"Stupefy!"

Tepat sasaran.

Rose berbalik lalu membekap mulutnya sendiri. Jujur, ia sama sekali tak menyangka ada orang lain dibelakangnya yang siap menyerangnya.

Setelah melihat apa yang dilakukan Hermione dan memanfaatkan kekacauan yang ada, tanpa basa-basi Draco segera menyerang sang iblis. Meski awalnya tak yakin karena iblis itu masih mencengkeram Apollo, kini Draco tak lagi goyah.

"Crucio!"

Iblis itu jatuh terjerembab seraya menggeliat kesakitan di lantai. Apollo yang telah bebas segera menghampiri Rhea yang sebelumnya terkena serangan dalam upaya menyelamatkannya.

Perlahan Draco menghampiri mantan sahabatnya yang kini menjelma menjadi iblis. Diacungkannya tongkat sihirnya seraya berlutut untuk menatap sosok itu lebih dekat.

"Aku tak akan membunuhmu--" ujar Draco dingin.

Sosok itu menggertakkan giginya seraya melotot menatap Draco.

"--tapi aku akan menyiksamu."

Snape yang melihatnya segera menghampiri Draco dan menatap tajam sosok itu. "Siapa kau?"

Dibukanya tudung yang menutupi wajah iblis itu secara kasar. Snape melotot melihatnya lalu menatap Draco penuh tanya.

"Ya. Memang dia penyebab semua ini." jawab Draco sarkas seraya menatap sosok itu penuh amarah.

"Sialan!" jawab Crabbe lirih.

"Kau telah menyiksaku selama bertahun-tahun bahkan membunuh kedua orang tuaku. Kau pikir aku baik-baik saja setelah apa yang kau perbuat pada keluargaku?"

Tanpa Draco sadari kini sosok itu tengah berusaha meraih tongkat sihirnya. Draco yang jeli, tanpa belas kasihan menginjak tangan Crabbe hingga ia mengaduh.

Meski begitu, Crabbe tak tinggal diam. Baginya membunuh mereka yang berharga dihidup Draco merupakan sebuah kesenangan dalam hidupnya. Sampai saat ini, ia harus membalaskan dendamnya.

Dengan cepat Crabbe menendang tubuh Draco ke samping hingga pria berambut pirang itu terjungkal. Lalu tangannya segera mengambil tongkat sihirnya.

Dipegangnya tongkat sihirnya dengan erat untuk mencari sosok anak lelaki yang beberapa menit lalu menjadi sanderanya. Setelah menangkap keberadaan anak lelaki itu, Crabbe langsung mengucapkan salah satu dari tiga kutukan tak termaafkan.

Rhea yang melihat sosok itu tengah mengincar Apollo, segera duduk dan memeluk Apollo. Bukan tanpa alasan, Rhea ingin melindung orang yang ia cintai. Ia tidak munafik, sampai saat ini hatinya hanya untuk Apollo.

"R--rhea?" tanya Apollo kaku. Ia terkejut dengan perlakuan Rhea yang tiba-tiba seperti ini.

"Jadilah kekasihku, ya." bisik Rhea dengan nada suara yang tampak putus asa.

Apollo tak menjawab. Ditatapnya Lyra yang kini menatapnya sendu. Ah, benar-benar merepotkan.

Rhea menggeleng. "Hanya beberapa detik, kumohon jadilah kekasihku."

"Beberapa detik?"

"Iya. Aku janji."

"AVADA KEDAVRA!"

Belum sempat Apollo menjawab, sebuah kejadian tak terduga tiba-tiba saja terjadi. Rhea mengerang dan mencengkeram kuat baju yang dikenakan Apollo karena merasakan sakit yang teramat sangat.

James dan Lyra yang berada disana sangat terkejut dengan apa yang baru saja mereka saksikan, terutama Apollo yang kini pikirannya menjadi kosong.

"Terimakasih sudah menjadi kekasihku. Jangan pernah benci aku setelah ini..."

Be My Boyfriend (Sequel A New Wife)Where stories live. Discover now