Kalimat Yonghwa spontan membuat Shinhye terkekeh kecil di buatnya. Ah Pria itu selalu saja mengucapkan kata-kata yang selalu membuat hatinya berbunga. Ucapan biasa namun terdapat makna besar disana. Itulah yang selalu Shinhye simpulkan.

"Aku tidak akan pernah pergi darimu, selama bukan kau sendiri yang memintaku untuk pergi"

"Hal seperti itu tidak akan pernah terjadi, aku pastikan itu. Memintamu pergi dariku, sama saja membuat hidupku hancur" tukas Yonghwa sembari memasukan nasi ke dalam mulutnya.

"Habiskan dulu makananmu. Baru kita bisa berbicara eoh? Tidak baik kita mengobrol di saat sedang makan"

"Arrasseo. Sebentar lagi aku selesai"

Semenit kemudian Yonghwa sudah selesai dengan makan malamnya. Bukannya beristirahat karena besok ia akan bekerja kembali, Yonghwa malah membantu Shinhye yang sedang mencuci piring-piring kotor. Setelah semuanya beres barulah mereka bisa beristirahat dengan tenang.

Di dalam kamar yang berukuran sangat kecil mereka tengah tertidur di atas kasur lantai yang sudah lusuh. Hanya kasur itulah yang mereka punya, meski setiap malam tubuh mereka kesakitan, namun tidak ada pilihan lain selain masih menggunakan kasur tersebut.

Sebenarnya Yonghwa sudah mempunyai niat ingin membeli kasur buat mereka, ia juga tak tega harus melihat Shinhye tidur dengan beralasan seperti itu. Namun, sampai sekarang niatnya belum terlaksana juga. Gaji yang di dapat Yonghwa hanya pas-pasan untuk membeli bahan pokok sehari-hari saja, itu pun selama satu bulan harus terpenuhi semua.

Terkadang hal itu juga yang kerap membuatnya sedih, karena sampai sekarang ia belum bisa membahagiakan Shinhye. Justru ia malah menyusahkan Shinhye, membiarkan wanita itu berjualan hanya untuk membantu keuangan keluarganya.

Semakin malam suasana semakin hening rasanya. Jam sudah menunjukan pukul sebelas, tetapi keduanya masih enggan untuk memejamkan mata. Mereka masih terjaga dengan Shinhye yang tertidur di pelukan Yonghwa. Wanita itu hanya diam menyandarkan wajahnya di dada Yonghwa sembari mendengar detak jantung Suaminya yang selalu membuatnya berhasil tersenyum.

"Kau belum tidur?"

"Ajik. Mataku sulit sekali untuk di pejamkan" sahut Yonghwa.

Shinhye bergerak melepaskan diri menyandarkan tubuhnya pada dinding di susul Yonghwa yang mengikuti pergerakannya.

"Aku lupa memberitahumu. Mmm.. Tadi sore, aku tak sengaja melihat mobil Bibi Hana di depan rumah kita.."

"Kau serius?"

"Benar.."

"Bisa saja itu mobil orang lain yang kebetulan berhenti disana"

"Aniyo. Aku yakin itu mobil Bibi Hana. Bahkan, aku sendiri melihat beliau bersama seorang wanita di dalam mobilnya"

"Seorang wanita? Apa kau mengenalinya?"

"Tidak. Aku tidak tahu siapa wanita tersebut, aku hanya mengenali Bibi Hana saja waktu itu"

Helaan napas Yonghwa berhembus dengan berat. Ia menundukkan wajahnya membawa tangan Shinhye ke dalam genggamannya. Kemudian, menatapnya kembali dengan tersenyum kecil.

"Haruskah kita kembali pindah dan mencari rumah baru?"

Ada rasa lelah dalam kalimat yang di ucapkan Yonghwa. Shinhye pasti merasakan selama mereka hidup bersama, kehidupan rumah tangganya selalu di usik seakan tak membuatnya tenang sedikit pun. Shinhye tahu apa yang di lakukan Yonghwa bukan bermaksud melarikan diri dari Bibi Jung. Hanya saja Yonghwa menginginkan kehidupan rumah tangganya bisa tenang dan aman dari gangguan siapapun, termasuk Bibi Hana sendiri.

Be Loyal With MeWhere stories live. Discover now