Sebuah Awal (Jaehyuk)

272 33 1
                                    


Jaehyuk menaiki tangga menuju kamarnya dengan langkah gontai. Kelas bimbel yang diikutinya baru berakhir, dan jam sudah menunjukan pukul 9 malam lewat.

Sekolah yang menurut Jaehyuk siksaan ini, sudah berjalan selama tiga bulan. Baru tiga bulan tapi bagi Jaehyuk rasanya seperti setahun. Sudah selama seminggu, Jaehyuk mengikuti bimbel yang direkomendasikan oleh Mashiho. Tentu saja bimbel yang sama dengan Asahi.

Kesimpulannya Jaehyuk belajar dari jam 8 pagi hingga 9 malam, non stop. Tapi ini memang lebih baik sih daripada dia belajar sendiri setiap malam tanpa hasil apapun. Selama seminggu ini setidaknya Jaehyuk dapat mengerjakan 1 soal.

Iya, hasil belajar seminggu, Jaehyuk hanya bisa menyelesaikan 1 soal. Sebodoh itu Yoon Jaehyuk. Antara bodoh atau dia memang alergi buku.

Begitu tiba di kamar, Jaehyuk langsung mengambrukan dirinya ke ranjang. Tanpa ia sadari, dirinya mulai menangis.

Ia rindu masa-masa indahnya dulu. Masa-masa tanpa buku-buku terkutuk ini. Ingatannya pun melayang ke hari yang menurut Jaehyuk, hari paling kelam dalam hidupnya.

4 bulan yang lalu....

"Bagaimana dengan sekolah Jaehyuk, Pa?" terdengar suara ibunya begitu satu kaki Jaehyuk masuk ke rumahnya. Jaehyuk terdiam dan tidak jadi mengucapkan salam, ia memilih untuk menguping pembicaraan kedua orangtuanya itu.

"Kita daftarkan dia ke SMA yang tidak terlalu mahal" kata ayahnya, membuat Jaehyuk tersentak kaget.

"Dia pasti sedih" sahut ibunya yang sekarang sudah duduk di sofa ruang tengah mereka

"Papa juga sudah memikirkan ini, Ma. Satu-satunya jalan agar Jaehyuk dapat terus sekolah sampai dia lulus adalah dengan menjual 2 tanah kita yang di sentul dan rumah ini" kata ayahnya yang sudah ikut menenangkan ibu Jaehyuk

"Tapi ini kan rumah peninggalan ibu kamu Pa, mana bisa kita jual. Tanah yang di sentul juga, itu peninggalan kakak kamu. Apa tanah kita yang lain ga ada yang bisa dijual lagi?"

"udah habis, Ma. Semua tanah dan apartemen yang kita punya sudah habis papa jual buat membiayai semua keperluan kita selama dua tahun ini"

Jaehyuk memutuskan menyudahi persembunyiannya dan menghampiri kedua orangtuanya. Mata ibu Jaehyuk melebar melihat anaknya sudah berdiri tepat di hadapan mereka "Jaehyuk sayang? kamu dengar?"

Kini kedua orangtua Jaehyuk menatap Jaehyuk dengan raut wajah cemas.

"Iya, dan bukan cuma sekali ini Jaehyuk nguping pembicaraan mama sama papa. Jaehyuk udah tau kalau keluarga kita bangkrut"

Kedua orangtua Jaehyuk tersentak.

"Ma, Pa, kasih Jaehyuk kesempatan. Kita jangan jual rumah yang berharga ini. Jaehyuk akan mengikuti program beasiswa!" kata Jaehyuk yang mengagetkan kedua orangtuanya.

"kamu yakin, nak? bukannya mama nggak percaya sama kamu tapi—"

Jaehyuk memotong kalimat ibunya "Jaehyuk yakin ma! Jaehyuk udah menemukan jalannya! mama sama papa please percaya sama Jaehyuk" 

Tanpa mendengar jawaban dari kedua orangtuanya, Jaehyuk langsung naik tangga menuju kamarnya. Begitu berada dikamarnya, Jaehyuk langsung terduduk lemas di lantai. Dia mengetahui kebangkrutan keluarganya sebulan yang lalu. Awalnya, dia heran kenapa mobil yang dimiliki keluarganya berkurang 2 buah. Kenapa yang tersisa hanya mobil milik ayahnya dan mobil yang mengantar jemput Jaehyuk setiap hari kesekolah. Dimana mobil lainnya?

Hal aneh yang kedua ialah saat ia menyadari ibunya jadi jarang sekali keluar rumah. Dulu, setiap hari ibu Jaehyuk selalu nongkrong di cafe, mall to mall, pergi ke berbagai acara lelang, atau arisan dengan tetangga di lingkungan rumah Jaehyuk. Tapi sudah beberapa lama ini ibu Jaehyuk mengurung diri dirumah.

Anak AdamWhere stories live. Discover now