeda karena permintaan pelanggan cukup besar dan Narae harus memproduksi roti bahkan di hari libur seperti ini. Soobin sedari tadi sibuk bekerja di dapur, mulai dari membuat adonan roti hingga memanggangnya. Walaupun ia memiliki banyak hal yang harus dilakukan, kedua matanya sedari tadi sesekali terus melihat ke arah pintu masuk. Pasalnya, kemarin malam Yeonjun datang ke rumahnya dan ia mengajak Soobin untuk pergi jalan-jalan.

"Soobin, istirahat lah dulu. Sedari tadi kau terus bekerja. Bukannya Yeonjun juga akan menjemputmu sebentar lagi?"

Ucap Narae dengan bahasa isyarat setelah menepuk pundak Soobin. Soobin hanya mengangguk sambil tersenyum lalu melepas celemek serta perlengkapannya yang lain. Ia berjalan keluar dari dapur dan duduk di belakang mesin kasir. Kepalanya bertumpu pada kedua tangannya yang ia taruh di atas meja. Kemana Yeonjun? Apa ia berbohong tentang hari ini?

Tak terasa ternyata dua puluh menit terlewat dan Soobin tertidur di balik mesin kasir. Soobin menegakan tubuhnya dan tiba-tiba saja mendapati seseorang sedang duduk sembari tersenyum ke arahnya di depan mesin kasir. Kedua matanya langsung membulat sempurna dan ia menepuk-nepuk kedua pipinya, memastikan agar kesadarannya kembali sepenuhnya. Sejak kapan Yeonjun berada disana? Bagaimana bisa ia tertidur disaat Yeonjun sudah datang?

"Kau tidur nyenyak sekali, aku tidak berani membangunkan"

Tutur Yeonjun yang membuat kedua pipi Soobin merona, ia malu. Tangan wira bersurai abu-abu itu terangkat dan mencubit pipi Soobin gemas yang dibalas dengan Soobin yang mengerucutkan bibirnya. Ya Tuhan, lucu sekali, batin Yeonjun.

"Sudah siap untuk berangkat?"

Tanya Yeonjun yang dibalas dengan anggukan. Yeonjun dan Soobin berpamitan kepada Narae sebelum akhirnya keluar dari toko roti. Kali ini Yeonjun membawa mobil miliknya, sudah lama juga ia tidak menyetir. Kebetulan mobil ini adalah mobil yang dibelikan oleh ayahnya, sejujurnya ia juga malas untuk menggunakannya tapi demi kenyamanan Soobin apa pun akan ia lakukan termasuk mematahkan gengsinya kepada sang ayah.

Soobin yang hendak masuk ke dalam tiba-tiba ditahan oleh Yeonjun. Pemuda itu tersenyum hangat sebelum akhirnya ia membukakan pintu untuk Soobin. Sudah dapat ditebak bagaimana reaksi yang diberikan Soobin terhadap perlakuan Yeonjun kepadanya.

"Sejak kapan kau bisa menyetir?"

Tanya Soobin seraya Yeonjun sudah duduk di sampingnya. Hitung-hitung sebagai pengalihan topik agar jantungnya tidak berdegup terlalu kencang.

"Sudah lama. Sejak aku di sekolah menengah pertama pun aku sudah bisa menyetir"

Soobin mengangguk sembari membulatnya mulutnya atas jawaban yang diberikan oleh Yeonjun. Ia memutuskan untuk tidak mengajak Yeonjun ke dalam sebuah percakapan, khawatir jika Yeonjun harus melihat ke arah gerakan tangannya dan kehilangan konsentrasi saat menyetir.

Kedua netra Yeonjun terfokus pada jalanan sedangkan Soobin menatap ke luar jendela. Jalanan Kota Seoul cukup padat pagi ini. Alunan musik terdengar dari radio yang dinyalakan Yeonjun walaupun Soobin tidak dapat mendengarnya. Yeonjun memberhentikan mobilnya saat kemacetan menghadangnya.

Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi sedangkan sebelah tangannya terlepas dari stir dengan jari-jarinya mengetuk-ngetuk sembarang mengikuti alunan lagu. Ia mendapati sebelah tangan Soobin yang tidak jauh darinya dan perlahan namun pasti ia mendekatkan tangannya pada milik Soobin. Diraihnya tangan itu dan ia genggam erat seraya ia kembali melajukan mobilnya saat mobil di depannya mulai kembali bergerak. Soobin yang tangannya disentuh sempat terperanjat namun ia hanya terdiam sesudahnya dan dengan pasrah menerima pegangan tangan Yeonjun. Sebenarnya ia tidak benar-benar terdiam, ia hanya sedang menyembunyikan wajahnya yang memerah.

i can hear your voice | yeonbinWhere stories live. Discover now