Chapter 12: Alone (Sendirian)

Beginne am Anfang
                                    

"Wei Ying!"

Wei Ying hampir tidak bisa mendengar suara Lan Zhan lewat suara muntahnya sendiri. Dia tidak pernah merasa seburuk ini sejak—fuck, sejak berapa tahun yang lalu? Kenapa dia memutuskan untuk minum sebanyak itu semalam? Dia sudah terlalu tua untuk berurusan dengan hangover seperti ini.

Pintu itu berderit berbahaya. Dengan lemah Wei Ying menengadah. Jika Lan Zhan terus begitu, dia akan melepaskan pintu itu dari engselnya.

"Tidak, tunggu," gerutu Wei Ying. Biarkan aku mati dengan damai, Lan Zhan. Dia melenguh lagi, merosot di dinding kamar mandi.

"Kau baik-baik saja?"

Wei Ying memelototi pintu, kepalanya serasa dipukul-pukul. "Aku sedang merenungkan hidup, Lan Zhan."

"Buka pintunya."

Dia bahkan tidak menyelesaikan kalimatnya sebelum Wei Ying menyerbu toilet lagi. Dia muntah-muntah, mengernyit pada rasa mengerikan yang memenuhi mulutnya. Bertahun-tahun ini dia sudah berhasil menahan alkoholnya dengan baik. Dan sudah sepuluh tahun dia tidak muntah separah ini.

"Kau benar-benar ingin melihatku memuntahkan isi perutku?" ujar Wei Ying, mengusap mulutnya. "Aku sama sekali tidak kelihatan imut seperti ini."

"Berhenti bercanda. Kau sedang tidak sehat."

Wei Ying mengerutkan kening lagi ke arah pintu. "Benar."

Dia mendengarLan Zhan menghela napas. "Kau perlu sesuatu?"

Butuh lama sampai Wei Ying menjawab. Dia mengerjap beberapa kali sambil mencengkeram perutnya. Masih ada deringan di telinga dan tonjokan tanpa henti di kepalanya, tapi dia mengira dorongan untuk mundah sudah hilang. Untuk sekarang. Barangkali akan kembali lagi setelah dia mencoba bangkit; lebih baik tetap di lantai ini dan berpura-pura sekarang ini adalah kehidupan alam baka.

Wei Ying mengerang. Perlahan dia berbalik, memindai kamar mandi. Kamar mandi ini sangat luas, jauh lebih besar dari kamar tidur Wei Ying sendiri—barangkali lebih besar daripada ruang mau dan dapur Wei Ying digabungkan. Dinding dan lantainya putih tanpa noda, dan konternya hitam kontras. Di bagian tengah kamar ini ada hot tub lingkaran yang dikelilingi lilin-lilin dan batang dupa.

Wei Ying mencoba bangkit, menyiram toiletnya. Setiap langkah kaki terasa seperti gempa bumi, tapi dia mengabaikan itu. Dia melangkah ke kolam, mencari bagian lain di sekitar pojok itu. Ada walk-in shower, dan kelihatannya dihiasi keramik dan kaca.

Dia menggeleng kepala. Seberapa kaya sih Lan Zhan ini? Kamar mandinya saja barangkali lebih mahal dari seluruh sewa apartemen Wei Ying.

"Wei Ying?"

Wei Ying meninggalkan shower, bergegas kembali ke toilet. Lan Zhan mencoba membuka pintunya lagi.

"Wei Ying, kau di sana?"

"Ya, maaf," jawabnya. "Aku sedang menjelajahi kamar mandi mewahmu."

"Buka pintunya."

Wei Ying menggeleng. "Nggak."

"Wei Ying."

"Lan Zhan, biarkan aku membersihkan tubuh dulu. Aku merasa kotor. Aku bisa pakai shower-mu?"

Yah, itu membuat Lan Zhan meninggalkan pintu kamar mandi ini. Pintunya berhenti berderit-derit dan Wei Ying mengira sudah mendengar suara tarikan napas lirih.

"Ya," ujar Lan Zhan kemudian.

"Kau punya sikat gigi cadangan?"

"Hmm. Di laci kedua, di dekat cermin."

monotone (terjemahan)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt