5. Gadis Kecil yang Tidak Disukai 2

15 7 1
                                    

Tak lama setelah itu Bu Anita datang ke kelas. Layu tampak antusias sekali. Ia dari tadi sudah tak sabar menunggu waktu belajarnya tiba.

"Selamat pagi anak-anak."

"Pagi Bu." Anak-anak serentak menjawab.

"Hari ini semuanya hadir ?"

"Hadir Bu." Dika, ketua kelas menjawab pertanyaan Bu Anita.

"Bagus sekali. Baiklah, langsung saja kita ke pelajaran hari ini. Semuanya buka halaman 57 !"

Semuanya serentak membuka halaman yang diperintahkan Bu Anita. Layu sudah membuka halaman itu dari sebelum Bu Anita memerintahkan.

"Nah sebelum Ibu membahas pelajarannya, apakah kalian sudah membacanya ?" Bu Anita bertanya pada anak-anak.

"Be-belum Bu." Anak-anak takut-takut menjawab.

"Saya sudah kok Bu." Layu menjawab dengan antusias.

Bu Anita tersenyum bangga. "Nah anak-anak coba contohlah Layu. Layu mempunyai semangat yang luar biasa dalam belajar, sehingga dia menjadi anak yang berprestasi. Jika Layu saja bisa, maka kalian pun pasti bisa. Kuncinya adalah belajar dan berdo'a"

"Apaansi anak itu, sok hebat. Padahal dia kan ingin dipuji sama Bu Guru saja." Teman sekelas Layu yang berada di sebelah bangkunya mulai berbisik pada teman sebangkunya. Teman sebangkunya mengangguk setuju.

Anak-anak yang lain mendelik ke arah Layu, apalagi Vrika yang sedari tadi kesal pada Layu. Layu bodo amat dengan tatapan-tatapan tak suka teman-teman sekelasnya itu. Ia hanya fokus pada Bu Anita yang sedang berbicara di depan.

"Nah Layu, kalau kau sudah membacanya coba jelaskan apa yang dimaksud dengan daur hidup ?" Bu Anita bertanya pada Layu.

Layu mengangguk. Ia menjelaskan semua yang ia ketahui dari hasil belajar semalaman.

"Sempurna. Sangat tepat sekali." Bu Anita tersenyum bangga.

"Baiklah, sekarang siapakah di sini yang tahu pengertian dari metamorphosis dan dibagi menjadi berapakah metamorphosis itu ?" Bu Anita kembali bertanya pada anak-anak.

Alya, salah satu anak perempuan yang berada di belakang meja Layu tampak malu-malu mengangkat tangannya. Layu juga mengangkat tangannya setinggi mungkin. Tangan Alya terlalu rendah, sehingga tak terlihat oleh mata Bu Anita.

"Apakah ada yang lain selain Layu yang bisa menjawab ?" Bu Guru mungkin bosan karena sedari tadi hanya Layu yang berbicara.

"Sa-saya Bu." Akhirnya Alya memberanikan diri bebicara.

Bu Anita mengangguk dan mempersilakannya untuk menjawab. Lalu Alya pun menjelaskan dengan terbata-bata. Ia terlihat belum sepenuhnya bisa menjawab pertanyaan itu. Tapi ia tak mau kalah dari Layu.

"Hmm bagus Alya, tapi masih kurang tepat. Ada yang mau menambahkan ?"

"Saya Bu." Layu kembali mengangkatkan tangannya dengan semangat.

"Baiklah Layu coba jelaskan !"

Layu menjelaskannya dengan semangat sekali, ia terlihat sudah hafal sekali. Ternyata hasil belajarnya tadi malam dan tadi pagi telah membuahkan hasil.

Bu Guru terlihat puas sekali dengan jawaban Layu. Tapi Alya justru malah membenci gurunya dan Layu. Ia berpikir bahwa gurunya itu pilih kasih, padahal jawabannya sama dengan jawaban Layu. Tapi sebenarnya memang jawabannya itu tak sedetail yang dijawab oleh Layu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 09, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Luka AbadiWhere stories live. Discover now