10 // Konfrontasi Awal

5.8K 778 74
                                    

"Sayangnya ... nggak ada untung buat gue kalo lo suka sama gue."

ו×

Setelah kebodohannya hari Sabtu kemarin, Cherish bersumpah tak akan pernah lagi melakukan hal seperti itu. Tak peduli sekeras apa pun niatnya untuk mengganggu Denov dengan kehadirannya, Cherish tak akan pernah mau mengambil resiko tidur tak tenang karena mimpi buruk dihantui setan sialan dari film horor yang ditontonnya.

Belum lagi jika mengingat Denov yang beberapa kali menatapnya setelah film itu berakhir, membuat Cherish sedikit sebal. Cowok itu, pasti mati-matian menahan ejekan untuknya dalam hati. Ah, tapi bukan Cherish namanya, jika terpengaruh dengan ejekan apa pun. Karena apa pun yang terjadi, dirinya tetap seorang Cherish Rivery. Si dewi kecantikan yang penuh pesona.

Dan karenanya, siang ini, saat panitia bakti sosial angkatan mereka mulai diminta untuk berjualan makanan juga snack-snack pada istirahat pertama, Cherish langsung memilih untuk berkeliling bersama Denov. Sama sekali tak mempedulikan tatapan mencibir dari kaum cewek ataupun tatapan menyayangkan dari kaum cowok. Yang jelas sebisa mungkin, jika keadaan mendukung, Cherish akan selalu menganggu Denov dengan kehadirannya. Karena Cherish sangat yakin kalau si cowok biasa dengan mulut pedas itu, pasti akan segera jatuh memohon di hadapannya. Sama seperti cowok-cowok lain.

Sedangkan Denov mau tak mau harus mengakui bahwa Cherish memang benar-benar hebat. Karena hanya dengan kalimat persuasif tersirat yang dibumbui dengan senyuman manis, makanan juga snack-snack yang mereka jual benar-benar habis bahkan sebelum jam istirahat pertama berakhir.

"Tau gini, mending gue jualan buat gue sendiri."

Denov mendengus kecil ketika mendengar gumamam Cherish yang sedang berjalan di sebelahnya. Saat mereka sedang menuju ruang OSIS.

"Anyway, kalo misalnya nanti pas baksos di panti asuhannya gue nggak ikut, gimana? Boleh nggak, sih?"

Kepala Denov menoleh kecil, kemudian kembali menatap ke depan. Tak berniat menjawab pertanyaan Cherish barusan.

Melihat itu, Cherish mencibir keras. "Jawab kali, Bambang! Gue kan, nanya sama lo."

Kembali Denov menoleh, kemudian menatap Cherish dengan datar. "Sayangnya, semua panitia harus ikut. Tapi kalo lo emang mau nilai Ekonomi lo tetep jelek, ya, silakan nggak usah ikut. Nggak masalah, kok."

Hampir saja Cherish memukul kepala Denov dengan telapak tangannya. Demi apa pun, selama tujuh belas tahun berada di bumi, ini pertama kalinya Cherish menemukan cowok yang sangat menyebalkan hanya dengan mengatakan kalimat bernada datar. Tapi lagi-lagi, Cherish tetap memaksakan senyumnya dalam hati, kemudian menarik napasnya dalam-dalam. Untuk mengalahkan keangkuhan versi Denov, memang dibutuhkan kesabaran ekstra. "Emangnya panti asuhan mana yang jadi tempat baksos kita tahun ini?"

"Belum tau."

Cherish kembali mencibir karena jawaban singkat itu. "Emangnya kenapa sih, harus ngadain baksosnya di panti asuhan? Kenapa nggak panti jompo aja? Atau panti-panti lain misalnya? Panti pijet? Kan, pasti seru."

Denov hanya menatap Cherish dengan malas setelah mendengar setiap kalimat tak bermutu dari cewek itu. Jelas tak akan memberikan tanggapan apa pun.

Dan Cherish harus kembali mengumpat dalam hati saat usahanya gagal total untuk membuat Denov setidaknya sedikit lebih banyak bicara. "Den," panggilnya.

"Hm." Denov menjawab dengan gumaman.

"Denov!"

"Apa?" Kepala Denov menoleh, menatap Cherish tanpa minat.

Jejak KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang