ㅡfour.

3.3K 524 27
                                    

Berangkat sekolah dan menjalani hari-hari membosankan lagi. Yeonjun bersiap dengan skateboard-nya. Ia bergerak perlahan namun pasti, menarik nafas dalam dan menghembuskannya, udara pagi ini cukup segar. Yeonjun bergerak semakin cepat saat menuruni sebuah jalanan yang menurun dan secara tidak sadar ia melihat Soobin yang sedang berjalan sembari menunduk. Ia berniat untuk menghentikan skateboard-nya tapi jika ia tiba-tiba berhenti di jalanan menurun seperti ini yang ada akan semakin membahayakan dirinya.

"SOOBIN AWAS!"

Soobin tidak bergeming hingga akhirnya Yeonjun menabrak Soobin dengan keras dan keduanya terjatuh ke aspal dengan Yeonjun yang berada di atas Soobin.

"M-maafkan aku", ucap Yeonjun dan langsung bangkit dari posisinya.

Ia meraih tangan Soobin perlahan saat pemuda jangkung itu menunduk dan Soobin terlihat ketakutan.

"Hey, tenanglah!"

Soobin seakan tidak mendengar ucapan Yeonjun, ia tidak bereaksi apa pun. Ya ampun, apa semenakutkan itu seorang Choi Yeonjun bagi Soobin? Lagi pula, Yeonjun tidak akan menghajarnya.

"Soobin"

Tidak ada reaksi, Soobin masih menunduk.

"Choi Soobin"

Masih tidak ada reaksi.

"Choi Soobin, lihat aku"

Kali ini Yeonjun mendongakan kepala Soobin dengan menangkup kedua pipinya. Soobin menatap kedua netra itu dalam dan ia malah merasakan panas menjalar ke pipinya. Soobin memundurkan wajahnya dan menyebabkan Yeonjun melepaskan kedua tangannya dari Soobin.

Soobin membuka mulutnya berkali-kali, sepertinya ia berusaha untuk mengatakan sesuatu tapi yang ada hanya suara-suara aneh yang keluar dari mulutnya. Hingga akhirnya kedua tangan Soobin terangkat dan ia menggunakan bahasa isyarat yang tidak dapat dimengerti oleh Yeonjun.

"Aku tidak bisa mendengarmu dan berbicara padamu. Aku tuli dan bisu. Aku juga minta maaf untuk segalanya. Aku takut kau mengolokku karena kekuranganku"

Itulah yang ingin disampaikan oleh Soobin. Kerutan di dahi Yeonjun semakin dalam, berusaha untuk memproses gerakan tangan Soobin. Soobin akhirnya memutar kedua bola matanya malas. Percuma saja, Yeonjun tidak mengerti. Soobin akhirnya menunjuk ke arah telinganya lalu bibirnya dan menggambarkan tanda X dengan kedua lengannya. Soobin juga memberikan isyarat lebih mudah kepada Yeonjun agar dapat mengerti apa yang ia katakan.

"Ya Tuhan jadi selama ini kau tidak bisa mendengar dan berbicara?", tanya Yeonjun yang terkejut pada akhirnya.

Soobin hanya mengangguk setelah ia mengerti apa yang dibicarakan Yeonjun dari gerakan bibirnya lalu kembali menunduk. Yeonjun sekarang mengerti mengapa Soobin tidak menyahut saat ia membicarakannya di toko roti dan mengapa Soobin tidak bergeming saat kedua orang tuanya bertengkar di depan Soobin yang sedang fokus membaca. Dunianya sungguh hening dan Yeonjun baru mengerti itu.

Yeonjun membantu Soobin untuk berdiri dan membopongnya. Kedua siku Soobin berdarah bahkan jaket yang menutupi sikunya robek parah. Ia membawa Soobin ke rumahnya untuk mengobati luka-lukanya.

...

Soobin duduk di ranjang milik Yeonjun setelah Yeonjun mengobati lukanya. Yeonjun juga memberikan Soobin pulpen dan sebuah buku untuk berkomunikasi. Saat ini, Yeonjun sedang membuatkan semangkuk sup untuk Soobin sebagai permohonan maaf padahal Soobin sudah menolaknya tadi.

"Ini supnya. Maaf jika rasanya aneh. Ini hanya sup instan", tulis Yeonjun sesaat setelah kembali ke kamar dan menaruh mangkuk sup di meja.

Soobin menuliskan sesuatu di lembaran buku,

"Terima kasih. Padahal kau tidak perlu repot-repot segala. Aku tidak apa-apa"

"Tetap saja aku merasa bersalah"

Hening kembali menyelimuti mereka berdua. Yeonjun memperhatikan Soobin yang sedang memakan supnya. Sepertinya sup buatannya tidak begitu buruk. Ia baru sadar di sekujur tubuh Soobin terdapat banyak luka memar, pantas saja pemuda itu selalu menggunakan jaket atau kaus panjang.

"Mengapa di tubuhmu banyak sekali luka memar?"

Tulis Yeonjun tiba-tiba yang membuat Soobin menghentikan aktivitasnya dan ia langsung menaruh mangkuk supnya di atas meja sebelum akhirnya kembali menulis.

"Ayahku menghajarku habis-habisan sebelum aku pindah ke Seoul. Ia bilang aku tidak berguna ㅋㅋ"

Yeonjun membulatkan matanya. Bagaimana bisa Soobin mengatakan hal itu dengan ekspresi yang tetap dibuat sebahagia mungkin dan bahkan ia menambahkan suara tawa di tulisannya. Yeonjun tahu bagaimana rasanya dianiaya oleh orang tuanya sendiri dan melihat Soobin mendapatkan perlakuan yang sama sungguh menghancurkan hatinya. Pasalnya Soobin bahkan tidak bisa berbicara dan mendengar, ia tidak berhak diperlakukan seperti itu.

TO BE CONTINUED

i can hear your voice | yeonbinWhere stories live. Discover now