T H I R T Y N I N T H ; Decision

Start from the beginning
                                    

Oline menatap Caitlin tercengang. Apa lagi saat melihat rona di pipi Demon itu. Kenapa gadis itu yang malu? “Kau salah paham.”

“Seharusnya aku tidak masuk.” gumam Caitlin yang masih bisa didengarkan Oline. Caitlin berbalik dan langsung pergi dari sana.

“Caitlin!” seru Oline lalu melirik Kennan yang hanya diam menatapnya. Gadis itu mendesis kesal, “Ini semua salahmu! Minggir!”

Saat Oline hendak pergi, Kennan kembali menahannya sambil memegang tengkuknya, lagi. “Biarkan dia. Kita lanjutkan saja.”

Wajah Oline memanas. Karena tak tahu harus bagaimana lagi, Oline menendang kaki Kennan. Ketika ada kesempatan, Oline segera memberi jarak dan menatap Kennan tajam.

“Kalau Caitlin memberitahu semua orang, kau yang akan menerima akibatnya dariku.” Ancam Oline lalu beranjak pergi dari sana.

“Seharusnya tadi aku mengunci pintu terlebih dahulu,” desis Kennan pelan.

***

“Jadi kau sudah mencintaiku?”

Oline mendengkus mendengar itu. Sudah berapa kali Kennan menanyai hal yang sama? Dia bosan mendengarnya.

Sekarang mereka sedang berjalan di lorong luar istana. Awalnya hanya Oline saja, namun tiba-tiba Kennan datang dan ikut menemaninya.

“Bukankah kau sibuk? Pergi saja seperti kemarin.” Oline bersungut kesal.

Kennan terkekeh. “Kau marah karena tidak bertemu denganku? Itu artinya kau merindukanku, bukan?”

Langkah Oline terhenti. Dia menatap Kennan kesal. Kenapa sifat Kennan yang satu ini belum menghilang? Demon itu sepertinya suka sekali mengganggunya.

“Terserah kau saja.”

“Kau tahu? Melihat wajahmu yang cemberut seperti ini membuatmu nampak lebih cantik.” Kennan mengelus kepala Oline pelan.

“Jadi maksudmu saat tersenyum aku tidak cantik?” tanya Oline dengan mata melotot.

Kennan kembali terkekeh kemudian mendekatkan wajahnya pada wajah Oline. “Apapun tentangmu, aku menyukainya.” Kata-kata itu sanggup membuat wajah Oline memerah menahan malu.

“Kalian ....”

Sontak Oline menoleh kaget. Matanya membulat sempurna melihat seseorang yang berdiri beberapa meter di samping mereka.

“Putri Silia.”

***

Sedari tadi hening menyelimuti ruangan itu. Empat makhluk yang ada di sana hanya terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

Oline menunduk, memainkan jemarinya gugup. Tatkala Silia melihatnya bersama Kennan, dengan posisi yang begitu dekat, Oline merasa bersalah kepadanya. Apa lagi ketika mengingat status Silia sebagai tunangan Kennan. Dia benar-benar merasa seperti perusak hubungan orang.

Dehaman pelan mengintrupsi keheningan yang terjadi beberapa saat. Elica mengedarkan pandangannya, menatap mereka satu-satu.

“Jadi bagaimana keputusan kalian?”

Kennan menatap Elica, lalu tanpa ragu ia berkata, “Aku ingin menghentikan pertunangan ini.”

Silia langsung menatap Kennan dengan tatapan yang sulit diartikan. Namun begitu, dia tidak mampu berkata apa-apa.

Elica mengangguk kemudian menatap Oline yang masih menunduk. “Oline, bagaimana denganmu?”

Kepala Oline langsung terangkat saat mendengar Elica menyebut namanya. “A-aku ....” Secara tak sengaja pandangan Oline terpaku pada Kennan yang juga menatapnya. “Aku ingin tetap di sini. Bersama Kennan.”

Senyuman terulas di bibir Elica. Jadi Oline benar-benar menuruti perkataannya, ya? Benar-benar gadis yang manis.

“Oline, kau tahu kan, memaksakan sesuatu yang ada di luar kendalimu itu adalah hal yang mustahil?”

Oline mengangguk kaku. Elica tersenyum lalu kembali melanjutkan, “Tetapi jangan mudah menyerah terhadap keadaan. Takdir memang sudah ditentukan, tapi tanpa adanya usaha dan keinginan, maka semua itu tidak akan terwujud.”

Alis Oline terangkat satu. “Maksud Anda?”

“Seperti takdir yang mempertemukanmu dengan Kennan. Takdir hanya sebatas itu, dia tidak melakukan hal lebih. Semua itu tergantung pada dirimu.” Elica tersenyum tipis. Tiba-tiba dia teringat masa lalunya.

“Jadi, apa yang harus saya lakukan?”

Elica menatap Oline dengan senyuman cerah. “Ikuti kata hatimu. Tentang apa yang akan terjadi kedepannya, kau bisa memikirkannya nanti.”

Pandangan Elica beralih ke Silia. “Putri Silia, apakah ada yang ingin dikatakan?”

“Karena ini keinginan Pangeran, saya akan menerimanya.” Jawaban Silia yang tenang itu membuat Oline menatapnya kaget.

Oline kira Silia akan menentang semua ini. Namun nyatanya terbalik, Putri itu menerimanya. Oline jadi semakin merasa bersalah.

“Kau yakin?”

Silia mengangguk pelan, kemudian dia menatap Kennan. “Apa pun yang Pangeran Kennan putuskan, saya tidak merasa keberatan.” Gadis itu tersenyum lembut. “Karena kebahagian Pangeran adalah kebahagian saya juga.”

Oline tertegun. Silia benar-benar tulus. Ini pertama kalinya Oline melihat perempuan yang sempurna— ralat, sangat sempurna. Kenapa Kennan tidak jatuh cinta pada perempuan seperti ini saja?

“Baiklah.” Elica mengangguk. “Kerajaan Altissimo akan memberitahu Kerajaan Katias secepatnya tentang masalah ini.”

“Kalau begitu, saya pamit Yang Mulia.” Silia memberi hormat ala putri lalu melenggang pergi dari sana.

Elica berdiri, membuat Kennan dan Oline juga spontan berdiri. “Aku juga harus pergi sekarang. Soal Lord, aku yang akan mengatakan semuanya. Kalian tenang saja.”

Saat Elica hendak melewati Kennan, dia berbisik, “Apa pun masalah yang terjadi setelah ini, kau harus mengatasinya sendiri.”

“Aku mengerti.”

July 5, 2019

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

July 5, 2019.

Prince in a Dream ✓Where stories live. Discover now