Bab 11. Smile, You

4.5K 684 112
                                    

Galuh menghela napas panjang menatap Leo yang datang kafe dengan sikap tidak seperti biasa. Laki-laki dengan alis tebal itu membeli banyak makanan dan memakannya secara brutal dan tidak karuan. Padahal kemarin saat ditelepon, Leo masih terdengar normal.

"Belepotan, tuh. Aku ogah ngusapin," tegur Galuh.

Leo menghentikan makannya lantas mengambil tisu diatas meja, kemudian menyeka bibirnya yang belepotan.

"Ada apa? Kamu berantem sama ayahmu?" Galuh mencoba mencari tahu alasan kenapa sahabatnya bersikap seperti itu.

Leo berpostur tubuh cukup tinggi. Berat badannya pun cukup ideal. Namun, memiliki kebiasaan makan terlalu banyak jika stress atau ada sesuatu mengganggu pikirannya.

"Nggak apa-apa. Kangen kamu aja," jawab Leo membuat bulu kuduk Galuh seketika meremang.

"Najis! Amit-amit dikangenin kamu," desis Galuh ngeri.

"Yaelah, Gal. Kita kemana-mana always berdua, kok, kamu baru ngerasa najis sekarang?"

"Iya, tapi kan dalam batas normal. Kalau sampai bikin kamu pagi-pagi ke sini cuma buat ketemu aku karena kangen, itu udah abnormal. Cari pacar sana. Kan kamu kaya, pungut satu," usul Galuh.

Leo mencebikkan bibir."Kamu pikir bisa semudah itu mungut anak orang buat dijadiin pacar? Gara-gara aturan pemerintah, para cewek semakin pilih-pilih pasangan," ujarnya sembari menghela napas berat.

"Iya. Mudah. Nggak ada sangkut-pautnya sama pemerintah, yang penting ceweknya mau, lanjut," sanggah Galuh.

Leo menyipitkan mata. Kesal. Sementara Galuh menyengir, memamerkan barisan gigiputihnya dengan dua gigi depan lebih besar dari yang lain.

"Aku nggak bisa menemukan penggantinya," ujar Leo pelan.

Galuh terdiam, menatap lekat sahabat di depannya dengan iba.

"Kamu masih mencintainya?" tanya Galuh,membuat Leo menghentikan makannya.Laki-lakiberdahi lebar itu mengangguk mengiyakan.

"Masih dan akan selalu mencintainya," jawabnya yakin.

"Saat aku putus dengan Rena, kamu bilang, aku harus move on. Lalu, bagaimana denganmu? Masu stuck di sana melulu?"

"Bagaimana bisa aku melupakan seseorang yang pergi dengan cara begitu, Gal? Katakan padaku gimana caranya move on darinya."

Leo terlihat murung. Bahkan, menunduk dalam, membuat hati Galuh terenyuh. Sedih.

"Maaf."

"Nggak apa."

Leo pernah punya pacar sekali dulu. Minnie, gadis berambut panjang hitam berponi, mata tajam, dan bibir tipis. Tinggi, kurus, dan cantik. Sayangnya, setahun lalu, Minnie meninggal dunia karena kecelakaan.

Leo dan Galuh terdiam. Keduanya terlarut dalam kebisuan dan kesedihan yang tidak bisa dijelaskan. Walau tentu, kesedihan mereka berada dalam tingkatan berbeda.

Leo menghela napas panjang, sebuah telepon masuk ke ponselnya. Di sana tertera nama Ayah. Galuh yang juga melihat itu mengangkat satu alisnya. Ini memang bukan pertama kalinya dia melihat Leo mengabaikan telpon dari ayahnya, tetapi tetap penasaran. Sebab, Leomelakukannya jika menyangkut sesuatu hal yang sangat tidak disukainya.

"Nggak diangkat?"

"Nggak usah."

"Kenapa?"

"Nggak apa-apa."

Galuh menghela napas berat."Kamu udah berubah jadi perempuan? Jujur ajalah."

Leo mengulas senyuman tipis. Kekesalan Galuh telah membuat hatinya sedikit terhibur.

PACAR DISKON 30% [ New Version ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang