Bab 23 Fall from the Sky

Mulai dari awal
                                    

"Aku memang mencintaimu dulu." Galuh mengakui.

"Dulu?" Raut wajah Rena mengguratkan kekecewaan.

"Iya, dulu," tegas Galuh. "Saking cintanya, aku sampai jadi bucin selama bertahun-tahun. Geli, karena pada akhirnya kamu mengkhianatiku." Galuh tertawa hambar.

"Aku nggak pernah mengkhianatimu, Gal. Aku dan Han tidak pernah pacaran. Aku hanya memenuhi keinginannya untuk putus darimu," bantah Rena.

"Apa bedanya, Ren?" tanya Galuh dengan tatapan mengejek.

"Heh?" Rena terpaku. Ulu hatinya terasa sakit dengan tatapan yang diberikan Galuh saat ini. Terlebih sudut bibir yang dibentuk dengan gamblang menunjukkan suatu sikap meremehkan.

"Orang yang mencintai, tidak pernah mengkhianati, meski diancam akan dibuat mati." Galuh menatap lekat manik hitam Rena. "Kamu harusnya tahu, bagaimana rasanya ditinggalkan saat sayang-sayangnya."

Galuh bangun dari duduknya. "Aku ada kuliah. Dah."

"Apa kamu mencintainya?" tanya Rena.

Galuh menghentikan langkah lalu berbalik, menatap Rena yang duduk dengan air mata bercucuran. "Saat ini, iya," jawab Galuh dengan senyum terkembang.

"Bohong!" Rena tidak percaya. "Kamu sampai melakukan hal gila untukku, Gal. Bagaimana bisa kamu mengatakan mencintainya? Padahal, kamu hanya pacar bayaran."

Galuh menatap skeptis ke arah Rena. Dia semakin sadar kalau gadis di depannya sekarang tidak layak untuk mendapatkan cinta darinya.

"Kisah kita sudah usai, Ren. Bahkan tanpa Honey pun, perasaanku padamu telah menguap dan menghilang di udara," ujar Galuh menegaskan.

"Nggak! Mana bisa perasaan manusia berubah secepat itu, Gal? Kita sudah bertahun-tahun bersama." Rena masih tidak terima.

Galuh tersenyum kaku."Bertahun-tahun bersama ya? Dan dengan mudahnya, kamu meninggalkanku dengan alasan kampret sejenis karena Han yang minta?" sindir Galuh.

"Aku terpaksa, Gal. Ayahku sekarat dan butuh uang. Jika kamu di posisiku, kamu pasti akan mengerti dan melakukan hal yang sama,kan?" elak Rena.

Galuh menggeleng pelan. "Tidak."

Rena ternganga. "Kenapa? Apa kamu nggak sayang ayahmu?"

"Aku nggak punya orang tua, Ren. Kamu tahu itu 'kan? Jadi, aku nggak akan mengerti. Kalau pun aku di posisimu, aku nggak akan meninggalkan orang yang kucintai hanya demi uang," tegasnya.

"Tapi, Gal ...."

"Cinta tidak sedangkal itu, Ren," potong Galuh cepat.

Rena terdiam beberapa saat lalu menyeka air mata yang meleleh di pipinya.

"Kamu nggak peduli lagi padaku, Gal? Kamu membuatku menangis sekarang. Hatiku sakit." Rena mengiba.

Galuh tertawa geli. Empati yang diharapkan Rena tidak didapatinya.

"Jangan menangis, Mantan," hibur Galuh. "Dulu saat kamu meninggalkanku dan membuatku menangis, apa kamu peduli? Tidak 'kan? Lantas, buat apa aku memedulikanmu? Kamu hanya menerima hasil dari perbuatanmu."

Rena tertegun, kepalan tangannya menguat. Galuh pun pergi, meninggalkan mantan kekasih yang dulu sempat diperjuangkannya mati-matian. Pengaruh waktu memang sebesar itu. Dia bisa mengubah semuanya, termasuk perasaan.

Galuh bukan tidak peduli atau sengaja membuat Rena patah hati. Namun, menegaskan perasaan untuk membuat Rena menyadari, kisah mereka usai, akan membuat gadis itu berdamai dengan hatinya sendiri. Dengan begitu, dia akan melangkah maju dan mencari cinta baru.

PACAR DISKON 30% [ New Version ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang