Soojung memilih untuk tetap berada di dalam mobil, "Kau tidak ingin turun?" melihat gedung yang berada di hadapannya saja, ia sudah malas.

Hotel?! Jangan bercanda!

"Mengapa kau membawaku kemari? Kau hanya ingin bercinta denganku?" Soojung menatap Jongin dengan tatapan kecewa. Selama ini Jongin hanya menginginkan tubuhnya.

Jongin mengeraskan rahangnya, "Bisakah kau menuruti kata-kataku dan menghapus fikiran cabulmu untuk sesaat?"

Cabul?!

Jongin memegang tangan Soojung, dan saat itu pula Soojung meronta meminta untuk di lepaskan. Mobil yang di tumpangi mereka mendapatkan guncangan karena Soojung yang terus meronta dan sesekali memukul dada bidang Jongin, "Lepaskan!"

"SOOJUNG!" terpaksa, Jongin harus meninggikan suaranya agar wanitanya itu berhenti meronta. Terlihat mata Soojung yang sembab memerah dan mengeluarkan air mata. Jongin menangkup wajah Soojung dengan satu tangannya. Ia menghapus air mata Soojung dengan ibu jarinya, "Dengarkan kata-kataku. Aku ingin menyelesaikan semua," satu tangannya yang menggenggam tangan Soojung, sigap menarik wanita itu agar berada di dalam pelukannya. Jongin memeluk Soojung, berusaha menenangkan wanita itu, "Ada yang ingin kutunjukkan padamu. Percayalah," bisik Jongin dengan suara paraunya.



Yoona yang berada di dalam mobil dengan Sehun, meminta izin pada Sehun, "Kau mengizinkanku, dad?" tanya Yoona sekali lagi ketika Sehun tetap bungkam tanpa berniat untuk menjawab pertanyaannya.

Bibir Sehun kelu, ingin sekali ia berkata 'Tidak!'. Tetapi ia tidak bisa mengurung Yoona di dalam sangkar. Yoona butuh bersosialisasi dengan teman-temannya. Selama bertahun-tahun, Yoona tidak pernah mengundang banyak teman untuk sekedar belajar secara kelompok atau merayakan ulang tahunnya. Bahkan Yoona tidak meminta agar ulang tahunnya di meriahkan seperti para chaebol lainnya yang ingin bermewah-mewahan untuk sekedar bertambahnya umur.

Yoona melewati ulang tahunnya bersama para pekerja di rumah Sehun, dan tentunya bersama Sehun. Sangat spesial jika bersama Sehun. Tengah malam menjelang ulang tahunnya, Sehun akan diam-diam masuk ke dalam kamarnya, mengecup kening walau ia tertidur, berbisik 'Selamat ulang tahun'. Lalu pagi harinya, sudah terdapat sebuket bunga mawar merah, sekotak cokelat mahal dan sepucuk surat yang selalu Sehun berikan untuk ulang tahun Yoona. Membaca isi surat dari Sehun, sudah membuatnya bahagia. Ia tidak menginginkan hal lain lagi, seperti merayakan secara besar-besaran atau menghabiskan uang dalam black card dengan saldo tak terbatas miliknya yang di berikan Sehun untuknya.

"Ah, ya! Jika daddy ada waktu, mungkin daddy ingin ikut berkemah denganku dan teman-temanku?"

Sehun mengangkat satu alisnya. Ia tetap memandang lurus ke depan memperhatikan jalan, "Boleh mengajak orang asing untuk acara khusus seperti itu?"

Yoona mengangguk dan memakan permen jelly pemberian Sehun, "Ya," jawabnya singkat.

"Kapan acara itu di selenggarakan?"

Yoona terlihat berfikir, "Sepertinya akhir pekan ini. Apa kau bisa dad?"

"Daddy akan datang terlambat. Tetapi akan kuusahakan," rasa khawatir menyelimutinya. Bukan hanya berkemah di hutan yang gelap, tetapi juga di perbolehkan membawa orang asing. Itulah yang menjadi titik kekhawatiran Sehun. Tetapi akhir pekan ini, ia mendapatkan undangan VIP dari salah satu rekan bisnisnya. Ia harus menghadiri undangan itu, lalu bergegas menyusul Yoona ke lokasi perkemahan.



Bukan kamar yang di temui Soojung. Tetapi sebuah restaurant mewah sebagai fasilitas di hotel bintang lima tersebut. Berada di lantai paling atas, membuat ia dapat menyaksikan kota Seoul pada malam hari. Sangat sulit untuk mendapatkan momen seperti ini. Sebab, keluarganya tidak sekaya itu untuk memesan satu meja makan di tempat mewah seperti ini.

Soojung duduk berhadapan dengan Jongin yang saat ini sedang menatapnya. Soojung terus membuang pandangannya walau ia tahu bahwa Jongin terus memperhatikannya.

