[vol. 1] 33. Tulisan Sakura

Mulai dari awal
                                    

Namun sebaliknya, di saat seseorang itu berangan-angan akan tabiatnya yang ingin mencelakai Sakura segera terpenuhi, di saat itu pula ia justru terjebak dalam mimpi indahnya karena tanpa ia duga tiba-tiba saja Sakura bersama sepedanya membelok ke sebuah jalanan sempit yang tentu saja tidak muat untuk dimasuki sebuah mobil. Yang membuatnya seketika langsung berbalik menginjak pedal rem dengan mantap.

Ciiiiittt!

Suara mobilnya berdecit nyaring, dan Sakura dapat mendengar decitan itu. Sehingga ketika tiba tepat di depan rumahnya, gadis itu cepat-cepat masuk ke dalam, lalu langsung menutup dan mengunci pintu rumahnya dalam waktu kilat.

Dengan deru napas yang sangat amat tidak beraturan, Sakura berdiri sejenak di balik pintu. Sekujur tubuhnya habis dibasahi keringat. Rasa takut, panik, khawatir akan dirinya sendiri, semua membaur menjadi satu.

"Lo kenapa?" Suara Pita yang terdengar tiba-tiba, seketika membuat Sakura menoleh lantaran kaget.

"Nggak," jawab Sakura singkat.

Keberadaan Pita saat ini membuat Sakura sesegera mungkin menetralisir kembali keadaannya. Mulai dari napasnya, sampai kepanikan, dan ketakutan dalam dirinya.

"Yakin?" tanya Pita kembali, tidak percaya.

Sakura mengangguk. Kini dirinya mulai tenang. "Ibu gue udah tidur?"

"Udah." Paska jeda beberapa saat, ketika Sakura baru saja hendak berlalu, buru-buru Pita menahannya. "Sa...."

"Iya?"

"Nggak jadi, Sa."

Membaca mimik wajah Pita yang nampak ingin menyampaikan sesuatu tapi ada keraguan di antaranya, membuat Sakura merendahkan intonasinya. "Lo mau ngomong apa? Bilang aja nggak apa-apa. Atau ibu gue kambuh lagi?"

"Nggak, bukan itu."

"Terus?"

"Nanti aja, deh, Sa."

"Yaudah, gue cuci muka dulu, ya. Ganti baju."

💕

Selamat ulang tahun, Kak Angkasa!

Maaf aku nggak bisa kasih Kakak kado yang mewah. Aku cuma bisa beliin Kakak jam tangan. Tapi, ya, Kak, walau harganya nggak seberapa, jam tangan ini ada filosofinya, lho!

Jadi, alasan aku ngasih Kakak kado jam tangan, karena aku ingin Kakak mengingat aku seperti waktu yang terus berdetak di jam tangan ini. Karena aku ingin kita bisa seperti jam bersama menitnya. Atau seperti menit bersama detiknya. Mereka setia. Selalu ada satu sama lain, saling menemani dan tidak egois berjalan ke arah yang sama.

Coba Kakak pikirin, apa Kakak tau, seberapa lama jangka waktu di semestaakan terus berputar? Nggak kan?

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang