[vol. 1] 34. Cara Pertama

Mulai dari awal
                                    

"Saya baru mulai baca dari series satu, kemarin. Kamu udah baca semuanya?"

Seketika Sakura berpikir keras, lantaran sebetulnya ia sama sekali belum pernah membaca novel itu. Jangankan untuk baca, menyentuhnya saja Sakura belum pernah. Jurusan Sastra Inggris ternyata belum bisa menjadi tameng yang kuat bagi Sakura untuk tertarik dengan cerita-cerita detektif, atau apapun yang dipenuhi teka-teki. Lantas akhirnya mau tidak mau―demi memperlancar misinya―ia pun berbohong lagi, meskipun dengan dalih, "Udah, sih. Tapi karena aku bacanya udah lama, jadi banyak yang lupa. Makanya sekarang aku mau baca lagi dari awal."

Untuk menghindari percakapan lebih lanjut, Sakura langsung membuka salah satu buku berwarna ungu dengan judul terbaca jelas; Sherlock Holmes. Sakura nampak sangat serius membaca tiap halaman ke halaman lainnya. Sedangkan Angkasa justru tersenyum menahan diri agar tidak tertawa.

"Kamu baca dari awal atau dari yang series empat?"

Dengan yakinnya, Sakura menjawab, "Awal, dong, Kak. Biar paham."

"Tapi yang kamu pegang itu yang series ke empat."

Mulai merasakan ada yang ganjil, Sakura membalik bukunya. Di saat matanya melihat tulisan; FOURTH SERIES. Sumpah, di saat itu juga kalau ada pasir Sakura ingin sekali mengubur diri hidup-hidup saking malunya. Sakura lupa kalau tadi dirinya memang hanya mengambil buku-buku yang sama persis dengan yang Angkasa ambil. Dan tentu saja Angkasa tidak mungkin mengambil buku yang telah dibacanya, bukan?

Sejenak Angkasa meraih sebuah buku yang memiliki sampul sama persis dengan buku yang tengah dipegang Sakura saat ini. "Barusan saya juga pinjam, karena sebentar lagi saya selesai baca yang ketiga ini. Sama, kan, dengan yang kamu baca?"

Tidak ada yang perlu dibandingkan, Sakura mengangguk lugu.

"Kalau mau baca yang series satu, kamu bisa temuin bukunya di atas jajaran buku series dua di sebelah sana." Angkasa menunjuk salah satu rak yang letaknya agak ujung dekat tembok.

💕

Sepasang mata Sakura menjelajah memerhatikan tiap judul buku yang tersusun dalam rak, dan berhenti tepat pada jajaran yang paling atas.

Sakura mencoba mengulurkan tangan, melompat-lompat, namun tetap saja buku itu jauh dari jangkauannya. Sampai tiba-tiba saja uluran tangan lain dari belakang, membuat Sakura berbalik, dan langsung mendapati keberadaan Angkasa yang berdiri sangat dekat dengannya.

Tanpa bicara, Angkasa memberikan buku tersebut.

"Makasih, Kak," ucap Sakura yang mendadak gugup sendiri.

Namun saat Sakura ingin bergeser melalui celah samping, seketika kedua tangan Angkasa malah terangkat menghalanginya. Jarak mereka sangat dekat. Ditambah lagi, Angkasa mempersempitnya. Sampai-sampai Sakura mampu mencium aroma maskulin cowok itu.

"Kak?" Sakura menutur heran, dengan kepala yang sedikit mendongak.

Angkasa diam, menatap sepasang mata Sakura cukup lamat. Entah kenapa Angkasa suka sekali membuat gadis di hadapannya itu kikuk dengan cara seperti ini.

"Kak Angkasa?" tutur Sakura lagi dengan nada polos.

Akan tetapi tanpa Angkasa duga-duga gadis itu malah mangurai senyum, yang membuat matanya berpaling ke arah lain dalam hitungan detik, bersamaan dengan dua tangannya yang turun secara refleks dan melangkah mundur.

Angkasa tidak mengerti kenapa dirinya selalu mendadak lemah tiap kali melihat senyum gadis itu. Karena semua yang terjadi pada dirinya, yang berkaitan dengan Sakura memanglah di luar kendali Angkasa.

💕

Angkasa mendribble bola di tangannya dengan lincah. Membawanya ke arah ring, sementara Galen menghadang, berusaha untuk mengambil alih bola oranye itu dari tangan Angkasa.

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang