24.

260 32 0
                                    

Setelah kemarin rapat dirumah sakit tempat Wonwoo mantan pacaranya Jira berkerja, Yura langsung bergegas esok harinya kerumah temannya, Jira.

Dan, esok hari yang dikatakan Yura kemarin jatuh pada hari ini. Dan, setelah ditanya ternyata Jira tak bisa pergi karena sibuk. Namanya juga Jung Yura pasti keukeuh dengan keinginannya agar Jira ikut walaupun sang korban sudah menolaknya, sampai sekarangpun Yura masih bernegosiasi dengan Jira.

"Yakin lo Ji ga ikut amal? Biasanya ikut! Ntar sepi akutuh ga ada kamuuu." rengek Yura.

Jira mendengus sebal. "Heh Antonio! Gue banyak kerjaan, lagian nanti bakal ada sidang, tau?!" sentak Jira.

"Ck, bilang aja takut gagal move on sama si kiming." gumaman Yura seperti sedang berbicara pada toa masjid sepertinya.

Karena, Ji-

"Yee kurang ajar! Lagian, Kim Mingyu who?"

-ra mendengar semuanya, sehingga sarkasme 'pun terjadi.

Yura mendengus sebal. "Yaudah iya tau yang lagi deket sama Abang gue mah beda aja." sindiran Yura sepertinya tepat, sebab bantal sofa sudah mendarat mulus di wajahnya.

"Apaan si!" dengus Jira.

"Btw, Jaemin gimana ya kabarnya? Gue udah lama ga dapet kabar."

"Tiga hari udah lama katanya." sindir Jira.

"Lo bener ngga bisa ikut?" tanya Yura untuk mengalihkan topik yang baru saja diangkat oleh Jira.

Jira mengangguk. "Iya, lagian gue harus sidang, meeting, dan masih banyak lagi. Jadi pengacara yang lagi naik daun ada seneng sedihnya aslinya. Yaaaa, tapi mau gimana lagi? Kalau udah menyukai pekerjaan kita seberat apapun itu pasti dijalanin aja." jelas Jira panjang.

Yura akui Jira hebat. Sebab bulan ini baru selesai suatu kasus udah ada kasus baru dan itu terus berlanjut sampai sekarang.

Mungkin, cita-cita Jira dulu ingin menyangi Hotman Parris. Jadi kejar jam tayang terossss.

"Tapi ada Wonwoo lho. Yakin? Ada Evelyn juga, Abang lo si Seokmin juga hadir, yakin?"

Nah ini nih Yura.

Setan.

"Kalau Bang Jihoon diakan abdi negara pasti dia jadi utusan. Kalau Bang Dokyeom dia tuh ikut apa si itu namanya gue lupa elahh," Decak Jira sambil berusaha mengingat-ngingat. "Ah itu! Peduli Kasih! Isinya orang-orang yang suka ikut amal. Nahhh, kalau Wonwoo gue gatau."

Yura tersenyum jahil. "Gue yang rekomendasiin soalnya lo kan biasanya ikut masa tiba-tiba ga ikut?! Kan aneh. Ehh taunya ga ikut sibuk lo nya, yaudah deh gapapa. Semoga langgeng sama Abang gue ya!"

>>>

"Hwa kosongkan jadwal saya selama seminggu kedepan. Kalau memang ada yang ingin konsul sama kamu dulu aja ya? Saya ada acara." jelas Yura sambil menatap berkas-berkas peningkatan pasiennya.

"Baik Dok." balas Hwa.

"Hwa, menurut kamu mending saya nyari sama yang lain atau perjuangkan Jaemin?"

Hwa yang sedang menata berkas-berkas yang sudah dicek langsung menoleh.

Wahhh! Gelut nih pasti! Bagus-bagus! Kasiam Jaemin risih sama dedemit. Untung bos gue ya, coba kalo bukan. Udah gue maki. Batin Hwa. Sepertinya dirinya paling senang mendengar kabar bahwa bosnya dan cemceman bosnya sedang ada masalah.

"Eum... Kalo menurut saya mending cari yang lain dok." saran Hwa.

"Kenapa?"

"Sebab yang diperjuangkan belum tentu menerima perjuangan kita, dok. Tinggalkan dia dan lihat seberapa menderitanya dia dengan atau adanya dokter." Hwa sengaja menjeda.

"Karena yang benar-benar sayang dengan kamu tak akan pernah menyianyiakan perjuangan kamu."

>>

Yura termenung sepanjang hari karena perkataan Hwa yang langsung mengenai hulu hatinya, bahkan Jae Hwan saja ia titipkan karena dirinya sedang tak fokus.

Kenapa dirinya tak dijodohkan dengan Mingyu saja? Pusing rasanya Yura memikirkan ini semua.

Tapi, jika ia dan Mingyu bersatu itu tak akab benar ya itu tak akan benar.

Yura dan Mingyu adalah sahabat pasti dalam hubungab tak akan benar.

Pacar rasa teman jadinya.

Tapi, dulu sangat dulu saat dirinya masih ingusan. Yura pernah suka Mingyu karena senyumannya yang manis, anehkan?

Mangkanya Yura kecil sangat posesif dengan Mingyu kecil.

Hadehhh, kecilnya aja udah bucin udah tua makin bucin.

Saat dirinya asik-asiknya melamun pintu kamarnya terbuka dan munculah sosok Bunda.

"Adek kenapa?" tanya Bunda saat posisinya sekarang sudah disamping Yura.

"Adek pusing Bund." balasnya lesu, seperti anak kecil yang sudah mengantuk.

"Kenapa, hm?"

Yura menyenderkan kepalanya dibahu sang Bunda yang sudah tak lagi muda. "Yura jatuh hati sama cowok Bund." Yura memejamkan matanya saat kepalanya dielus. "Tapi, dia ga pernah bales semuanya. Malahan dia udah punya tunangan." lirihnya.

"Dek, kalau Allah udah berkehendak Insha Allah Adek dipersatukan sama dia. Tapi, kalo dia bukan jodoh Adek. Adek ga boleh benci sama Allah, itu jalan yang terbaik buat Adek berarti.

>>>

TBC.

WOEEE HOBBBAHHHH:"""""

VOTE+COMMENT YASHHH!1!1!1

BAKAL NAMBAH NGARET KARENA ADA TUGAS BUAT CERPEN T.T mending kalo cuman pendek berpart masalahnya T^T

Otakku tak bisa berpikir jernih.

Ok?

See y~~

Xoxo

Taruna - Na Jaemin Where stories live. Discover now