[vol. 1] 28. Gadis Pengganggu

Mulai dari awal
                                    

Saat gerbang berhasil Angkasa geser, sosok seorang gadis tengah berdiri membawa sebuah kantung plastik nampak ternganga melihat keberadaannya saat ini.

"Kak Angkasa?" kejut Sakura, sampai mulutnya tidak bisa terkatup rapat.

Dengan tatapan dingin, Angkasa bertanya, "Tahu dari mana alamat saya?"

"Hah?"

Ketidakmengertian Sakura membuat Angkasa mau tak mau mempertegas pertanyaannya ulang, "Kamu tahu alamat saya dari mana?"

"Jadi ini rumah Kak Angkasa?" Dengan ekspresi bodoh setengah mati yang terlihat di wajah, Sakura malah balik bertanya.

Angkasa diam, lalu membuang napas kasar. Ia rasa pertanyaan Sakura yang satu itu tidak perlu ia jawab. Semua nampak dari raut wajahnya yang tidak mengenakan.

Menyadari hal tersebut, seketika Sakura baru merespon, "Maaf, Kak, aku cuma mau anter pesanan ini," terangnya seraya menunjukkan kantung plastik berlogo Kedai Roti Mega Harum yang dibawanya.

"Pasti Papa," gumam Angkasa.

"Siapa, Nak? Sudah datang pesanan Papa?" Bersamaan dengan itu, kebetulan Andre, si pemesan, keluar dengan seruan suara beratnya. Membuat Angkasa dan Sakura, menoleh spontan ke arahnya.

Dari kejauhan Sakura mencoba untuk mengamati sosok Andre mulai dari suara, postur tubuh, hingga terakhir wajah setengah baya pria itu, yang saat itu juga Sakura langsung mengenalinya.

"Selamat menikmati, ya, Pak," tutur Sakura, ramah. Pada seorang pria setengah baya dengan setelan jas rapi, yang kisaran umurnya kira-kira 40 atau 50 tahunan lebih.

"Terima kasih, Dik," balas pria setengah baya itu.

Sakura tersenyum seraya membungkukkan badannya sesaat. Lalu kemudian ia kembali berbalik untuk mengantarkan pesanan yang lainnya.

"Dik," panggilnya lagi pada Sakura.

Sehingga Sakura yang masih mengenali suaranya kembali menghampiri. "Iya, ada yang bisa saya bantu, Pak?"

"Gini, saya sebenarnya sudah sangat lama sekali berlangganan di kedai roti ini. Hanya saja, saya ingin bertanya. Apakah di sini menyediakan layanan jasa pesan-antar?"

"Bapak Brosur?"

Andre tertawa, ketika Sakura memanggilnya dengan sebutan Bapak Brosur. "Nama saya Andre, bukan Brosur," katanya dengan nada candaan.

"Ehehehe," Sakura meringis. "Pak Andre yang waktu itu minta brosur delivery order ke saya, kan?"

Andre mengangguk.

"Ini, Pak, pesanannya. Jangan lupa untuk pesan lagi, ya." Seraya memberikan kantung plastik yang di dalamnya terdapat pesanan Andre, Sakura mengujar lagi, "Aku baru tahu, kalau ternyata Kak Angkasa ini anaknya Pak Andre."

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang