17.

277 36 6
                                    

"BUNDAAAA YURA MAU IKUT KE BANDUNG HUAAAA!! MAU KETEMU OMAAAA." teriakan histeris Yura membuat gendang telinga Bunda hampir pecah.

"SUARA MU ITU LOH DEK! KAMU KE SURABAYA AJA SAMA AYAH MU! BIAR BUNDA SAMA ABANG KE BANDUNG." balas Bunda dengan suara tak kalah nyaring. Jangan salah, saat masa sekolah dulu Bunda adalah salah seorang anggota paduan suara jadi suaranya memang terkadang sangat memakan gendang telinga.

"INI KENAPA MUDIK PADA MENCAR SIH?! TAU AH!" rajuknya lalu membanting pintu kamarnya.

Inilah yang sebenarnya Yura tak inginkan kala hari raya yang sebantar lagi tiba. Ayah, Bunda dan Abangnya akan mudik berpencaran hingga Yura'lah yang tak pergi.

Ingin mengunjungi rumah Jira pasti ia sudah mudik ke Lampung, mau ke Mingyu pasti lagi jaga lalu lintas, mau ke Jaemin pasti lagi pulang ke Sura—

Tunggu!

Surabaya adalah kampung halaman Jaemin! Jadi, lebaran dirinya bisa bersama Jaemin!

Hwhwhw

Baiklah, kali ini ia akan pergi ke rumah Mbah Putri tersayangnya itu. Dan, rumah sakit akan ia titipkan sementara ke Ice Bear.

Ah! Ia harus menghubunginya terlebih dahulu.

Yura langsung merebahkan dirinya dan tersenyum layaknya orang gila.

"I'm coming baby!"

>>>

"Ayah ke Surabaya kapan?" tanya Yura yang tengah mengemasi barang-barang yang menurutnya penting.

"Ayah ga janji ya?" balas Ayahnya dengan suara lembut.

Seketika aktivitas Yura terhenti lalu menatap Ayahnya penuh tanda tanya.

"Loh? Kenapa Yah? Bukannya biasa Ayah ke Surabaya?" tanya Yura bingung.

Ayah yang terus di bombardir oleh pertanyaan putrinya langsung terkekeh. "Ayah sekarang turun ke jalan buat mantau arus mudik."

Seketika tubuh Yura lemas.

Greget tiba-tiba Yura sama keluarganya sendiri. "Yaudah Yura sendiri aja ke Sura—"

"Bandung."

Yura melotot tiba-tiba kala Ayahnya menyela pembicaraannya yang belum selesai. "Kok tiba-tiba?!"

"Ayah ngga akan ngebiarin putri kecil Ayah nyetir mobil yang hampir 12 jam lamanya." suaranya lembut bahkan Yura langsung menghembuskan nafasnya pelan.

"Ayah," Yura mengamit tangan Ayahnya yang sudah banyak guratan lelah. "Yura bukan anak kecil lagi, Yura bisa semuanya sendiri Yah." jelas Yura lalu mengelus tangan Ayahnya lalu tersenyum.

"Mau setua apa 'pun kamu nanti, kamu itu tetep putri kecil Ayah." Ayah langsung memeluk Yura dan memang dasarnya Yura cengeng baru dibilang gitu aja udah nangis kejer.

"Lah? Kok nangis si Dek?" tanya Ayah yang setia mengelus punggung Yura yang sedang nangis tersedu-sedu itu.

Bukannya menjawab Yura malah makin menenggelamkan kepalanya di pelukan sang Ayah.

Dasar bayi!

>>>

"Pokoknya nanti yang nyetir gantian! Abang berangkat Yura pulang! Ga ada penawaran!" sentak Yura.

Sebab, sudah hampir tiga jam Yura dan Jaehyun bertengkar masalah menyetir.

"Yaudah, tapi rumah sakit kamu dititip siapa? Hwa?" tanya Jaehyun yang sedang merapihkan baju untuk dibawa ke Bandung.

Yura tertawa mendengarnya. "Dia mana mau jaga rumah sakit. Yang ada aku dimaki terus sama dia," tawanya terhenti lalu menatap Abangnya jahil. "Aku titip ke Wonwoo."

1 detik...

2 detik...

3 detik...

"Kok sama si Wonwoo sialan si?!" tanyanya sewot.

Hwhwhw.

Yura hanya mengangkat bahu acuh. "Kan dia dokter pembimbing aku waktu koas dulu, mantannya Jira lagi. Yaa, minta tolong ngga ada yang salahkan?" penjelasan dan pernyataan yang Yura lakukan sangat tidak masuk akal.

Jaehyun menghela nafasnya berat. Pasalnya Wonwoo sudah sedari dulu mengibarkan bendera oerang dengan dirinya. "Yaudah."

"Bang."

"Iya?"

"Abang... Suka sama Jira ga?" tanyanya random.

"Temen kamu?" Jaehyun mengerutkan keningnya kala mendengar pertanyaan dari Yura.

"Yoi, suka ga?"

"Gajelas kamu." balas Jaehyun cuek.

"Halah dasar uler keket, awas aja sampe suka! Tak jitak pala mu!"

"Hih dasar ga sopan." Jaehyun langsung memiting kepala Yura diantara lengannya.

>>>

Tbc.

Double up donk ak Rajangg wokwok:v

Vote+comment.

Xoxo

Taruna - Na Jaemin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang