Bab.19 Heartbeat

3.4K 568 48
                                    

Honey menatap tajam ke arah F yang tiba-tiba datang menjemputnya pagi-pagi buta, membuat Sindy yang baru bangun tidur menjerit depresi. Lelaki itu sengaja datang mengajak Honey lari pagi. Ajakan yang terkesan dibuat-buat, tetapi menolak keinginan Galuh, hanya akan memancing lelaki itu menjadi makin aneh.

Honey melirik Sindy yang merapatkan keningnya ke tembok. Wanita itu baru saja kalah berdebat dengan Galuh yang tidak mau pergi meski sudah diusir berkali-kali.

"Kamu panu? Kurap atau kutu air, sih?" dengkus Sindy kesal. "Atau jangan-jangan noda membandel?"

Galuh hanya tersenyum tipis mendengar ucapan Sindy yang terang-terangan mengatainya.

"Bukan, Tante," bantahnya santai. "Tidak mungkin panu, kurap, kutu air atau noda membandel sebening dan seganteng saya, kan?"

Sindy bergidik ngeri dengan kepercayaan diri Galuh yang overdosis.

"Aku tidak pernah bilang kalau kamu ganteng," sahut Sindy sewot.

"Tante nggak pernah bilang saya apa?" tanyanya sok polos.

"Kamu ganteng," jawab Sindy cepat.

"Wah, makasih pujiannya, Tante," ucap Galuh senang, membuat Sindy seketika ingin menggaruk tembok, berhasil dijebak.

"Kamu kok nyebelin amat jadi manusia?" keluh Sindy.

"DNA dan RNA saya sudah begitu sejak kromosomnya dibuat, Tante," sahut Galuh membuat Sindy nyaris maju dan melayangkan savage.

"Udah, Bun, sabar." Honey menahan Sindy dengan merangkul lengan wanita itu.

"Udah, deh. Jogging sana. Bawa cowok ini pergi sejauh mungkin. Ke Alaska atau Pluto, terserah," ujar Sindy pada akhirnya. "Pusing kepala Bunda."

Sindy segera pergi, meninggalkan Galuh dan Honey di depan pintu. Wanita itu segera memanggil Surti untuk memijat kepalanya yang sakit.

"Kamu sengaja ingin membuat kepala bundaku migran?" sindir Honey.

Galuh menggeleng.

"Aku hanya menjemput pacarku," jawabnya memberikan alasan yang sama.

"Oke, tunggu bentar. Aku ganti baju dulu," ujar Honey. Enggan berdebat lagi.

Galuh mengangguk. "Oke."

Setelah berganti baju, Honey turun menemui Galuh lagi. Keduanya memutuskan untuk jogging hanya di sekitar rumah Honey. Selain karena jogging-nya dadakan, Honey juga tidak terlalu suka olahraga seperti angkat besi, lempar lembing atau lari.

"Honey!"

Sapaan itu membuat langkah Honey dan F terhenti seketika. Seorang pemuda tampan dengan rambut rapi, kulit mulus dan putih menghampiri mereka berdua.

"Kamu jogging juga?" tanyanya membuat Honey hanya mengangguk malu-malu.

"Kamu juga?"

"Aku kan setiap pagi memang jogging. Bukannya aku suka lewat depan rumahmu dan kamu sering melihatku, kan?"

"Eh? Kamu tahu itu?" Pipi Honey mendadak panas, tersipu. Bahkan memegang pipinya dengan kedua tangan. Malu.

Deheman berat membuat Honey dan Fatah menoleh ke Galuh yang memasang wajah BT.

"Ah, maaf," ucap Fatah. "Kita pernah ketemu waktu itu kan? Namamu...?"

"Galuh. Aku pacar Honey."

Honey mengerutkan kening. "Galuh?"

Galuh menoleh ke arah Honey. "Ceritanya nanti aja."

"Hah?" Honey mendadak linglung.

"Sudah kuduga, namamu nggak akan cuma satu suku kata, F. Itu nama yang cukup aneh. Bahkan, bisa dibilang juga inisial namaku, kan? Namaku sama-sama diawali dengan huruf F." Fatah tersenyum manis.

PACAR DISKON 30% [ New Version ]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu