chapter 17

5.6K 591 15
                                    

Awalnya biasa saja, lama-lama jadi terbiasa. Seolah hati menolak lupa, jika urusan hati bukanlah prioritas utama.

° Reportalove °

"Lo kenapa sih, kebelet?" Sambil memegang ponsel dengan kedua tangan Okky bertanya pada Aksa tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar 5,5 inchi itu.

Aksa berusaha tidak menghiraukan ucapan Okky. Percuma, menurutnya, Okky itu bukan tipikal orang yang mudah untuk khawatir. Ia hanya terfokus pada jam dinding yang terasa berjalan lebih lamban hari ini. Sesekali matanya menatap pintu depan, barangkali tiba-tiba dibuka oleh orang yang sejak tadi ditunggunya.

"Apaan sih lo?" Aksa menyalang galak. Menyentak tangan Okky yang menyapu dagunya lembut untuk menggoda.

"Baru ditinggal tiga jam, yaa elaah ... udah kangen aja," sindir Okky. "Setelah dapet yang baru kamu lupa sama Dedek, Bang. Buang saja Dedek ke rawa-rawa, Bang."

"Gue buang beneran mau lo?"

Okky yang tak memerdulikan ancaman Aksa berlalu tergelak. Ia berguling di bawah lantai berkarpet bulu seraya memegangi perutnya yang sakit karena terlalu banyak tertawa.

Aksa hanya mendengus melihat kelakuan Okky yang memang selalu senang menggodanya. Ia mengambil bantal sofa dan melemparnya tepat ke wajah Okky. "Berisik lo!"

"Sumpah ya, Sa. Asik banget ngeledekin lo." Okky berujar mantap kemudian berbaring di lantai dengan kepala menumpu bantal yang tadi Aksa lemparkan.

"Ohh ya! Gue baru inget, kata Dhanu, tadi Mbak Imel telpon dia, bilang kalo mulai besok dia kerjanya ngga sendiri." Aksa mengerutkan kening mendengar cuapan Okky.

"Kok gitu?" Hanya itu respon yang diberikan Aksa.

"Nggak tau, tanya aja sama dia nanti." Okky membenarkan posisi bantalnya dan kembali melesakkan kepala pada bantal tersebut. "Bosen kali berduaan sama lo."

Aksa sudah akan membuka mulutnya untuk protes akan pendapat Okky. Tetapi dering ponsel lebih dulu berbunyi sebelum ia menyuarakan pikirannya. Laki-laki itu tersenyum lebar manakala melihat layar ponsel yang menampilkan panggilan video dari seorang yang sangat ia rindukan.

"Saka!" panggil Aksa sarat akan bahagia. Ia beranjak dari sofa dan keluar melalui pintu kaca yang ada di bagian sayap kiri rumahnya agar lebih leluasa mengobrol tanpa diganggu Okky.

Baru saja laki-laki yang hobi mengganggu Aksa itu memulai aksinya menjahili Aksa. Suara ketukan pintu terlebih dahulu mengalihkan fokusnya. Ia berlalu membuka pintu dan tersenyum kala mendapati Imel di berdiri manis di depannya.

"Ehh... udah balik, Mbak?"

Basa Okky cukup basi terdengar, perempuan itu hanya mengulum senyum tak menjawab pertanyaan yang dilontarkannya.

"Aksa di mana?" tanya Imel ketika mengedarkan pandangan ke penjuru rumah berkonsep minimalis dengan fasad kaca besar di sisi kiri sebagai dinding.

"Tuh! Lagi video call sama kesayangannya." Imel sedikit terhenyak, Okky yang tidak menyadari perubahan wajah Imel berlalu mengambil minum untuk perempuan itu.

Banyak tanda tanya di benak Imel. Tentang siapa yang disebut Okky 'kesayangan' Aksa. Tentang hubungan Aksa dengan 'kesayangannya' tersebut. Agaknya Imel sedikit terganggu dengan ucapan Okky barusan. Ada rasa yang tidak biasa di hatinya yang berdenyut nyeri.

"Mbak Imel."

"Astaga!" Imel yang dikejutkan dengan suara tiba-tiba tersentak. "Kamu ngageti saya aja," ucapnya seraya mengelus dada berusaha mengatur napas.

Reportalove ✓Onde as histórias ganham vida. Descobre agora