"Kau menyukainya?" pertanyaan pertama yang keluar dari bibir Jongin selama sepuluh menit setibanya di restaurant tersebut.

Soojung hanya diam tak berniat untuk menjawab. Entah, mungkin perasaannya masih ada setitik rasa kecewa pada Jongin, "Soojung. Kau menyukainya?" tanya Jongin sekali lagi pada Soojung.

Soojung pun beralih menatap Jongin, "Apa kau fikir aku menyukainya dengan perasaan yang kacau seperti saat ini?" bukan menjawab, Soojung menimpali pertanyaan dari Jongin, "Paman, aku memang seorang anak kecil. Anggap saja jika aku kekanakkan. Tetapi, wanita mana yang tidak kecewa saat melihat kekasihnya lebih memilih wanita lain dan menaikkan nada pada kekasihnya di depan wanita lain?"

Soojung meremat baju di bagian dadanya, "Disini sakit, Paman. Aku hanya seorang wanita. Aku sudah menyerahkan semuanya padamu. Tubuhku, hatiku, segalanya kuberikan untukmu. Tetapi apa yang kudapatkan?"

Jongin menghela nafas. Ia mengambil sesuatu dari kantung jasnya. Jongin meletakkan kotak beluduru kecil berwarna merah maroon di atas meja. Ia mendorong kotak itu dengan jari telunjuknya agar berada tepat di depan Soojung.

Jongin menyesap wine mahal yang sudah di sajikan oleh salah seorang pelayan, "Bukalah. Itu hadiah kecil sebagai permintaan maafku,"

Soojung terkekeh sarkasm. Ia bukan wanita bodoh untuk tidak mengetahui apa yang ada di dalam kotak beluduru tersebut. Apa seperti itu dirinya di mata Jongin? Apa Jongin menyamakannya dengan wanita yang gila harta, yang akan luluh saat di berikan perhiasan mewah dan mahal.

Soojung mengambil dan melemparnya ke sembarang arah. Membuat situasi di dalam restaurant itu memanas, dan membuat pengunjung serta staff restaurant tersebut terdiam dan memperhatikan pertikaian Jongin dan Soojung.

Sebuah cincin indah berbatu permata mahal yang keluar dari kotak beluduru tersebut. Soojung hanya menatap cincin yang menggelinding itu tanpa berniat untuk mengambilnya. Sedangkan pengunjung wanita dan para karyawan restaurant tersebut, terperangah melihat cincin yang sudah tergeletak di kaki salah satu meja makan.

Soojung beranjak dengan mata yang berkaca-kaca, "Terima kasih untuk selama ini. Aku tidak akan menuntutmu. Semua terjadi karena kebodohanku. Kuharap kau tidak menunjukkan dirimu lagi di hadapanku," Soojung berlalu dan Jongin masih dalam posisinya. Ia tidak menyangka, ada wanita yang menolak hal indah seperti sebuah cincin berhias permata mahal.



"Mm. Jadi, kau hadir?" Sehun sedang menghubungi seseorang, "Kau hanya perlu memilih seorang pelajar di kelas yang sama dengan Yoona. Lalu kau memancingnya agar ia membuka mulut tentang berkemah, dan kau memintanya untuk mengikut-sertakan dirimu. Mudah, bukan?"

"Saya tidak yakin, Tuan. Tetapi akan saya usahakan,"

Sehun menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya yang nyaman, "Kau pasti bisa. Kau mempunyai nilai lebih. Wajahmu tampan, kau pasti bisa membuat salah satu pelajar jatuh hati padamu dalam waktu singkat, Vernon,"

"Tetapi, bagaimana dengan—"

"Kekasihmu?" Vernon terdiam dan tak menjawab. Ia tahu, dirinya harus profesional dalam menjalankan tugasnya. Tetapi berat untuk mendua walau hanya sebatas bersandiwara, "Kau bawahanku yang bisa selalu kuandalkan. Aku akan menjelaskan pada kekasihmu tentang sandiwara kita. Kau tak perlu khawatir. Tujuanmu adalah menyusup dan terus awasi Yoona,"

"Baiklah, Tuan. Sesuai permintaan anda. Besok saya akan memulainya,"

Sehun mematikan sepihak setelah ia mengucapkan 'Terima Kasih'. Ia menyuruh anak buahnya untuk mengawasi Yoona, jikalau ia tidak bisa hadir ke acara tersebut. Ia ingin ada seseorang yang terus mengawasi Yoona dan memberikan laporan padanya.

Possesif?

Anggap saja seperti itu.




Gak tau gue nulis apaan. Pokoknya yang ada di kepala aja gue tulis. Gak bisa rajin update, karena mulai keranjingan lagi sama game online :'))

𝓒𝓪𝓵𝓵 𝓞𝓾𝓽 𝓜𝔂 𝓝𝓪𝓶𝓮 ✔Where stories live. Discover now