Chapter 6

1.4K 217 28
                                    

Hermione mencoba mencari kesenangan atau sesuatu yang dapat ia lakukan untuk mengusir kejenuhannya. Jadwal yang telah ia buat tak mampu mengusir rasa sepi ini. Begitu sepi hingga setitik embun mulai menutupi matanya.

Dulu Manor begitu ramai, tapi sekarang sangat sepi. Rumah sebesar ini hanya ia yang menempati sejak tiga hari lalu. Lucius dan Narcissa pergi untuk berlibur ke Spanyol. Hermione sebenarnya ingin sekali ikut untuk melepas rasa sepi ini, namun ia takut kalau-kalau ketiga anaknya membutuhkannya kapan saja.

Rhea dan Lyra memang sudah dewasa, tapi Hermione tak bisa melepas mereka begitu saja karena dua anak kembar itu kadang bisa bertindak di luar nalar. Sedangkan Scorpius, Hermione yakin anak laki-laki itu berusaha keras untuk tidak merepotkannya. Namun Hermione tak mungkin tega meninggalkannya hanya untuk keegoisannya semata.

Dalam sepi ini Hermione begitu merindukan Draco. Tawa laki-laki itu, kehangatan pelukannya, dan tatapan mata lembutnya. Ah, bagaimana kabar Draco di sana?

Hermione menatap sendu langit cerah di atas sana. Semilir angin menerbangkan beberapa helai rambut ikalnya. Sepi yang menusuk sanubari tak begitu kuat untuk membuat Hermione mencari pendamping hidup lain. Baginya Draco hanya satu, iya, satu untuk selamanya. Tak peduli suaminya telah meninggal bertahun-tahun lamanya namun hatinya tetap menjadi pemilik yang tak bisa diganggu gugat.

Tiba-tiba saja Hermione ingin menemui kedua orang tuanya di dunia Muggle. Kalau dipikir-pikir sudah lama dirinya tak berkunjung ke klinik orang tuanya. Apa sebaiknya ia pergi membantu ke klinik untuk mencari kesibukan?

***

"Rose!"

Merasa terpanggil, gadis berambut merah itu segera menengok, "Scorp, kenapa belari?"

"Kau mau pergi kemana?"

Rose mengendikkan bahunya, "Entahlah. Aku mencari Albus tadinya tapi tak kunjung ketemu."

"Albus di perpustakaan." jawab Scorpius setelah sebelumnya ia dan Albus mengerjakan tugas bersama disana. Scorpius sudah selesai mengerjakan tugasnya, sedangkan Albus masih berkutat dengan tugas ramuan yang tak kunjung selesai itu.

Rose memutar kedua bola matanya jengah, "Ia pasti mengerjakan tugas ramuan bukan?"

Scorpius mengangguk. Lalu sepersekian detik alisnya bertaut, "Kau sendiri sudah menyelesaikan tugasmu?"

Rose tertawa hambar, "Untuk apa mengerjakan tugas dari Snape?"

"Rose, kau tak boleh seperti itu."

Gadis bermarga Weasley itu segera berbalik dan berlari menuju lorong sepi dekat kamar mandi Myrtle Merana.

Ia berbalik dan menatap Scorpius, tampak mata beriris madu itu mulai memerah, "Snape selalu berkata bahwa aku pengkhianat, Scorp! Ini baru tahun pertamaku di Hogwarts, aku tak tahu apa-apa dan di pertemuan pertama ia telah berkata bahwa aku pengkhianat!"

Scorpius benar-benar tak mengerti apa yang dibicarakan gadis di depannya itu, "Tak mungkin Profesor Snape mengatakan hal itu, Rose."

Rose berbalik, pergi menuju kamar mandi Myrtle Merana. Scorpius mengikutinya dan mendapati gadis berambut merah itu sedang menatap cermin sembari berkali-kali mengusak rambutnya.

"Aku tidak bodoh, Malfoy. Seperti yang kau pikirkan, Snape tak mungkin menyebutku pengkhianat tanpa adanya suatu alasan."

Scorpius mendekat dan menatap manik Rose yang mulai menggelap. "Kau sudah berpikir tentang kemungkinan alasannya?"

Rose menggeleng. "Aku tak merasa memiliki kesalahan hingga ia membenciku. Namun, dari cerita Albus bahwa dulu paman Harry pernah diperlakukan seperti ini oleh Snape semata-mata bahwa Snape ingin melindunginya."

Be My Boyfriend (Sequel A New Wife)Where stories live. Discover now