Saat menatap sosok yang selama ini ia rindukan pupil matanya langsung membesar. "Dra--Draco?"

Draco tersenyum pilu. "Ya. Ini aku."

"Be--benar kau Dra--Draco, bukan Jo--John?"

Draco menangis melihat keadaan istrinya. Ia tak bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri. Semua ini karenanya, keluarganya menderita karena dirinya.

Draco menggigit bibir bawahnya dan mendongak untuk menahan tangisannya. Tetapi hatinya terlalu sakit melihat semuanya hancur seperti ini.

"Aku Draco, Mione. Aku ferret pirang-mu." ujar Draco lirih karena kini tangisannya makin kencang.

Hermione tertawa lirih seraya perlahan-lahan duduk. "Ta--tapi rambutmu hitam. Ferretku ram--rambutnya pirang."

"Akan segera kuhapus pewarna rambut sialan ini!"

Draco memeluk Hermione dengan erat untuk menyalurkan rasa rindu yang selama ini tak tersampaikan. Meski tubuhnya masih sakit akibat beberapa mantra sihir hitam, namun sekarang rasa sakit itu seperti hilang begitu saja hanya karena pelukan Draco.

"Janji ya? Aku ingin sekali melihat rambut pirangmu."

Draco mengangguk.

Baru sejenak Hermione merasa lega, fokusnya langsung terarah pada tubuh Lucius dan Narcissa yang sejak tadi tak bergerak. Rhea dan Lyra menoleh lalu menggeleng pelan pada Hermione, menandakan bahwa kedua mertuanya tak selamat.

"Lucius dan Narcissa--"

Draco makin mengencangkan pelukannya pada Hermione. "Mereka tak selamat."

"Kutukan langsung?"

"Ya."

"SIALAN!"

Hermione langsung melepaskan pelukan Draco lalu berdiri tertatih-tatih. Dibukanya semua gorden dan jendela di lantai dua Manor seperti orang kesetanan. Ia berteriak histeris seraya menangis tanpa henti.

"Keluar kau sialan! Apa maumu?!"

"BUNUH SAJA AKU JIKA ITU MAUMU! JANGAN SAKITI KELUARGAKU SIALAN!" lanjut Hermione penuh amarah.

Draco langsung berlari dengan kedua kakinya yang telah sehat menuju ke arah Hermione, lalu memeluknya dari belakang. "Hermione, cukup!"

"Iblis itu mengingkari janjinya..."  lirih Hermione.

"Profesor, Mom tidak akan gila kan?" tanya Scorpius pada Snape untuk memastikan apakah jawaban Draco sama dengan jawaban Snape. Anak lelaki itu masih saja menangis melihat keadaan Ibunya yang semakin berantakan.

Rose dan Albus yang berada di sisi Scorpius berusaha menenangkan sahabatnya. Snape yang melihat keadaan Scorpius tak jauh berbeda dari kedua orang tuanya hanya bisa menghela nafas lalu menepuk pundak anak itu.

"Kau tahu bukan bahwa Hermione Granger itu pahlawan perang?"

Scorpius mengangguk.

"Kau pikir pahlawan perang akan kalah begitu saja tanpa perlawanan?"

Scorpius menggeleng. Lalu ia mendongak untuk menatap Snape yang kini sedang menatapnya dengan intens.

"Hermione hanya sedang marah. Marah untuk melindungi orang yang ia cintai."

Tatapan dan ucapan Snape yang sarat akan makna sukses membuat Scorpius kembali berpikiran positif.

Setelah berhasil menenangkan Scorpius, Snape menuju kearah tubuh Lucius dan Narcissa yang telah dingin. Melihat keadaan keduanya dan Hermione membuat Snape semakin gelisah.

Be My Boyfriend (Sequel A New Wife)Onde histórias criam vida. Descubra agora