ㅡseven.

3.1K 498 39
                                    

"Hey, beberapa siswa bilang kita harus lebih berhati-hati saat berjalan di kawasan dekat sekolah"

Beomgyu tiba-tiba buka suara sesaat Yeonjun dan Taehyun datang bersamaan ke kelas. Keduanya refleks mengerutkan kening mereka heran.

"Memangnya kenapa?"

"Ada yang bilang dekat sekolah kita sedang banyak kawanan perampok yang tak segan merampok guru serta siswa dari sekolah di sekitar sini. Entahlah, aku pun belum pernah melihat mereka dan tidak mau juga, tapi sudah ada lima siswa yang babak belur dan Pak Han juga dikabarkan luka parah sehabis dirampok sepulang mengajar"

Tutur Beomgyu panjang lebar. Sebenarnya diantara Taehyun, Yeonjun, dan Beomgyu, Beomgyu lah yang paling update tentang apa yang sedang terjadi di sekolah. Selain karena Beomgyu yang memang memiliki teman dan relasi yang banyak disamping Yeonjun dan Taehyun, Beomgyu juga memiliki hubungan yang baik dengan para pengajar di sekolah ini.

"Kalau perampok itu menemui Yeonjun, yang ada Yeonjun yang merampok mereka"

Gumam Taehyun asal yang dihadiahi pukulan di lengan oleh Yeonjun. Beomgyu tertawa lalu mengangguk setuju. Yeonjun memang sangat ahli dalam urusan pertahanan diri. Dirinya dulu memang pernah menyandang sabuk hitam dalam taekwondo namun sekarang dapat dikatakan bahwa semua ilmu yang ia pelajari dulu sering kali disalah gunakan untuk berkelahi.

...

Toko roti Choi's Bakery sore ini cukup sibuk karena seorang pelanggan yang berlokasi di Jangji-dong memesan 10 lusin roti. Sepertinya pelanggan tersebut akan mengadakan sebuah acara penting.

"Soobin, bisa antarkan ini ke Jangji-dong? Lokasinya tidak jauh dari sini, hanya 5 menit dengan menaiki bus umum. Lokasinya dekat dengan sekolah Huening Kai dan sebentar lagi dia pulang kan? Kamu bisa sekalian pulang bersama dengannya. Alamat rumahnya sudah ibu selipkan di plastik bersama roti pesanannya"

Titah Narae dengan bahasa isyarat kepada anaknya dan Soobin langsung mengangguk. Diambilnya dua plastik berukuran besar dari meja yang berada di tengah-tengah toko. Soobin menaiki sebuah bus dan melihat ke sekeliling, Kota Seoul sangat lah padat namun tidak jauh berbeda dengan di Ansan.

Tiba-tiba saja hujan mengguyur Kota Seoul dengan derasnya sedangkan Soobin masih berada di dalam bus. Ia terlihat kebingungan, pasalnya Soobin tidak membawa payung atau pun jas hujan. Tiba-tiba saja tangannya terangkat dan menggenggam peluit berwarna kuning dengan tali yang dikalungkan ke lehernya. Entah sejak kapan Soobin mulai melakukan kebiasaan ini saat ia cemas dan bingung. Dengan menggenggam peluit pemberian Yeonjun, hatinya akan lebih tenang.

"Yeonjun-ah", batinnya.

Soobin turun dari bus dan menunggu di sebuah halte. Ia melihat ke arah arloji miliknya, tak terasa sudah pukul 5 sore, menandakan bahwa Huening Kai sudah pulang sekolah tapi tetap saja ia tidak dapat menemuinya mengingat hujat yang sangat deras.

Soobin menatap ke sekitarnya, ia memang satu-satunya orang yang turun di halte ini saat bus tadi berhenti. Ia mendapati empat orang pria dengan pakaian serba hitam yang menatap ke arahnya. Soobin bangkit dari duduknya dan langsung berjalan menjauh ke ujung halte sedangkan para pria itu malah semakin mendekat ke arahnya.

"Ya Tuhan, aku harus apa?"

Soobin dengan keberanian yang ia miliki menerjang hujan deras dan berlari sekuat yang ia bisa sembari terus membawa dua kantung besar berisi roti pesanan pelanggan. Tak disangka, keempat pria itu berlari mengikuti Soobin. Soobin berlari semakin kencang, ia mengutuk takdir yang membuatnya tidak dapat berteriak untuk meminta pertolongan.

