Forever and Always| Part 11 ~Angelica

Magsimula sa umpisa
                                        

"Bagaimana tidurmu?" Ethan bertanya.

"Baik," Zee menjawab. "Apa kau memiliki tidur yang baik semalam?" kali ini Zee bertanya.

"Selama bersamamu, tidurku akan selalu baik." Zee menggelengkan kepala namun tak ayal ia tersenyum mendengarnya ucapan suaminya.

"Selamat pagi Zee!"

Zee menoleh tatkala mendengar suara anak kecil yang membuatnya langsung merentangkan tangan dan mendekap erat Angelica saat gadis kecil itu menubrukkan tubuhnya dan memeluk Zee dengan tangannya yang kecil.

"Selamat pagi," gumam Zee lalu ia melepaskan pelukannya setelah di rasa cukup.

"Hari ini kau rapih sekali, apa kau akan pergi?" Zee bertanya penasaran ketika melihat penampilan Angelica. Ditambah gadis kecil itu menggendong tas bewarna pink.

"Hari ini aku memiliki kelas melukis," Angelica memberi jawaban.

Zee mengerutkan kening, "Melukis?" lirihnya heran. Setahunya Angelica menyukai hal-hal fashion bukan melukis.

"Apa kau mau mengantarkan aku?"

Zee mengerjap, lalu tersenyum manis. "Tentu saja, aku dan Ethan akan mengantarkan dirimu." ucapnya. "Benar begitu Ethan?" Sambungnya sembari menoleh pada Ethan.

"Ya, kita bisa pergi sekarang juga."

Angelica meloncat sambil berseru senang dengan tangan terkepal dan terapung ke atas.

"Ayo kita berangkat!" ajaknya semangat.

Zee dan Ethan hanya tersenyum kemudian bergegas mengantarkan Angelica yang terlihat bersemangat.

"Apa kalian tidak ingin tinggal saja disini? Biarkan aku dan sopir yang mengantarkannya."

Zee menggeleng tak setuju saat mereka menuju pintu utama mansion Clara datang dan memintanya tak perlu menuruti kemauan Angelica.

"Aku akan sangat senang bisa mengantarkan Angelica, lagipula aku juga ingin berkeliling untuk memastikan apakah ada perubahan di New York ini."

Clara mendesah.

"Biarkan kami yang mengantarkannya," kali ini Ethan yang membuka suara.

"Tapi----"

"Ayolah, Cla..." Zee merengek.

"Baiklah, hati-hati di jalan." Clara tersenyum yang di balas Ethan dan Zee dengan balik senyuman.

"Kami pergi dulu." kata Ethan sebelum berjalan lebih dulu, meninggalkan Zee dan Clara. Sementara Angelica, gadis itu sudah berada di luar akibat perasaan senangnya untuk pergi ke kelas melukis.

"Ayo aku antar," Zee mengangguk dan mengikuti Clara dengan menyamakan langkah mereka.

"Ada yang ingin aku tanyakan." ucap Zee.

"Baiklah, apa pertanyaannya itu?" Clara membalas.

"Sejak kapan Angelica menyukai kelas melukis? Seingatku dia menyukai fashion."
Tiba-tiba Clara berhenti melangkah, menatap Zee dengan raut yang sulit di artikan.

Untuk beberapa saat Clara tidak menjawab, hanya menatap Zee lekat.

"Kau seperti tidak tahu anak kecil, mereka akan dengan mudahnya merasa bosan, itu mengapa Angelica mengambil kelas melukis untuk sekarang."

Masuk akal. Zee tersenyum kecil, "Ya, kau ada benarnya." kata Zee lalu keduanya terkekeh. Clara merasa lega karena Zee tidak lagi membahas lagi perihal pilihan Angelica untuk masuk kelas melukis saat dengan jelas anaknya menyukai fashion.

Tetapi, semua sirna ketika Jordan mengajarinya melukis seraya memberikan perkataan-perkataan yang menghipnotis.

Setibanya di luar mansion, Zee segera mendekati mobil yang akan di kemudikan Ethan sendiri, tanpa sopir dari Sergio.

Zee terkekeh melihat Angelica yang melambai-lambai di kursi penumpang belakang.

"Sudah siap?" tanya Ethan.

"Siap!" Zee dan Angelica bersuara kompak tanpa di rencanakan sehingga keduanya tertawa saat menyadari hal itu.

Angelica melambai-lambaikan tangannya ke arah Clara yang juga membalas lambaian tangan Angelica di tempatnya berdiri.

Tak lama kemudian, mobil yang Ethan kemudikan melaju meninggalkan mansion Sergio dan Clara.

Angelica yang terlihat ceria terus saja berbicara. Menceritakan apapun yang membuat Zee dan Ethan tertawa sekaligus gemas. Gadis kecil itu bisa membuat Zee dan Ethan ingin mencubitnya hanya karena bisa dengan baik menunjukkan ekspresi saat bercerita. Belum lagi suaranya. Benar-benar menggemaskan, jika saja Zee duduk di kursi belakang sudah pasti dia akan mencubitnya bukan sekedar tertawa lepas seperti saat ini.

"Ufttt! Mengapa lampunya harus merah," Angelica mencebik sambil menatap kesal pada lampu merah di luar sana.

"Tidak akan lama," Ethan menjawab.

"Tetap saja itu membuang waktu," Angelica membalas. "Sebaiknya aku menghubungi dad dan memintanya untuk menghubungi seseorang yang bisa mengganti warna lampunya." tambahnya membuat Zee dan Ethan menggeleng-gelengkan kepala.

"Ayolah, sebentar lagi lampunya menjadi hijau, bersabarlah.." kata Zee geli. "Lagipula tempat kau melukis tidak jauh lagi."

Angelica mendengus lalu menggerutu sebelum kemudian ia menghitung mundur lampu merah dari sepuluh hingga satu dan setelahnya gadis kecil itu bersorak gembira tatkala Ethan kembali menginjak pedal gas. Dan mobil melaju.

_____

Thank you:)

Forever And Always Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon