08 // Sangat Menyebalkan

4.8K 732 25
                                    

"Orang yang emang nggak mau ditolong itu, nggak perlu dipaksa-paksa buat ngerti."

ו×

Mau tidak mau, akhirnya Cherish mengiyakan saat Sari, salah satu perwakilan yang ditunjuk menjadi panitia, mengajaknya untuk ikut rapat bakti sosial yang akan diadakan akhir tahun nanti, saat penghujung semester ganjil. Sambil berjalan menuju ruang OSIS, Cherish mendikte dalam otaknya, bahwa ini demi tambahan nilai yang akan diberikan Bu Irma sebagai jaminan. Walaupun sebenarnya, Cherish tak memerlukan itu semua. Karena baginya, nilai berapa pun tak akan memengaruhi hidupnya.

Tapi masalahnya, Tante Nilam, adik mamanya, sudah mewanti-wanti Cherish agar menaikkan setiap nilai pelajarannya, jika tak ingin berbagai fasilitas kenyamanannya dikurangi. Menyebalkan, kan?

"Oke. Karena titipan murid dari Bu Irma udah dateng. Kita mulai rapatnya sekarang aja."

Cherish mendengus dalam hati saat mendengar sambutan sarkas dari cewek yang bahkan tidak diketahui namanya siapa itu. Setelah duduk di salah satu kursi kosong yang mengitar meja panjang itu, Cherish mulai memperhatikan sekitarnya. Matanya sedikit melebar karena satu dari sembilan orang di ruangan ini, adalah Denov. Entah ini beruntungan atau bukan. Tapi masalahnya, Cherish sedang tidak berada dalam mood untuk menunjukkan keakuan dengan mengganggu cowok itu. Jadi akhirnya, Cherish bersikap tak peduli dan kembali memperhatikan murid-murid yang lebih banyak tak dikenalnya.

Tiba-tiba Cherish merasa pusing. Selama sekolah di Gradixa, hanya ada empat murid yang pernah dilihatnya. Pertama; Denov. Lalu cewek berambut sebahu yang beberapa kali dilihatnya bersama Denov, tapi dirinya tak tahu siapa namanya. Kemudian si Sari, cewek yang menjemputnya di kelas tadi untuk mengikuti rapat ini. Dan terakhir, si Kevan, salah satu anak PMR yang pernah memergokinya sedang bersantai di ruang UKS saat jam pelajarang masih berlangsung. Sisanya, Cherish benar-benar tak tahu. Bahkan merasa sama sekali tak pernah melihat. Toh, tak ada gunanya memperhatikan orang-orang yang tak menarik sama sekali, kan?

"Kemungkinan besar—"

"Sorry, gue motong omongan lo. Boleh nggak kalian semua perkenalan diri dulu. Soalnya gue bener-bener nggak tau nih, nama kalian siapa." Cherish mengatakan kalimatnya dengan ringan. Sama sekali tak merasa terbeban karena baru saja mengatakan sesuatu yang jelas-jelas terdengar sangat menyebalkan bagi siapa pun.

Ruangan itu langsung senyap seketika. Denov-lah yang pertama kali bereaksi dengan dengusan tak percayanya. Menatap Cherish dengan gelengan kecil. Kemudian diikuti dengan cewek-cewek, yang bahkan sudah melemparkan decakan sinis.

Melihat itu, Kevan melebarkan senyumnya. Merasa perlu mengambil alih, sebelum terjadi pertengkaran yang tak diinginkan. "Bener juga, sih. Walaupun kita satu angkatan, pasti masih ada yang saling nggak kenal. Jadi, mendingan kita perkenalan diri dulu. Ya, kan?"

"Iya. Bener." Hanya Cherish yang menjawab. Lengkap dengan senyuman tanpa dosanya. Membuat cewek-cewek di ruangan itu langsung menghela napas dengan kasar.

"Oke. Dimulai dari gue, ya," ujar Kevan, sambil melebarkan senyumnya. "Nama gue Kevan, dari kelas XII Bahasa 1. Habis gue, lanjut ke elo ya, Ses. Biar searah jarum jam aja," lanjutnya sambil memberikan arahan pada Moses.

Kepala Moses mengangguk. "Nama gue Moses, dari kelas XII IPA 2."

"Gue Ayu, dari kelas XII Bahasa 1."

Cherish berdecak kecil menyadari kesinisan cewek yang tadi memberi sambutan padanya itu. Dasar! Pasti cewek biasa ini terlalu iri padanya sampai bersikap tak menyenangkan seperti ini.

"Nama gue Lika, dari kelas XII IPA 2."

"Denov, kelas XII IPA 1."

Cherish hampir mencibir saat mendengar nada datar juga kalimat sangat singkat yang digunakan Denov untuk memperkenalkan diri. Keterlaluan.

Jejak KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang