Prolog

15.4K 873 32
                                    

Aku memandang dari atas. Banyak orang-orang yang sudah gila dengan dunianya sendiri. Ada yang asik mengoyangkan tubuhnya. Berciuman. Mabuk. Bercinta.

Seseorang menepuk bahu ku. Orang yang sama, yang selalu menolongku disaat ada yang memaksa ingin tidur denganku. Matanya melirik kearah pakaian ku malam ini.

"Pakaian ini, kau nyaman memakainya?"

"Yera eonni, terima kasih sudah mengkhawatirkan aku. Jika tidak begini, kita tidak dapat uang kan?"

Wanita itu tersenyum lalu keluar dari ruang ganti. Aku belum cukup lama bekerja sebagai penari disini. Klub yang sudah mulai terkenal dan menjadi ramai sejak aku mendaftar menjadi penari erotis.

"Baiklah Han Sarang, selangkangan siapa lagi yang akan kau tendang malam ini" ucapku sambil merapihkan rambutku dan memoles bibirku dengan lipstik merah yang belum lama ini aku beli dari gaji ku yang bisa dibilang cukup besar.

Aku keluar dari ruang ganti. Berjalan dengan cepat dan akhirnya aku berhadapan dengan tirai hitam yang menjadi awal ku. Tangan ku menyibak tirai dan pada saat itu pula, lampu semakin meredup dan aku melangkahkan kaki jenjang ku diatas panggung kecil ini.

Mata ku menangkap tiang yang jumlahnya ada 3, Yera dan satu orang yang lain ikut keluar. Mereka berjalan mendekati tiang, tangan ku menyentuh tiang dingin ini. Aku kelihatan nya memang tidak tau apa-apa. Tapi setelah musik erotis diputar, Han Sarang bukanlah gadis biasa lagi.

Aku meliuk-liukan tubuhku. Sesekali memegang dada dan berangsur kepaha. Dress ku ini terangkat karena aku yang bergelayut ditiang besi. Aku selalu menjadi center.

Belum lama kami mulai menari. Seseorang naik dan langsung memegang pinggangku. Aku sedikit menegang. Namun jika tidak begini, aku tidak akan dapat uang.

"Seperti biasanya kau cantik Scar."

Aku tersenyum tipis, Scarlet adalah nama panggung ku. Terdengar keren dan seksi.

"Malam ini bagaimana kalau kita tidur bersama?"

Aku menggeleng tanpa menjawab apa pun.

"Ayolah, aku selalu kemari setiap hari. Kau pasti sudah kenal aku kan?"

Ya. Aku kenal orang ini. Salah satu anak pengusaha terkenal yang ada di Seoul. Tapi, bukan dia yang aku mau. Lagi pula aku hanya menari, bukan memuaskan dia diatas ranjang.

"Keluarkan suara mu, aku tak pernah mendengarnya."

Kurasakan tangan nya kembali menelusup kedalam dress ku. Aku menepisnya.

"Maaf tuan, tidak untuk sex."

Ku lihat pria itu menutup matanya sambil mengigit bibir.

"Suara mu, seperti malaikat! Mendengarmu bicara saja sudah membuat milik ku bangun, ayolah malam ini saja, masa sih kau menolak aku lagi?"

"Maaf" ucapku lalu kembali menatap kearah lain

"5 juta won untuk mengulum milik ku saja bagaimana?"

Aku mengigit bibir. Jangan sampai malam ini aku menendang selangkangan orang lagi.

"Sebaiknya anda.."

brakk

Suara gaduh yang begitu asing masuk kedalam indra pendengaran ku. Mata ku menatap lurus kearah sekumpulan orang yang datang dengan baju hitam dan berbadan tegap serta bersenjata.

"LARIII! POLISI!"

Semua berhamburan. Bahkan pria yang tadi memaksa pun sudah lari entah kemana. Yera menarik tangan ku.

"Kau pergi duluan saja" ucapku

"Aku tak bisa meninggalkan mu! Ayo Hasa!"

"Yera eonni kau duluan saja, aku mohon."

Wanita itu sempat berdiam diri, namun ia mengangguk lalu berlari menyelamatkan diri. Aku masih memantau keadaan sekitar klub. Suasana begitu remang, aku menangkap pria lain dari pojok ruangan yang membawa pistol.

"PERIKSA SELURUH TEMPAT!"

"CARI MAFIA ITU."

Aku mematung diatas panggung. Mafia?

Aku berlari untuk turun dari panggung, suasana semakin kacau setelah bunyi tembakan berdera. Beberapa anggota polisi jatuh dan sepertinya mati. Aku berjongkok untuk menyentuh salah satu leher anggota. Mata ku membulat saat tidak merasa denyut apa pun.

"Mati" gumam ku

Lalu aku kembali menemukan 3 orang yang berlari kearah belakang dan dikejar oleh beberapa anggota polisi yang lain. Aku melepas high heels ku dan ikut berlari. Tidak lupa sebuah pistol yang aku ambil dari salah satu jasad polisi tadi. Jangan remehkan aku, aku ini..

dorr

Aku menyumput dibalik dinding. Mataku menatap kearah anggota polisi lain yang jatuh.

"Kau bisa Han Sarang. Ini tempat kerja mu, kau harus melindungi tempatmu."

Aku keluar dengan perlahan dan bertepatan dengan itu aku melihat salah seorang mafia ingin menembak seorang polisi yang berdiri membelakanginya.

"TIARAPP!"

Teriak ku lalu menarik pelatuk dan berhasil mengenai tangan sang mafia. Mata ku melotot saat orang itu berjalan kearah ku dengan kondisi tangan tertembak. Ia berdiri dihadapanku.

"Kau—

Setelah menyebutkan itu, dia lari begitu kencang. Aku membantu polisi tadi untuk berdiri. Aku melihat kakinya yang terluka. Mungkin terkena serpihan kaca yang pecah didepan.

"Anda tidak apa-apa tuan?"

"Nona, bisa ikut ke kantor polisi untuk menjadi saksi?"

*****


Aku menatap kearah sekitar. Ruangan putih dengan aroma segar, menjadi ruang tunggu ku. Pintu terbuka dan aku berdiri.

"Silahkan masuk tuan."

Mata ku membulat. Gila, dewa apa dia ini. Saat melihat seorang pria yang datang dengan setelah jasnya.

"Tuan Kim, nona ini yang membantu salah satu anggota polisi."

Pria itu memiliki wajah angkuh yang begitu tampan. Sosok nya berjalan mendekat dan menyentuh dagu ku.

"Siapa nama mu?"

"Han Sarang" ucapku sambil menatap lantang

"Nona Han, kau harus ikut dengan ku. Kau ku rekrut."

"Kau bicara apa?!"

Aku menepis lengan pria itu dan beberapa anggota polisi yang lain menodongkan pistol kearahku. Aku tak ingin mati sekarang tapi aku juga tidak mau diatur siapa pun.

"Menarik pelatuk pistol disaat-saat genting begitu. Tidak mudah dilakukan oleh orang biasa. Dia pasti suka kau jadi anak buah nya."

Aku mendorong tubuh pria itu.

"Asal kau tau ya! Aku tidak mau kau rekrut, aku saja tidak tau kau ini siapa. Bisa saja kau menjualku kan!"

"Kim Taehyung."

Aku menaikan alis, Kim Taehyung? Tak asing.

"Aku Kim Taehyung, ikut aku nona. Seseorang akan suka dengan mu."

Man in Suit [M] | Sudah Dibukukan✔️Where stories live. Discover now