"Aku tydak pelu teman. Pelgi sana." 

Tapi, Suzy selalu duduk di belakang Taehyung, tepat di sebuah taman dekat sungai Han, mengamati punggung anak itu yang gemetar hebat dengan kepala tertunduk, menangis tanpa suara.

Taman dekat TK Suzy yang akan selalu dikunjungi oleh anak lelaki itu setiap sore. Sendirian dan kesepian. Penuh tangisan yang Suzy lihat setiap harinya.

Dan, Suzy tahu bahwa anak lelaki itu menangisi kepergian orangtuanya.

...

Taehyung selalu menganggap Suzy sebagai bahunya untuk bersandar.

"Kalau kau mau menangis, menangis saja. Tidak pelu ditahan!"

"Omong kosong! Untuk apa aku menangis?"

Tiba-tiba, Suzy mendekat dan memeluknya.

"Tidak ada salahnya menangis. Menangis sekarang dan berdirilah dengan dagu terangkat keesokan harinya."

Tepat di hari itu, Taehyung menemukan sebuah tempat untuk dirinya mengadu.


...

Taehyung selalu menganggap Suzy sebagai cahaya di hidupnya.

Cahaya yang menuntunnya kembali ke cinta yang sesungguhnya.

"Apa yang sedang kau lakukan disini? Bukankah disini gelap? Lampunya kan sedang mati. Kau tidak mau keluar?"

"Aku tidak ingin keluar."

"Kenapa? Karena aku menemanimu disini?"

"Ya."

"Dan, kau tidak takut gelap?"

"Untuk pertama kalinya, aku tidak takut gelap."

"Kenapa begitu?"

"Karena ada kau disini."

"Taehyung, apa maksudnya?"

"Tidak perlu lampu. Wajahmu sudah seperti cahaya untukku."

Taehyung jujur. Di saat umurnya 12 tahun, ia melihat ada cahaya di tengah kegelapan pada wajah Suzy yang tersenyum.

Sejak itu, Taehyung tak pernah takut lagi dengan kegelapan karena ada Suzy di sisinya.

...

Taehyung selalu menganggap Suzy sebagai alasan di mana hatinya kembali hidup seperti sedia kala.

"Selamat ulang tahun yang ke-15, Taehyungie!"

"Apa yang kau lakukan?"

"Membuat kejutan untukmu!"

"Kau tidak perlu melakukannya."

"Perlu. Aku membuat ini karena kau pernah bilang kalau ulang tahunmu tidak pernah dirayakan."

LOVE STORY of TAEZY🍮Where stories live. Discover now