Eunbi membolakan kedua matanya mendengar pertanyaan Sana yang sekiranya tidak butuh jawaban apapun lagi, “selama Sejeong masih mengeluh tentang Doyoung yang selalu mengikutinya, aku rasa otak Yuta yang bermasalah”

“aku sudah mengatakannya berulang kali, bahkan aku sudah menantangnya untuk bertanya pada profesor Shim, tapi tetap saja ia tidak mau percaya. Untuk apa juga aku selingkuh dengan Doyoung? Tidak ada gunanya,” Sana mendengus kesal begitu mengakhiri kalimatnya.

“kau tidak mau meluruskannya lagi dengan Yuta? Aku yakin dia juga sebenarnya sudah tau akar masalahnya”

Sana menoleh sebelum kembali membuang muka ke jendela. Sebenarnya sempat terbesit dalam pikirannya untuk kembali meluruskan masalah mereka, tapi ia juga tidak mau jika pada akhirnya mereka hanya akan adu mulut dengan emosi yang memuncak. Selama ini hal itu yang ia takutkan dalam hubungannya dengan Yuta, dan liburan kemarin dengan bodohnya mereka membiarkan diri mereka larut dalam emosi masing-masing, menghancurkan segala ikatan yang menyatukan keduanya.

“tidak tahu. Aku malas, dan aku yakin Yuta sendiri tidak akan mau mengakuinya duluan karena terlalu gengsi”

.

.

.

Karena ravenclaw membatalkan latihan mereka, akhirnya tim quidditch slytherin berinisiatif untuk menggunakan lapangan, dan berjanji akan membiarkan ravenclaw berlatih di jadwal latihan mereka lain kali, tentu saja dengan persetujuan Hendery sebagai kapten dan Ten sebagai prefek.

Xiaojun yang biasanya kewalahan mengatur timnya berlatih kini sedikit merasa terbantu atas kehadiran Yuta di lapangan.

Pria kelahiran Osaka itu cukup disegani di asrama, bahkan murid asrama lain tau bagaimana tegasnya Yuta jika sudah dihubungkan dengan peraturan atau kegiatan asrama lainnya. Tapi tidak jarang juga ia akan menjadi sosok yang menyenangkan jika suasana hatinya sedang baik.

“Haechan, kalau kau hanya ingin bermain-main lebih baik kembali ke asrama!”

Pemuda bersurai merah itu hanya merengut tidak suka dengan teguran Yuta namun tidak berani membalas dan memilih untuk kembali bersiap dengan Chaser lain.

Sayangnya, siang ini suasana hati sang prefek sedang tidak bagus. Haechan bukan satu-satunya anggota tim yang terkena omelan Yuta, bahkan Xiaojun pun, saat dirinya terjatuh akibat terserang bludger juga mendapat semburan amarah seniornya tersebut. Tapi meskipun begitu pemuda jepang tersebut juga membantunya untuk pergi ke rumah sakit.

“maaf memarahimu tadi, kau istirahat saja dulu, biar aku yang urus anak-anak nanti,” ujar Yuta dengan raut wajah bersalah.

Sedangkan Xiaojun sudah tertawa, ia tidak bisa menyalahkan prefek asramanya itu karena ia tadi memang kurang fokus saat berlatih sampai tidak sadar bahwa bludger tengah mengarah padanya.

“aku tidak akan kenapa-kenapa, hyung pergi saja sana!”

“apanya yang tidak apa-apa? Tulang tanganmu retak parah seperti ini bagian mana yang kau bilang tidak apa-apa?” gumam madam Pomfrey yang sedang membalut tangan kirinya dengan perban.

“dia bisa cepat sembuh, kan?” tanya Yuta pada perempuan paruh baya yang kini tengah membereskan peralatannya pasca mengobati Xiaojun tadi.

“aku tidak yakin, sebenarnya, dia butuh istirahat yang cukup lama dan minum skelegro 3 kali sehari saja tidak cukup,” jelas madam pomfrey yang membuat Xiaojun menelan ludah kasar, apa-apaan itu? Minum skelegro sekali saja tenggorokannya rasanya sudah seperti terbakar.

Wizarding World [NCT 2019]Where stories live. Discover now