Kedua matanya memancarkan harapan saat ia melihat sekolah Huening Kai yang ia lewati, itu artinya Yeonjun juga ada disana. Soobin mengambil peluit yang menggantung di dadanya dan meniupnya sekuat tenaga, tidak ada yang datang. Salah seorang pria berbaju hitam tersebut menarik plastik yang ia bawa hingga membuat Soobin terhenti. Tangannya ditarik paksa oleh salah seorang dari kumpulan pria tidak dikenal tersebut. Tidak ada lagi yang bisa ia lakukan, ia hanya meniup peluit pemberian Yeonjun sekuat tenaga sambil memejamkan kedua matanya. Ia tahu ia bodoh, mana mungkin Yeonjun mendengarnya.

"Yeonjun, ku mohon tolong aku"

Soobin membuka kedua matanya saat ia merasa sudah tidak ada lagi yang menarik tangannya. Kedua netranya menatap punggung yang sangat familiar baginya sedang berdiri di hadapannya dengan pria yang baru saja menarik paksa tangannya sudah tersungkur ke aspal. Ia datang, ia menepati janjinya, Yeonjun datang dan menepati janjinya untuk selalu menjaga Soobin.

Ini kali kedua Soobin melihat Yeonjun berkelahi untuk menyelamatkannya. Ia mencoba menahan pemuda itu namun Yeonjun tetap melawan. Empat lawan satu bukan lah hal yang sebanding. Entah dewi keberuntungan sedang berpihak kepadanya, Beomgyu datang membawa sebuah tongkat baseball disusul dengan Taehyun dan Huening Kai. Keempatnya melawan keempat pria yang hampir mencelakai Soobin tadi.

Soobin merasa tidak berguna sekaligus beruntung. Tidak berguna karena disaat seperti ini, ia tidak bisa melakukan apa-apa. Merasa beruntung karena telah dipertemukan dengan mereka semua yang melindunginya. Beomgyu dengan mudahnya menghajar keempat laki-laki tersebut dengan tongkat baseball yang entah ia dapat darimana. Perkelahian itu berlangsung cukup lama hingga keempat pria itu babak belur akibat pukulan tongkat baseball milik Beomgyu. Diantara keempatnya, Yeonjun lah yang terluka paling parah. Maafkan aku, Yeonjun.

...

Sekarang semuanya sedang berada di rumah Soobin. Mereka semua sudah berganti pakaian yang dipinjamkan oleh Soobin. Beomgyu langsung terserang demam akibat berada di bawah hujan begitu juga dengan Yeonjun yang mengalami demam ditambah luka dan lebam di sekitar wajahnya. Tidak ada luka yang dialami oleh Huening Kai dan Taehyun karena keduanya terselamatkan oleh tongkat baseball milik Beomgyu.

"Ya Tuhan Soobin untung kau tidak apa-apa. Kami sangat khawatir saat mencoba menerjang hujan lalu Yeonjun langsung berlari sesaat ia mendengar bunyi peluit dan ternyata kau sedang dikelilingi oleh kawanan perampok itu"

Ucap Beomgyu yang tidak dihiraukan oleh Soobin karena ia terfokus pada Yeonjun yang sedang tertidur. Pemuda itu sepertinya kelelahan akibat perkelahian yang terjadi ditambah lagi dirinya yang tiba-tiba terkena demam. Huening Kai menepuk lengan Soobin perlahan,

"Beomgyu bilang untung kau tidak apa-apa. Kami tadi berencana ingin menerjang hujan bersama lalu Yeonjun langsung berlari sesaat ia mendengar bunyi peluit, dan ternyata kau sedang dikelilingi oleh perampok itu. Di kawasan sekolah kami memang sedang marak adanya perampokan"

Tutur Huening Kai panjang lebar kepada Soobin menggunakan bahasa isyarat. Raut wajah Soobin semakin khawatir. Ia langsung mengambil buku di nakasnya dan menuliskan sesuatu disana lalu menunjukannya kepada Taehyun, Beomgyu, dan Huening Kai.

"Terima kasih telah menolongku. Aku tidak tahu harus membalasnya dengan apa"

Taehyun menggeleng lalu menepuk punggung Soobin lembut. Ia menuliskan sesuatu di buku milik Soobin lalu tersenyum,

"Itu lah gunanya teman"

Beomgyu dan Huening Kai ikut mengangguk dan tersenyum sesaat mereka melihat apa yang dituliskan oleh Taehyun. Ya Tuhan, terima kasih telah mendatangkan orang seperti mereka di hidupku.

TO BE CONTINUED





Hehehe gak kerasa udah chapter segini aja. Bosen gak aku update tiap hari? :(
Rencananya aku mau update dua hari/tiga hari sekali takutnya kalian bosenㅡ
Maaf juga chapter ini sinetron banget pake berantem-berantem segala hehehe.

I'm shamelessly asking for the vote and comment because it really gives me a lot of happiness to see a vote and comment from you. Happy reading! ♡

i can hear your voice | yeonbinWhere stories live. Discover now