Tak lama, seorang gadis yang tengah menarik seorang pemuda langsung memasuki sebuah mobil namun tak urung di jalankan. Mobil itu masih berdiam di tempat, mereka berdua saling melirik menyadari bahwa mereka tak bisa lagi terus mengikuti.

Salah satu dari mereka melihat lurus lewat kaca spion, bahwa ada yang memerhatikan mereka dari dalam mobil yang tentunya membuat mereka ketahuan menguntit.

Masuk lagi ke cafe, gue mau ngomong. √√

Terkirim. Sudah terlanjur tertangkap, mau tidak mau harus di bicarakan.

Dengan gerakan kepala yang mengarah ke seberang jalan sebagai kode, mereka berdua akhirnya menuju Cafe Mentari.

*****

Suara notifikasi chat masuk ke dalam ponsel Miya, sebuah kalimat bernada perintah membuat ia tersenyum karena insting nya memang benar.

"Masuk lagi ke cafe, ada yang mau di omongin" kata Miya.

"Lah terus misi kita?" tanya Kevin bingung.

"Tetap berjalan."

Tidak mau berdebat, akhirnya mereka kembali memasuki cafe dan memilih menuju roof top cafe, tempat yang sedikit privasi. Sebelum itu Miya membalas chat tadi memberi tahu pertemuan mereka.

Roof top cafe.√√

Terbaca. Misi kali ini berubah, tidak sesuai rencana sebelumnya.

Sepi. Itulah gambaran suasana roof top cafe Mentari. Hanya ada beberapa kursi dan meja yang di tata rapi di setiap pinggirnya, maklum saja karena tempat ini hanya di gunakan ketika acara tertentu atau memang ada yang memesannya secara khusus. Jadi wajar jika hari ini terlihat sepi karena tidak ada yang memakainya.

Mereka berempat duduk di dekat pagar pembatas lumayan jauh dari pintu, karena selain lebih terlihat pemandangan mereka juga tak ingin ada yang mengetahui hal ini walaupun itu hanya kecil kemungkinan.

Kevin dan Miya yang datang terlebih dahulu tak lama di susul oleh Erik dan Roni. Awalnya Miya menatap tajam Erik sepupunya, namun ia sadar jika marah pun percuma karena dari awal seharusnya ia tahu jika sepupunya itu sangat peka pada sekitar.

"Jadi maksud lo berdua ngikutin gue tadi kenapa?" Kevin membuka percakapan dengan sebuah pertanyaan karena ia yakin mereka berdua tak akan membuka mulut terlebih dahulu.

Roni menatap Kevin, "sebelumnya sorry kalau tindakan kita ganggu lo, kita cuma penasaran kenapa kalian memilih menjalankan misi berdua tanpa yang lainnya."

"Seharusnya lo berdua tau kalau apapun yang kalian tutupi gue pasti tau, gerak-gerik kalian emang keliatan biasa aja bagi yang lain, tapi nggak bagi gue." Iya, mereka seharusnya mengetahui itu. Ucapan Erik barusan seolah menyadarkan.

Miya menghembuskan nafasnya secara kasar, "gue cuman nggak mau kalian terlalu banyak terlibat atas kejadian yang bersumber dari gue."

"Mi, lo harus ingat. Gue pernah bilang dari dulu, apapun masalah yang bersangkutan sama lo ataupun Thalia, gua harus ikut andil dalam hal itu." Erik menatap tajam Miya secara intens. Walaupun Erik terlihat berlagak cuek, namun ia peduli akan keselamatan Miya dan Thalia. Mereka berdua adalah dua wanita yang harus ia jaga selain ibunya sendiri.

"Gue emang bukan kakak kandung lo, gue cuman kakak sepupu lo. Tapi amanah yang nyokap lo bilang harus gue patuhi."

Miya terdiam, begitu juga Kevin. Tak ada yang membuka suara, Roni hanya bisa menatap Erik dari samping. Sahabatnya ini terlihat cuek di luar, namun ternyata di dalam hatinya ia sangat peduli.

"Iya, gue minta maaf." Miya menunduk, ia masih sedikit merasa bersalah.

"Gue juga minta maaf," ucap Kevin. Karena apapun itu, ia pun merasa ini salahnya juga.

Gamers Couple [Slow Update]Where stories live. Discover now