02. Am i fine?

Beginne am Anfang
                                    

"Turun, turun dulu." Perintah salah satu manager dari balik panggung. Minho yang pertama melihatnya, dia lekas memberitahu Chan dan semua member izin turun sementara untuk beristirahat.

"Kenapa, kenapa?" Changbin terus menanyakan kalimat yang sama karena backstage terlihat berantakan, sebagian staf nampak kebingungan.

"Ganti dulu pakaian, ganti." Manager yang berbadan paling subur itu memberi arahan.

Tidak ada yang bertanya, apalagi protes. Mereka hanya mengikuti apa yang sudah direncanakan dan apa yang diperintahkan. Walau sebetulnya mereka bertanya-tanya; kenapa tiba-tiba? Padahal menurut jadwal yang ada, mereka baru boleh berganti pakaian sekitar tiga puluh menit lagi.

Hyunjin menghela panjang, dia menyentuh pundak Jeongin yang sekarang sedang membenarkan tatanan rambutnya, "Gue tremor." Katanya.

Sontak semua menengok bersamaan ke arah Hyunjin. Ia menunjukkan kedua tangannya yang gemetar hebat, disusul kaki yang juga terasa lemas--dia hampir terjatuh tanpa sebab. Tapi Woojin dengan sigap menahan tubuhnya.

"Ini kenapa, sih, Hyunjin kenapa?" Tanya Chan sambil mendekat ke arah Hyunjin. Perhatiannya seketika tertuju pada beberapa helai tisu yang berserakan di atas meja; semuanya terkena tetesan darah.

"Tadi ada kecelakaan sedikit, telinga dia berdarah." Terang salah satu managernya.

"Dia pake earpiece-nya nggak betul, jadi cedera di dalam." Lanjutnya, sambil memperhatikan Hyunjin dari jarak beberapa langkah.

Tatapan matanya terlihat seperti dia kebingungan; dia tidak bisa merasakan apa-apa yang terjadi pada tubuhnya. Pendarahan di telinga tadi tidak menimbulkan rasa sakit yang teramat, tapi sukses membuat Hyunjin mengalami kecemasan berlebih dan berujung tremor seperti ini.

"Dipaksain bisa?" Tanya manager pelan sambil menilik wajah Hyunjin.

Hyunjin hendak mengangguk, tapi bibirnya ikut gemetar dan dia tidak bisa menanganinya sendirian. Member lain ikut khawatir, mereka tidak mungkin kembali ke atas panggung sedang salah seorang di antaranya berusaha melawan gangguan kecemasan sendirian.

"Rileks, tenang dulu." Chan menuntun Hyunjin untuk menarik napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Berulang kali, selama satu menit. Setelah semua member selesai berganti pakaian, Hyunjin masih tetap dengan kedua tangannya yang  bergetar.

Teriakan Stay menggema bahkan terdengar jelas sampai ke belakang panggung. Sedikitnya, Hyunjin menjadi lebih bersemangat untuk kembali ke atas. Ia coba melangkahkan kakinya, sambil mengepal kedua tangan dan mengatakan pada diri sendiri, bahwa semua akan dan harus berjalan dengan semestinya.

Terdengarnya seperti paksaan. Disaat tubuhnya tidak mau untuk bergerak dan bernyanyi, Hyunjin memaksanya. Tapi baginya, apa-apa yang dia berikan untuk Stay, tidak ada yang terasa seperti paksaan.

Dia menikmati bagaimana orang-orang berteriak histeris kala menonton tariannya. Hyunjin menyukai saat-saat di mana wajahnya disorot dan menjadi perhatian banyak orang. Dia mencintai bagaimana orang-orang mencintainya dengan sepenuh hati.

Penggemar tidak pernah tahu tentang banyak hal yang terjadi di belakang panggung. Mereka tidak diharuskan untuk mengerti tentang gangguan kecemasan yang datang mendadak dan cara menanganinya. Mereka tidak perlu mencari tahu lebih lanjut perihal banyaknya cedera yang disembunyikan menggunakan make-up, atau kostum.

Tugas penggemar adalah menikmati, menyemangati.

"Bisa." Katanya dengan mantap. 

"Dimatiin atau dikecilin aja mic-nya." Usul Minho. Karena dia tahu, tremor juga berpengaruh pada pita suara; kadang suaranya terdengar fals, atau nadanya berubah seketika.

"Bisa, kok, bisa." Hyunjin berkata sekaligus meyakinkan dirinya sendiri.

Mereka kembali tampil untuk menyanyikan beberapa lagu, konser di Manila terasa paling berat karena beberapa masalah; Seungmin sempat terkena demam sehari sebelumnya, lalu Felix juga terjatuh ketika melakukan latihan kemarin. Itu menyebabkan memar yang cukup besar di dekat lututnya, untung celana menutupinya.

"Kurang-kurangin minum kopi." Bisik Jisung pada Hyunjin ketika mereka berada dekat tangga, hendak naik ke atas panggung. Hyunjin cepat-cepat menggeleng sambil terkekeh, "Yang tiap hari minum kopi tuh lo." Tegasnya. 

Walau sebetulnya Hyunjin ragu tentang bisakah dia tampil secara sempurna? Hyunjin benar-benar takut kalau tiba-tiba  telinganya kembali berdarah, atau tremor kembali menyerangnya. Hyunjin salah dengan memikirkannya, karena lagi-lagi dia merasa tangannya gemetar di luar kendali.

"Aduh," Hyunjin mengulum bibir bawah, mengibas-ngibaskan kedua tangannya yang juga berkeringat.

Jeongin mengusap-usap punggung Hyunjin dari belakang. Sejurus kemudian, manager menyuruh semuanya untuk menaiki panggung dan melupakan apapun yang sudah terjadi di belakang.

Unveil tour : I Am akhirnya selesai.

•••

Tukang cilok keliling di District 9

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Tukang cilok keliling di District 9.

Grow Up [ ✓ ]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt