Rose Scent Breeze ㅡ07🌹

856 101 6
                                    

Butuh waktu selama 20 hari untuk Sehun kembali mendapatkan kondisi pulihnya. Ditemani seorang wanita yang Ia tahu adalah kekasihnya meskipun Ia sendiri tidak mengingat apapun. Bagaimana Ia bisa terbaring di ranjang pesakitan, siapa dirinya, dimana keluarganya dan masih banyak lagi pertanyaan yang berkecamuk di kepalanya. Ia tak jauh beda dengan seekor anak kucing yang baru saja dilahirkan kemudian ditinggal begitu saja oleh induknya.

Kepalanya akan terasa berdenyut kencang jika Ia mencoba untuk mengingat sesuatu yang entah apa Ia juga tidak mengerti. Ia hanya bingung. Dokter menyarankan agar Ia tak sering-sering untuk memaksa otaknya untuk mengingat-ingat.

Seorang wanita baru saja masuk kedalam ruangan kamar VIP yang ditempati olehnya. Sekilas Ia memandang wanita yang kini berdiri dihadapannya yang tengah duduk ditepian ranjang untuk bersiap pulang. Entah pulang kemana.

"Hari ini kau sudah boleh pulang! Akhirnya!", sorak Subin lengkap dengan senyuman yang cukup lebar.

Sehun hanya tersenyum samar. Selama dirawat hanya wanita itulah yang bolak-balik mengunjunginya atau bahkan sampai menunggunya seharian. Tidak ada orang lain lagi.

"Kenapa belum ganti baju? Mau kubantu?", tawar Subin yang sudah memposisikan dirinya tepat didepan Sehun kemudian bergerak membuka kancing piyama rumah sakit yang masih melekat ditubuh Sehun.

"Kurasa aku bisa sendiri...", lirih Sehun mencegah tangan Subin yang sudah sampai di kancing yang ketiga.

Perlahan Subin mundur beberapa langkah membiarkan Sehun turun perlahan dari ranjangnya berjalan kearah kamar mandi. Berusaha memasang senyumnya meski tidak selebar tadi.

Didalam kamar mandi, Sehun mengganti pakaiannya agak kesusahan. Lengan kirinya masih agak ngilu jika digerakkan lalu lengan kanannya juga terdapat balutan kasa putih meski kata Dokter lukanya akan segera mengering. Selama itu Ia terus memikirkan apa benar Subin adalah kekasihnya, entahlah mengapa Sehun tidak merasakan perasaan apapun? Apa karena amnesia juga maka perasaannya terhadap wanita itu hilang? Entahlah, meski sebaik apapun Subin memperlakukannya juga memberikannya perhatian lebih tapi, dirinya tetap tidak merasakan apapun.

"Sehunㅡah, apa kau baik-baik saja didalam?"

Indera pendengaran Sehun menangkap suara wanita itu. Memang Sehun menghabiskan waktu hampir 20 menit hanya untuk melepaskan kostum pasien rumah sakit itu.
"Ne, aku baik!", sahutnya.

Tak lama Subin melihat Sehun membuka pintu kamar mandinya. Sudah mengganti pakaiannya dengan sepotong pakaian yang tadi Ia belikan di salah satu toko di pusat perbelanjaan. Padahal hanya kemeja kotak-kotak dengan celana kain hitam, tapi mengapa Sehun tetap saja terlihat tampan?

"Sudah?"

Sehun hanya mengangguk sekilas.

Awalnya Subin memaksa Sehun untuk naik kursi roda saja selama berjalan keluar dari area rumah sakit, namun pria itu menolak. Kakinya masih kuat hanya untuk sekedar berjalan. Setelah hampir 30 menit berdebat, Subin lebih memilih untuk mengalah. Ia harus mengikuti ritme berjalan Sehun yang masih bisa dikatakan pelan-pelan itu. Tangannya sedari tadi terus menggandeng lengan Sehun, menuntun kearah basement rumah sakit.

🌹🌹🌹

Mata Sehun mengedar mengamati setiap sudut ruangan yang baru Ia datangi itu. Subin mengatakan jika tempat itu adalah apartemennya. Ya, wanita itu membawa Sehun ke apartemennya yang ukurannya besar itu. Didalam apartemen ada 3 kamar, 1 kamar utama yang ditempati oleh Subin sendiri dan 2 kamar yang dibiarkan kosong. Terkadang adik perempuannya yang berasal dari Jeju akan datang berkunjung dan menggunakan salah 1 kamarnya yang kosong itu.

장미꽃 향기는 바람에 날리고(𝙍𝙤𝙨𝙚 𝙎𝙘𝙚𝙣𝙩 𝘽𝙧𝙚𝙚𝙯𝙚) Where stories live. Discover now